Kini babak final akan segera dilangsungkan. Dibabak semi final tadinya, sebelas IPA-1 mengumpulkan bola paling banyak, dan berikutnya sebelas IPA-3 terbanyak kedua, lalu kelas dua belas Bahasa-6 terbanyak ketiga. Itu berarti mereka bertiga yang akan maju ke babak final.
Sebelum itu, peserta dibolehkan beristirahat terlebih dahulu untuk menghilangkan dahaga dan lelah mereka. Seperti yang diharapkan, Abigeal dan Gelin bertemu di babak final. Mereka diperbolehkan beristirahat selama 15 menit.
"Bos, semangat!" ujar Adrian dan Ranggel bersamaan.
Abigeal mengangkat kedua ibu jarinya. Saat itu Gelin tengah menatap kearahnya, Abigeal langsung memalingkan ibu jarinya kepada Gelin dan memutarnya untuk mengejek Gelin yang disebutnya Galon itu.
Di saat itu juga, peserta putra dari kelas dua belas Bahasa-6 mencoba untuk curang dengan melemparkan satu buah paku kecil ke area pertandingan. Di mana area itu yang nantinya akan dilalui Dion. Tidak ada yang melihat hal itu karena semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Saat panitia mengatakan waktu istirahat selesai, para peserta langsung masuk ke area dan para penonton mulai memenuhi sekeliling tempat itu. Tenaga mereka sudah kembali terkumpul dan sudah sangat siap untuk membanggakan kelas mereka masing-masing.
Peluit sudah ditiup panitia, ketiga pasangan itu segera mengambil bola dan berlari sekencangnya. Saat putaran pertama ini, untunglah Dion tidak menginjak paku yang tadinya dilemparkan lawannya. Masalahnya, di saat dia kembali dari mengumpulkan bola yang kelima, kaki Dion malah menginjaknya.
"Itte--te ...," rintih Dion, tapi dia tetap saja berlari.
"Kenapa?" tanya Abigeal heran.
Dion tidak menjawab, dia terus berlari untuk mengambil bola selanjutnya. Darah dikakinya sudah mulai menetesi area pertandingan. Sampai di dekat keranjang bola, Dion menurunkan Abigeal sesaat, dan mencabut paku yang tertancap dikakinya dan terdengar ringisan kecil keluar dari mulutnya. Dua pasangan lain terus saja berlari karena permainan tidak dihentikan.
"Ck!" Abigeal merasa kesal dengan hal itu dia mengambil bolanya dengan segera dan memberikannya kepada Dion.
Dion yang tidak mengerti maksud Abigeal menyerahkan bola itu kepadanya merasa bingung, tapi tetap diambilnya. Sontak Abigeal mengangkat tubuh Dion dengan mudah dan berlari sekencangnya. Dia tidak mau kalah lagi dari Gelin kali ini.
"Eh, Bigeal. Ngapain?" komentar Dion yang merasa canggung karena digendong sama Abigeal. Penonton mulai bersorak kagum melihat seorang Abigeal yang mengangkat Dion dengan mudah, ada juga yang tertawa.
"Bodo amat lah." jawab Abigeal terus berlari menuju keranjang bola yang sudah terkumpul.
"Mantap jiwa, Bos!" teriak Adrian.
"Wah! Wah! Pemandangannya langkah, kelas sebelas IPA-3 mengganti posisi mereka, tapi tidak heran sih, Abi sudah pasti sangat kuat tentunya," suara komentator terdengar memuji Abigeal.
Brandon yang melihat Abigeal melakukannya merasa geli. Abigeal malah dengan entengnya menggendong Dion dan tidak merasa canggung sedikit pun. Kelas dua belas Bahasa-6 tampak kesal dengan itu, gagal sudah rencananya untuk menjatuhkan kelas sebelas IPA-1.
Oh ya, ampun! Betapa malunya Dion saat ini. Apa jadinya pengantin pria digendong oleh pengantin perempuannya? Abigeal ada-ada saja yang dilakukannya hanya demi menang melawan Gelin. Walau nyatanya musuh sebenarnya itu adalah kelas dua belas Bahasa-6 yang berniat menang dengan cara curang.
Abigeal memang kuat menggendong Dion, larinya juga cepat, tidak diragukan lagi latihan karate yang diikuti Abigeal hampir setiap minggu ini kadang lebih berat dari ini. Sekarang Abigeal hanya menggendong dalam waktu singkat, tapi kalau selama latihan karate, Abigeal bahkan disuruh Edward untuk berlari lebih kurang 1 Km dengan tiga kali putaran dan juga dengan membawa beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Novela JuvenilGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021