T I G A P U L U H D U A

4.7K 296 17
                                    

Kentut yang Aora keluarkan tadi membuat dirinya ingin lenyap dari bumi begitu saja.

Selama hidup, ini adalah perbuatan dirinya yang paling memalukan. Apalagi ia melakukan ini di depan doi. Sudahlah. Aora ingin menembakkan kepalanya sendiri sekarang juga.

Di perjalanan, Aora terus menutupi mukanya yang merah, selain itu ia juga menahan rasa sakit perutnya.

Tidak. Kentut itu bukan salah Aora. Itu adalah salah Revan.

Jika Revan tidak menyuruh dirinya mukbang, Aora tidak akan mengalami hal ini.

"Ra, lo gakpapa?"

"Ssstt!! Revan jangan ajak omong. Revan harus fokus nyetir!! Aisshh!!" ucap Aora penuh frustasi, tangannya tidak berhenti memegang erat perutnya.

Seakan kesamber petir, tiba-tiba Revan berubah menjadi lelaki yang peka sesaat, dengan sesegera mungkin Revan langsung mencari SPBU terdekat.

Kedua matanya terus menoleh ke kanan dan kiri. Tidak berselang lama, Revan langsung menemukan SPBU yang ia maksud.

Setelah mobil terparkir dengan rapi, Aora langsung membuka pintu mobil dan berlari menuju toilet umum tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Saat melihat Aora masuk ke dalam toilet, Revan langsung membuka semua kaca mobilnya dan mengibas-ngibaskan tangannya dengan sekuat tenaga, dengan harapan mobilnya bisa berganti siklus udara.

Tapi entahlah. Bau busuk itu seakan ingin tetap tinggal disana . Untungnya Aora membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan kotoran yang sudah meledak di dalam perutnya itu.

Otak Revan terus memikirkan cara agar bau itu cepat keluar, saat matanya mencari-cari suatu benda, Revan langsung tertuju pada parfum yang selalu ia sediakan di dalam mobil.

Tanpa pikir panjang, Revan langsung mengambilnya, dan membuka tutupnya. Lalu menyemprotkannya ke seluruh sudut yang ada.

Samar-samar bau tidak sedap itu mulai pergi menghilang. Yes! Waktunya tepat sekali.

Kini Aora berjalan kembali ke mobil, dan baunya pun juga sudah lenyap.

Cepat-cepat Revan langsung mengembalikan parfum dan berusaha menetralkan wajahnya seakan-akan tidak ada yang terjadi.

Aora membuka pintu mobil, lalu duduk seperti biasa. Dalam hati ia masih merasa sangat malu karena ulahnya tadi.

Tunggu! Aora mulai mencium bau yang terasa sangat menyengat di hidungnya. Bau itu sangat wangi. Tidak. Parfum itu sama dengan parfum yang biasa Revan gunakan sehari-hari.

Perlahan Aora menoleh ke kanan, dan menatap mata Revan dengan lekat.

"Revan--"

"Hm? Udah selesai eeknya?"

"Revan!! Kentut Aora sebau itu yaa??!" nada Aora merengek.

"Bau ba--"

"STOP!! JANGAN DILANJUTIN!!" Aora membungkam mulut lelaki di sebelahnya itu.

"ANTERIN AORA PULANG SEKARANG!!"

"Ssstt!! Pokoknya selama perjalanan pulang, Revan gak boleh ngungkit-ngungkit hal tadi."

"Iya."

"Tapi Ra--" balas Revan.

"Kenapa?"

"Debaynya gak ikut brojol kan?"

"REVANNN!!!"

---

Saat sampai di depan rumah Aora, Revan langsung keluar dari mobil dan berniat membukakan pintu untuk calon istrinya itu.

Tetapi bukannya senang di perilakukan bak princess, Aora malah cepat-cepat membuka pintu sendiri. Lalu dengan secepat kilat membanting pintu mobil Revan itu.

Spontan Revan menunjukkan ekspresi kebingungan dan yang pasti penuh tanda tanya.

Aora menatap mata Revan selama tiga detik seakan dirinya mengucapkan 'terimakasih' dengan bahasa isyarat.

Setelah itu, Aora langsung lari ke dalam rumah dan meninggalkan Revan sendiri yang masih diam terpaku.

Perilaku Aora itu benar-benar unik. Selama hidup, Revan tidak pernah menemui perempuan yang berani membuang kentut di depannya.

Sungguh menggemaskan.

---

Setengah jam setelah mengantar Aora, Revan langsung pulang ke rumah tanpa ada tujuan mampir-mampir.

Di dalam kamar, Revan merogoh ponsel dan dompetnya, lalu melemparkannya asal ke kasur.

Setelah itu, Revan mengambil handuk dan segera beranjak ke kamar mandi.

Ia ingin segera membasuh dirinya dengan air dingin, Revan berharap bahwa hal ini bisa melepas segela rasa penatnya.

---

Aora segera merebahkan tubuhnya. Segala rasa penatnya seakan pudar begitu saja ketika ia bisa beristirahat sejenak.

Ya. Hanya sejenak. Kenikmatan ini pasti hanya bisa ia rasakan sementara.

Tiba-tiba ia teringat kejadian tadi, benar-benar memalukan.

Spontan Aora meremas kepalanya kuat-kuat dengan frustasi.

Ia tidak tau bagaimana caranya besok akan menghadapi lelaki itu.

Harga dirinya seakan sudah jatuh dan tidak akan bisa kembali.

Tunggu.

Lampu yang cahaya nya sangat silau seakan menguasai otak Aora. Ya! Aora terpikirkan sesuatu. Ia sudah tau caranya menghadapi Revan esok hari.

Dalam hati Aora tertawa puas. Ia sangat yakin cara ini akan berhasil.

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang