Part 54

323 57 0
                                    


Diperjalanan ke kelas Abigeal bertemu dengan Gelin dengan tiga temannya. Abigeal mendengkus kesal kala menatap empat orang itu yang menghalangi jalannya menuju kelas. Hatinya sedang kesal karena ulah Dion, ditambah lagi sekarang malah Gelin yang membuatnya tambah kesal.

"Apaan?" tanya Abigeal sedikit meninggikan suara.

"Woi, Abi! Lo jangan senang dulu ya, bisa lebih dekat sama Brandon! Asal lo tau, Brandon cuma jadiin lo pelampiasan doang. Kalau aja dia enggak lagi marahan sama gue, pasti dia udah ngejauhin lo!" tekan Gelin menantang.

"Ya, ya, ya. Thanks infonya! Dah ya, minggir!" dengkus Abigeal sambil menabrak Gelin yang berada dihadapannya. Obrolan Gelin hanya dianggap angin lewat olehnya.

"Ih! Sok kecantikan banget, sih!" omel Widya.

Abigeal tidak peduli dan terus melangkah menuju kelasnya. Dia yakin kalau ucapan Gelin barusan hanya untuk membuat hubungannya dengan Brandon menjadi renggang, lagi pun berdebat dengan mereka tidak akan membuatnya merasa menang. Dengan tidak menghiraukannya saja Abigeal sudah merasa menang.

Di sisi lain, Dion masih termangu di tempatnya sambil merutuki kebodohannya. 'Bodohnya aku!' umpatnya dalam hati.

Dengan rasa bersalah, Dion pun ikut meninggal gudang. Berjalan menuju kembali ke kelas. Dion sendiri bahkan merasa kalau yang baru saja terjadi di luar kendalinya. Rasa bersalah kini menghantuinya. Kelancangan yang dia lakukan cukup untuk membuat keretakan dalam pertemanan.

Tanpa disadari dari awal, ternyata ada orang lain di dalam gudang selain dirinya dan Abigeal. Entah itu akan menjadi masalah atau tidak, yang jelas keberadaannya saja tidak disadari oleh Dion dan Abigeal.

Di kelas, Dion melihat Abigeal tengah membantu orang-orang mengepel lantai. Mendadak Abigeal menjadi rajin setelah kejadian tadi. Saat Abigeal tak sengaja menatap ke arah Dion yang masih menatapnya, segera Abigeal menghindari tatapannya dari Dion.

Begitu sampai jam pulang, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Abigeal dan Dion. Jangankan berbicara, saling menatap saja sudah membuat Abigeal langsung menghindar.

Saat Abigeal ingin melangkah keluar dari kelas, lagi-lagi Dion menahan tangannya sehingga membuat Abigeal kembali terhenti. Tetapi, tidak langsung menghadap kebelakang, takut kejadian serupa terulang lagi.

"Bos, kita barengan sampai ke parkiran, ya!" ajak Adrian yang tidak menyadari kalau Dion tengah menahan Abigeal.

Abigeal tidak menjawab. Adrian dan Ranggel yang telah lebih dahulu berjalan sontak sama-sama menoleh ke belakang. Abigeal yang menyadari itu langsung menghempaskan tangannya dari Dion. Kalau Adrian dan Ranggel tau, Abigeal akan lebih malu lagi.

"Kalian duluan aja, aku mau ngomong bentar sama Abigeal," ucap Dion.

Adrian mengangkat kedua ibu jarinya. "Siip! Dion, gambarre!" ujarnya memberi semangat dengan sok Jepang, entah apa yang dia pikirkan tentang Abigeal dan Dion saat ini.

"Kalian mau ngapain?" tanya Ranggel.

Adrian yang tidak ingin Ranggel mengganggu momen mereka berdua langsung merangkulnya dan berbalik. "Udahlah! Kita duluan aja," ucapnya lagi.

Setelah mereka benar-benar pergi, Abigeal mencoba untuk menatap Dion. Walaupun setiap kali menatapnya yang terpikir oleh Abigeal hanya momen beberapa waktu yang lalu. Momen yang sukses membuatnya merasa marah dan canggung terhadap Dion.

"Apaan?" tanya Abigeal bersikap biasa.

"Aku tau, kamu masih benci sama aku. Kamu juga tau 'kan kalau aku suka sama kamu?" ucap Dion to the point, "Maaf soal yang tadi, aku ... aku kelepasan!" tambahnya lagi.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang