ID LINE

4 1 0
                                    

***

Suara dari kentukan pintu depan rumah terdengar, Bunda memanggil ku dari dapur untuk membuka kan pintu depan. Aku pun bangun dari sofa, lalu berjalan menuju ruang tamu untuk membuka kan pintu

Tampak di depan teras rumah ku menampilkan 3 teman semasa SMP yang berdiri berjejer tersenyum ke arah ku. aku menghela napas kecil dan menatap mereka satu persatu "ada apa?" tanya ku cukup cuek

Alena langsung mendekap lengan ku dan menyengir kuda "mau main lah! Mumpung kita juga libur!" ucap nya dengan senyum yang masih mengembang

"kita bawa makanan banyak loh! Ada martabak coklat keju kesukaan lo nih!" ujar Gitza seraya mengangkat Plastik martabak itu tinggi-tinggi.

"loh Kana, temen nya kok gak di ajak masuk? Ayo sini masuk kalian" Suara bunda terdengar mendekat, hingga akhirnya berdiri di samping ku. mereka bertiga salim dan langsung masuk ke dalam rumah dengan heboh "makasih tante!"

Tetap saja aku tidak bisa marah dengan mereka.

***

"udah kali marah nya, satu bulan lebih apa gak kelamaan? Marahan lama-lama kan gak baik loh Kan" ucap Mawar yang duduk menggolosor di bawah, sedang memakan martabak yang ia bawa tadi.

"iya, kita minta maaf, kalo kita bohong soal dia gak dateng waktu itu" ujar Gitza kembali dengan raut wajah serius.

Sebenarnya aku tidak marah dengan meraka, mungkin hanya terkejut saja makanya reaksi ku sedikit berlebihan. Tapi aku juga kecewa sedikit, mengingat mereka tau sekali kalau aku tidak mau tau urusan laki-laki itu lagi.

Aku menghela napas lagi "kenapa kalian bohongin gue sih? kalian bilang dia gak dateng biar gue ikut kan?" tanya ku dengan mata menyipit, curiga.

Mereka bertiga bergeleng "engga gitu Kan, lo kan gak masuk grup alumni ya, nah ada yang nanya di grup alumni, lo ikut apa engga, Ya gue bilang iya, mana gue tau kalo ternyata Angkasa ada di grup itu" aku terdiam saat mendengar ucapan Mawar

"Sebenernya Kak Angkasa pernah DM gue buat nanya kabar lo sama minta kontak lo gitu trs gue bilang aja lo gak main sosmed, lagi dan gue gak kasih ID Line lo ya karena ngapain juga nge chat lo lagi, kan cowok gila ya"

"kayaknya kak Angkasa ngebet ketemu lo lagi deh, makanya dia nanya-nanya mulu. Mungkin dia nyesel? Atau mau minta maaf?" aku berdecih kecil mendengar ucapan Alena "minta maaf? Ngapain? Udah lama juga" jawab ku datar

"lo gak ada niatan mau ngobrol sama dia apa? Hitung-hitung nyairin suasana lagi, gue tau lo masih sakit hati sama dia, bahkan sampe buat lo trauma. Tapi sampe kapan lo mau Stuck gini terus? Lo gak boleh ngehindarin masa lalu Kan" ujar Gitza kembali membuat ku terdiam.

"beberapa hari lalu gue ketemu dia lagi kok" ujarku datar, mereka bertiga membulatkan matanya "Demi apa? Kapan? Di mana?" tanya mereka heboh

"Ternyata dia temen Kak Rafly waktu SMA. Dunia sempit banget ya" lanjut ku seraya menghela napas berat. Mereka terkejut, bisa di lihat dari mata mereka yang makin membesar

"ANJIR! Terus gimana? Lo ngobrol? Kak Rafly tau kalo lo dulu nya kenal sama Kak Angkasa?" aku bergeleng kecil "gue gak ngobrol sama dia, Kak Rafly belum tau, dan jangan sampe dia tau"

Aku hanya tidak mau Kak Rafly mengetahui masa lalu ku yang sungguh kelam dan menyedihkan, apalagi ada sangkut pautnya dengan Angkasa, teman sekolah nya dulu.

***

Langit jingga sebentar lagi akan tergantikan cahaya langit malam, aku berjalan seorang diri menuju Halte Busway yang tak jauh dari kampus ku seraya membawa tas file yang ku jinjing.

Seharusnya, aku pulang Bersama Athana, teman sekelas ku. tetapi karena ada pertukaran kelas yang di tukar menjadi sore, Athana terpaksa pulang terlebih dahulu. Tadi juga Kak Rafly menawarkan untuk mengantar ku pulang, tapi aku menolak nya karena alasan rumah kami tidak searah, lagi pula aku tidak enak dengan nya, masa ia harus bolak-balik ke kampus lagi, apalagi setelah Isya ia ada kelas tambahan.

aku memperhatikan mobil yang berlalu Lalang dengan cepat. Aku menghela napas kecil melihat mobil yang tak kunjung mengalah untuk membiarkan ku lewat untuk menyebarang.

Namun tiba-tiba pergelangan tangan ku terasa hangat, seperti ada yang mengaitkan pergelangan tangan milik ku, spontan aku menoleh dengan cepat, terkejut. Aku terdiam dan melebarkan mata ku saat melihat Kak Angkasa yang menarik tangan ku untuk ikut menyebrang. Aku hanya ikut saja, tapi mata ku tak berhenti melihat ke arahnya.

Setelah berhasil menyebrang, aku segera menarik tangan ku, dan bersikap canggung tak berani menatapnya.

"lo pulang naik busway ya?" tanya nya yang aku yakin sudah tau jawaban nya apa, kan dia bisa lihat aku berada di depan Halte Busway.

Aku hanya menghela napas "kenapa ada lo di mana-mana sih?" ujar ku ketus

"tadi gue gak sengaja liat lo keluar kampus, lagian gak baik loh cewek jalan maghrib-maghrib gini" jawabnya dengan tenang.

Aku hanya meliriknya dengan pandangan aneh namun setelah itu ia berdecak kecil "thanks" ucap ku sebelum berbalik menuju pintu masuk Halte Busway. Tetapi laki-laki itu berlari ke arah ku dan menghadang ku, aku terkejut lagi dan berdecak "apalagi sih Kak?" ucapku sebal

"Gue anter pulang aja yuk? Gue bawa mobil" Tanya nya menawarkan diri

"Gak usah, makasih" ucapku seraya hendak pergi namun sekali lagi ia mencekal tangan ku

"Yaudah oke, gue minta id Line lo" ucapnya seraya mengeluarkan ponsel dari saku celana dan memberikan nya pada ku. aku hanya melihat ponsel tersebut dan beralih melihat nya

"gak punya line" jawab ku datar sebelum pergi dari tempat tersebut meninggalkan Angkasa sendirian yang menghela napas nya berat.

Bersambung..

At the and (Short Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang