Ana terus tersenyum, seakan hari ini merupakan hari kebahagiannya.
"Hari ini sudah tepat setahun,"
Ana berada di hadapan sebuah gedung bertingkat yang sudah terbengkalai, tidak ada lagi aktivitas di dalamnya selama satu tahun belakangan ini setelah resmi ditutup, hingga membuat bangunan itu tidak terawat, rapuh dan ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan liar. Kesan angker dapat menggambarkan bangunan tersebut, apalagi di malam hari seperti saat ini.
Sekolah Menegah Pertama Atmajaya. Sebuah insiden, sekejap menjatuhkan citra sekolah tersebut hingga satu warga Indonesia menuntut untuk menutup sekolah tersebut. Namun sayang sekali, semua orang seakan sudah lupa dengan apa yang telah terjadi di lingkungan sekolah itu satu tahun silam.
Apakah kini hanya dirinya yang masih mengingatnya dengan jelas?
Ana pun terkekeh, dan berakhir tertawa seperti layaknya orang gila.
"Sudah waktunya untuk balas dendam. Sampai mati gue nggak akan pernah bisa lupa tentang masa lalu itu." ujar Ana dengan dendam lama yang masih bersemayan di dalam dadanya. "Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan gue hari ini. Gue nggak tahu akan melangkah sejauh mana, mungkin sampai berhasil membunuhnya?"
Apa yang sedang ia lakukan disini? Adalah untuk membakar gedung ini, jika hanya itu yang bisa memancingnya keluar dari tempat persembunyiannya. Ia merasa sangat yakin, karena itu akan menjadi pesta yang meriah, siapa yang nggak tertarik untuk datang?
Ana memainkan sebuah korek api ditangannya, sebelum ia melempar korek api yang sudah lebih dulu ia nyalakan itu ke titik yang sudah disirami oleh bensin. Pancaran api mulai terlihat, yang semakin menjalar dengan kobaran api yang membesar yang melahap seluruh bagian bangunan tersebut dengan semburan api yang mengilatkan mata.
Ana terpukau melihatnya, ia tetap diam diposisinya, mengabaikan hamparan panas yang terasa membakar permukaan kulitnya. Setelah terdengar suara sirine pemadam pembakaran, Ana memutuskan untuk bersembunyi.
Ratusan warga sekitar sudah memadati lokasi karena rasa penasaran mereka. Puluhan polisi kini telah berjaga. Berbagai media liput juga turut hadir untuk menyiarkan berita terkini. Ana membuka tudung kepala dari hoodie hitam yang dikenakannya. Ana telah berdiri diantara keramaian dengan sudut bibirnya yang terangkat.
Keberadaan seseorang membuatnya curiga. Sosok yang hanya terus menunduk untuk menyembunyikan wajahnya dan berdiri layaknya patung. Ana langsung menyerangnya, karena ia mengira bahwa sosok itu adalah seseorang yang selama ini ia cari, namun nyatanya bukan. Padahal ia merasa yakin jika yang dilihatnya itu benar.
Ana tidak sengaja melihat bahwa seseorang telah melarikan diri, sosok asli yang pertama kali dilihatnya. Ana pun berdecih, sudah ia duga bahwa apa yang sudah dilihatnya itu memang benar adanya.
"Dia ada disini," ujar Ana pada dirinya sendiri dengan tatapannya yang menajam. Ini bukan semacam halusinasinya atau apapun itu, karena kenyataanya sosok itu masih hidup sampai detik ini.
•••
TBC
Oceana Askia Elvaretta
Avaroski Mahatma Bachtiar
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Outside (ON GOING)
Teen Fiction"Face of an angel, mind of a killer." Oceana Askia Elvaretta, seorang gadis yang kehilangan sebagian memori ingatan masa lalunya dan berusaha mencari titik terang mengenai kasus pembantaian sekolah dimana ia adalah satu - satunya korban yang selamat...