"Ibuuuuuu, aku pulang."serunya." Bu, kau didalam."
Haechan tidak menemukan ibunya, ini sudah jam sembilan malam, tumben sekali ibunya belum pulang. Haechan memasuki kamar ibunya, tapi nihil dia tidak menemukannya.
Haechan mulai khawatir ini tidak biasanya, ibunya akan pulang pukul tujuh malam. Baru saja haechan akan bergegas keluar rumah, ibunya datang. Langsung saja haechan memeluk ibunya dengan erat sambil menangis.
"Ibu hiks.. hikss."
"Hey kenapa menangis sayang."tanya si ibu.
"Aku pikir ibu menghilang, ini tidak biasanya ibu pulang larut, aku khawatir bu."lirihnya.
"Sudah sudah ibu hanya pergi keluar sebentar, jangan menangis kau jelek chan-ie."
Haechan melepaskan pelukannya dan menatap ibunya sendu. Ntah kenapa haechan merasa sedang tidak baik baik saja seperti telah terjadi sesuatu kepada ibunya.
"Ibu baik baik saja."tanyanya khawatir.
"Tentu sayang, kau tidak lihat, ibu baik baik saja."
Haechan mengangguk dan tersenyum. "Aku hanya khawatir, syukur kalau ibu baik baik saja."
Ten hanya tersenyum anaknya itu perasan kalau menyangkut ibunya, tapi ada yang spesial dalam diri haechan, dia tidak pernah marah kepada orang yang menghinanya bahkan dia akan membalasnya dengan tersenyum.
Itulah kenapa ten selalu memanjakan haechan, meskipun haechan sudah besar tapi bagi ten haechan masih anak bayinya yang harus dijaga. Haechan itu kuat diluar tapi dia mudah terluka, haechan juga pandai menyembunyikan perasaan nya.
"Cepatlah mandi, dan tidurlah ini sudah malam."titahnya. "Baik bu."
Haechan pergi memasuki kamarnya. Sementara ten, tiba tiba saja tubuhnya merosot ke lantai dan menangis dalam diam.
"Haechan-ie, maafkan ibu sayang."lirihnya sambil menangis.
_________________________________________
Haechan sedang berjalan menuju halte bis, sambil bersenandung ria haechan terus saja tersenyum manis bahkan tidak jarang haechan menyapa orang-orang yang dia temui di jalan. Ah menyenangkan sekali hari ini.
Hari ini haechan berangkat lebih pagi karena direktur barunya sangat tidak menyukai keterlambatan. Dan tiba tiba sebuah motor menghampiri nya dan berhenti dihadapan haechan.
"Noona, kau akan berangkat bekerja."
"Eoh sungchan-ah, iya."jawab haechan sambil tersenyum.
"Mari, akan aku antarkan noona."ajak sungchan.
"Tidak perlu, aku akan naik bis saja. Lagipula kau harus bekerja juga kan, ibu mungkin sudah menunggumu."
"Aku sudah izin noona, dan bibi mengizinkannya, jadi naiklah."
"Baiklah."haechan menaiki motor sungchan. "Kajja sungchan-ah."seru haechan.
Sungchan mengendarai motornya dengan kecepatan rata rata, sepanjang perjalanan haechan terus saja berceloteh dan sungchan hanya menjawab iya dan mengangguk, jujur saja sebenarnya sungchan tidak mendengar ucapan haechan, karena jalanan yang berisik.
Akhirnya mereka sampai ketempat haechan bekerja. "Terimakasih sungchan."
"Hmmm. Noona jangan lupa makan siang."
Haechan hanya tersenyum, sungchan itu perhatian sekali, mereka berdua sudah terlihat seperti adik kakak.
"Aku pergi."pamit sungchan. "Hati hatilah dan jangan ngebut, bye bye."haechan melambaikan tangannya. Sementara sungchan perlahan mulai menjauh.
Haechan membalikkan badannya dan memasuki kantor dengan senyuman yang lebar ntah kenapa persaannya hari ini begitu menyenangkan.
"Pagi ketua."panggilnya. "Pagi haechan, tumben sekali sudah datang. "
"Aku hanya tidak mau dihukum lagi ketua, lagipula hukuman yang kemarin saja belum selesai."jawab haechan sambil merengutkan bibirnya.
"Lagian kau itu ada ada saja, bekerja diperusahaan orang tapi datang semaunya sajasaja."
"Tapi ketua yang pentingkan aku bekerja dengan baik."
"Tetap saja haechan, kedisiplinan itu nomor satu apalagi kita hanya karyawan. Kamu itu harus bersyukur karena tidak dipecat."
"Aku memang tidak dipecat, tapi renjun bilang aku akan ditendang. Ketua kau tau semalam aku memikirkan tentang ini, dibagian manakah direktur akan menendang ku, apa dibokong, kaki, tangan, kepala atau lebih parah nya wajah."jawab haechan dramatis.
Teil terkekeh dengan penuturan haechan, dia terlalu polos meskipun kadang kadang bar bar juga.
"Renjun tidak menjelaskan tentang itu kepada mu."
Haechan menggeleng sambil mempoutkan bibirnya. "Tidak, aku tidak berani, bisa bisa yang menendang ku renjun, bukan direktur jung."
"Heisss, sudahlah tidak perlu dipikirkan lebih baik masuk keruangan mu dan mulailah bekerja."
" Baiklah."haechan berjalan menuju ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
FanficHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...