"Kepala aku masih pusing, nih!" ringis Gelin sambil mempererat selimutnya."Eh ... mmm ... ya, udah kamu baring lagi aja!" titah Revi kikuk.
"Gue udah dengar kok, semuanya. Lo tau enggak kenapa gue bisa suka sama lo? Jawabannya karena lo gadis yang lembut dan manja. Gue suka itu, tapi sekarang gue udah tau sisi buruk lo sebenarnya. Lembut-lembut tai ayam!" ejek Brandon dan langsung beranjak pergi.
Gelin sontak menyibak selimutnya. Berlali menghampiri Brandon dan ingin menjelaskan sesuatu kepadanya. "Oppa, tunggu! Aku lakuin semua ini tuh karena aku enggak mau Oppa dekat-dekat sama Abigeal." teriak Gelin.
Tentunya Brandon memilh abai. Menganggap Gelin hanya angin lalu saja. Kembali ditimpuk rasa bersalah atas apa yang telah dia katakan kepada Abigeal. Ingin segera meminta maaf. Namun, Brandon tidak lupa bahwa Abigeal kini ditemani Dion.
Begitu menatap lurus ke depan sana, sosok yang tadi ada dipikirannya kini menampakkan diri. Bersama Dion yang berjalan di samping kiri. Tak ingin lagi berpikir dua kali, Brandon langsung menghampiri. Namun, Abigeal menyadari dan langsung pergi. Ikut masuk ke dalam acara memasak anak perempuan yang seharusnya dia ikuti dari tadi.
"Jangan bentak-bentak Abigeal lagi!" Kata peringatan itu dilontarkan Dion begitu lewat di hadapan Brandon.
Tidak ada jawaban yang ingin Brandon berikan. Dia pun melangkah menghampiri Abigeal. Meski Abigeal jelas mengabaikan. Dengan cara pura-pura sibuk dengan kegiatan.
"Geal!" Brandon menarik tangan Abigeal yang terus-terusan menghindarinya.
"Apa, sih? Gue lagi masak." ketus Abigeal dan menyentakkan tangannya kasar.
Tidak mau menyerah begitu saja, Brandon pun memutar akal dan meminta bantuan kepada Dinda. Di mana biasanya dia meminta bantuan kepada Joy, lantaran tidak ada Joy, Dinda pun jadi.
"Din, sini bentar deh!" pinta Brandon sambil melambaikan tangannya kepada Dinda yang juga sedang memasak di bagian ujung.
Dinda pun menghentikan aksinya sebentar. "Ada apa?" tanya Dinda sambil menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor.
"Kita 'kan teman, nih?" ujar Brandon sedikit kebingungan mau berbicara mulai dari mana.
"Iya, terus mau apa?" tanya Dinda yang agak kesal melihat raut wajah Brandon.
"Bantuin gue dong, Din!" pinta Brandon memelas.
"Ngapain? Lo ada masalah sama Gelin?" tanya Dinda lagi, "Ogah ah, gue enggak mau berurusan sama Nenek Sihir itu," tolak Dinda dan hendak berbalik.
Brandon menarik tangan Dinda dengan cepat. "Eh! Eh! Eh! Bukan Gelin, tapi dia!" tunjuk Brandon ke arah Abigeal yang tengah mencicipi masakan.
Dinda mengangguk dan berujar, "Kalau ini gue mau. Gue lebih suka Abigeal daripada Gelin. Lo mah, selama ini buta!" ejek Dinda.
"Iya, gue buta. Sekarang gue minta lo buat bujukin Abigeal agar dia mau maafin gue, ya? Please!" mohon Brandon seperti monyet yang minta dipukul.
"Masalahnya apa dulu, nih?"
"Masalah yang tadi di dan---"
"Ooo, okey!" Dinda langsung melenggang ke arah Abigeal tanpa mendengarkan perkataan Brandon selanjutnya.
Di samping Abigeal yang tengah menambahkan garam ke dalam masakan cicipannya, Dinda berdiri sambil memegang daun bawang yang ada di atas meja. "Geal!" sapa Dinda.
Abigeal hanya menanggapi dengan senyuman. Mengaduk sup yang ada dihadapan agar garamnya segera menyebar.
"Mmm ... soal yang tadi, gue percaya kok, kalau lo enggak dorong Gelin." ujar Dinda mulai membahas topik pembicaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021