32. I know What you did

733 185 27
                                    

"Kapan Tante pulang?" tanya Anne pada Nirmala.

"Seminggunan lebih, gimana kabar kamu?" tanya Nirmala pada Anne.

"Bukannya Tante selalu dapet informasi tentang Oci dari Jevon?" Nirmala tersenyum kecil, memang benar kata Winar dulu, Anne gadis pintar.

"Kamu tahu?" Anne tersenyum kecil.

"Oci pernah ke rumah Tante. Oci udah ketemu Jevon sebelumnya." Nirmala lupa akan hal itu.

"Tapi, apa Tante tau kalo Jevon gay?" Nirmala kaget bukan main saat mendengarnya. Ia pikir jika Anne sudah tahu bahwa Jevon adalah saudara angkat Winar Anne juga tahu bahwa gay hanyalah alasan saja.

"Dia nggak gay."

"Hah?!"

"Dia pura-pura jadi gay biar boleh tinggal sama kamu. Tapi, kayaknya kamu ngijinin dia tinggal bukan karena dia gay, tapi karena dia saudara Winar."

Anne diam dalam otaknya sekarang berputar adegan dimana dia minta Jevon menemaninya tidur, rasanya Anne ingin membetot nadi Jevon.

"Tante tau kamu pengen mukul Jevon, tapi kita di sini nggak akan membicarakan Jevon kan?" Anne tersadar lalu mengangguk.

"Kenapa kamu ke kantor polisi?" tanya Nirmala yang pernah mendapat laporan bahwa Anne ke kantor polisi jauh sebelum ia melaporkan ayah Yudi.

"Oci mau buka penyelidikan tentang kasus penculikan Oci sama Winar." Anne memainkan gelas di depannya.

"Tapi, lucunya mereka nolak. Katanya kasus udah lama padahal itu tujuh tahun lalu. Dan menurut apa yang Oci pelajari waktu kadaluarsa kasus ini delapan belas tahun. Ada banyak hal yang buat Oci bingung Tante. Semuanya nolak." Anne menatap Nirmala yang menunduk.

"Tante, Tante bakal bantuin Oci kan? Tante nggak bakal kabur lagi kan?" Nirmala memegang tangan Anne.

"Maafin Tante, Ci. Tante nggak bisa." Anne menarik tangannya.

"Tante itu mama Winar kenapa Tante nggak mau nyari keadilan buat dia? Kenapa Tante nyabut laporan? Oci bingung! Tapi, gelagat Tante yang nyuruh Jevon ngawasin aku bikin aku mikir kalo Tante juga pengen nemuin penculik itu. Tapi, kenapa nggak bisa bantu Oci?" Oci menekan emosinya, tapi dadanya terasa sesak hingga tanpa sadar air matanya turun.

"Jangan nangis, Winar nggak suka kamu nangis." Dengan kasar Oci menghapus air matanya dan menatap Nirmala tajam.

"Ada banyak hal terjadi yang nggak akan kamu mengerti. Tante nyuruh Jevon ngeawasin kamu agar tante tahu kalo kamu aman. Tapi, mungkin Jevon mengartikan kalau Tante nyuruh dia karena kamu dianggep sebagai pembunuh Winar."

"Yes, i am. Secara nggak langsung aku bunuh Winar." Nirmala bisa melihat buntalan kesedihan, rasa bersalah dan kemarahan dari mata Anne.

"Ci, dengerin Tante dulu!" Nirmala mencoba membuat Anne lebih tenang, tapi usahanya gagal. Gadis di depannya ini menjadi sangat emosional, dia bahkan menggenggam erat tangannya tak peduli kukunya melukai telapak tangannya.

"Kamu nggak bunuh Winar! Dia meninggal karena dia ngelindungin kamu atas keinginan dia sendiri." Semuanya mengatakan itu, tapi bagi Anne tidak. Ia adalah sumbernya karena itu dia bertanggung jawab.

"Lalu? Karena dia mati suka rela buat aku, jadi aku harus biarin aja gitu Tan?" sarkas Anne. Dia kesal.

"Kamu mau melawan orang tuamu sendiri?" tanya Nirmala.

"Maksud Tante?" Anne tak mengerti kenapa orang tuanya diikutsertakan.

"Kamu ingat hari dimana kamu menangis minta agar kasus ini nggak ditutup tujuh tahun lalu?" Bagaimana Anne bisa lupa saat ia rela hujan-hujanan hanya untuk ke rumah Winar dan meminta papa Winar tak mencabut laporan.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang