Pada hari berikutnya, Abigeal sudah sampai di sekolah dengan Brandon. Mereka kini sedang berpisah di depan kelas Abigeal. Saat Abigeal masuk, dia melihat Adrian dan Ranggel yang sedang menyalin PR. Abigeal yakin kalau itu buku Dion.
Kemudian mata Abigeal terfokus pada sosok Dion yang tampak diam dan menatap lurus ke depan dengan kosong. Mata Dion tampak memerah dan samar-samar terlihat lingkaran hitam di sudut matanya.
"Hai!" sapa Abigeal.
Adrian dan Ranggel sontak mengangkat kepala yang dari tadi hanya tertaku sambil membuat PR. Sedangkan Dion hanya menatapnya sekilas. Lalu, kembali fokus menatap lurus ke depan. Abigeal yang merasa ada kejanggalan pada Dion pun memiringkan kepalanya melihat Dion yang tampak tidak tertarik untuk menatapnya. Seolah tidak peduli dengan hal itu, Abigeal langsung mengambil posisi duduk.
"Eh, Dion. Mau enggak?" ucap Abigeal sambil menyodorkan permen karet yang tadinya dia beli pas mau berangkat sekolah.
Dion menggeleng dan tersenyum sekilas. Namun, dia terlihat memaksakan senyuman dengan mengeratkan giginya kuat-kuat. Agar tercipta senyuman yang terlihat tulus diwajahnya. Mau bagaimanapun juga, Abigeal tahu kalau Dion sedang tidak baik-baik saja. Lantaran bingung dengan sikapnya Dion, Abigeal mendorong kursi Adrian dan Ranggel bergantian.
"Ada apa sih, Bos?" tanya mereka bersamaan. Untunglah PR yang mereka salin baru saja selesai.
"Dion kenapa, sih? Kok, dari tadi diam aja?" bisik Abigeal agar Dion tidak bisa mendengar ucapan mereka.
"Kenapa apa---" Ucapan Ranggel terhenti saat Abigeal menendang kaki kursinya. Abigeal membesarkan matanya untuk memberi isyarat agar berbicara tidak terlalu keras, "Kenapa apanya? Dion 'kan emang pendiam!" bisik Ranggel yang sudah mengerti maksud Abigeal menendang kursinya.
"Iya!" sahut Adrian membenarkan.
"Sini deh, Abigeal menarik kedua temannya itu menjauh dari arah Dion agar mereka bisa berbicara lebih leluasa.
Di sudut paling belakang kelas, Abigeal mulai kembali berbicara dan tetap saja berbicara sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar. "Gue tau Dion tuh, agak pendiam, tapi hari ini beda! Lo liat 'kan? Dion dari tadi cuma natap ke depan kayak orang sakit gitu! Sadar enggak, sih?" tanya Abigeal.
"Iya juga sih, tadi pas kita pinjamin buku PR-nya dia diam aja dan langsung nyerahin bukunya gitu aja," terang Ranggel yang juga merasa aneh dengan sikap Dion.
"Eh! Tunggu dulu, kayaknya ini ada kaitannya deh, sama kejadian malam minggu kemaren!" seru Adrian yang membuat Abigeal semakin penasaran.
"Malam minggu? Malam minggu apaan? Ngomong yang jelas napa!" sosor Abigeal.
"Jadi gini, pas malam minggu gue ditelponin sama body guard-nya Dion, katanya Dion belum juga pulang. Makanya gue juga telpon si Bos mau mastiin kalau Dion ada atau enggak sama Bos, tapi malah enggak diangkat!" terang Adrian.
"Lah? Apa hubungannya?" tanya Ranggel.
"Iya, apa hubungannya?" tanya Abigeal juga.
"Ya, jelas ada lah! Logika aja, Dion 'kan udah besar, body guard-nya aja sampai panik dia enggak pulang ke apart, pasti ada sesuatu 'kan sama dia?" jelas Adrian lagi.
"Eh, sumpah ya, gue enggak ngerti maksudnya apa!" kata Abigeal, diangguki oleh Ranggel yang juga bingung apa maksud Adrian.
"Kalian bodoh apa bego, sih? Ya, kali anak sebesar Dion hilang! Sampai-sampai body guard-nya panik dan nanyain ke gue. Berarti ada sesuatu dong, sama Dion dan lagi kata body guard-nya Dion enggak bawa ponsel dan mobil. Kalau dia pergi tanpa bawa mobil berarti dia perginya dekat dong, ya! Tapi, body guard-nya malah enggak nemuin dia sama sekali. Satu lagi, Dion pulang jam satu malam." terang Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Fiksi RemajaGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021