09• Cabe mahal

44 7 0
                                    

Membalas kejahatanmu bukan berarti aku sama sepertimu. Hanya saja, itulah caraku untuk tetap bertahan.
______________________________________

"Guys, gue punya kabar gembira." Fajar berlari memasuki kelas.

Moza bahkan terlonjak kaget mendengar seruan nyaring yang membuat telinganya berdengung.

"Kabar apa?"

"Lo bisa gak sih gak usah teriak-teriak."

"Iya, emang kabar gembira apa sih yang bikin lo ngeluarin suara merdu lo."

"Pak Sopo hari ini gak berangkat. Kelas kita free. Yeayyy!" seru Fajar sambil berjoget ala-ala K-POP.

Moza bersorak dalam hati. Dia bisa bebas untuk tidur selama jam Pak Sopo berlangsung.

"Berarti gue bisa liat Artha CS main basket dong," celetuk Tere.

"Iya, gue juga mau nonton." Mereka keluar dari kelas.

Moza yang semula akan merebahkan kepalanya pada meja seketika menegakkan kembali tubuhnya mendengar nama Artha disebut.

"Mereka mau kemana?" ucap Moza sambil membetulkan kacamatanya yang agak miring.

"Nonton Artha sama temennya main basket," jelas Killa sambil membaca kembali materi minggu lalu yang Pak Sopo ajarkan.

"Artha bisa main basket?" Killa mengangguk.

"Ya udah, kita juga harus liat." Tanpa kata Moza menarik tangan Killa membuat si empunya terhuyung ke depan.

"Kamu aja yang nonton. Aku di kelas aja, Za." Killa menunduk takut.

"Gak. Lo harus ikut. Sehari gak belajar gak bikin lo goblok," ucap Moza pedas.

Moza kalau ngomong gak pikir dua kali membuat Killa kadang-kadang harus mengelus dada.

"Nah, lo tunggu di sini. Gue mau ke kantin sebentar." Moza berjalan meninggalkan Killa tanpa mendengar jawaban dari gadis itu.

Sampai di kantin Moza mengambil sebotol air mineral dan tisu. Setelah membayar Moza kembali ke lapangan dan duduk di samping Killa.

"Udah dari tadi sparring-nya?" Moza celingak-celinguk mencari sosok yang yang tadi pagi dia beri susu dan roti cokelat.

Ah, ketemu. Moza melihat Artha yang bersiap untuk melakukan shoot.

"Gol." Teriakan Moza membuat seluruh pasang mata menatapnya. Termasuk, Artha dan ketiga temannya.

"Wow, ternyata Artha jago juga. Gue mau minta ajarin dia main basket biar gue bisa tinggi," celetuk Moza dengan tatapan yang hanya tertuju pada Artha.

"Artha, semangat. Gue di sini nunggu lo bawa pulang piala," teriak Moza.

Killa menutup wajahnya. Moza benar-benar tidak punya malu. Ini hanya latihan bukan sparring antar sekolah. Mana ada pialanya.

"Artha, Artha, Artha. I love you bee," seru Moza.

"Berisik. Itu mulut pengin gue lakban?" ucap Melody yang entah sejak kapan ada di depan Moza.

"Artha, semangat sayang." Moza berteriak lebih kencang.

Melody bangkit, menatap Moza nyalang. Beraninya dia memanggil Artha dengan sebutan 'Sayang'.

"Heh. Artha itu calon pacar gue, jadi lo jangan panggil dia 'Sayang'."

"Baru calon, kan?" balas Moza santai.

Vanilla LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang