Tidak tahan lagi dengan semua itu, Abigeal akhirnya menyerah dan bergegas keluar dari sana, tanpa satu kata pun. Abigeal harus kembali memanjat jendela agar bisa ke luar dari sana. Namun, kesialan masih berpihap padanya. Saat dirinya hendak melompat keluar, guru UKS yang tadinya pergi ke kantor guru malah sudah kembali di saat Abigeal melompat.
"Ya, ampun, Abigeal! Kenapa manjat jendela ...? Eh ... Abigeal ada apa? Baru kali ini ibu lihat kamu nangis! Apa pertengkaran kamu kali ini sangat parah?" tanya guru itu yang jujur sangat heran melihat Abigeal. Karena selama ini, dia datang dengan bermacam luka akibat berkelahi dan tidak pernah menangis. Entah apa yang terjadi sekarang hingga membuat Abigeal menangis.
Tanpa jawaban, Abigeal langsung pergi begitu saja. Terlalu sulit untuknya bersuara di saat seperti ini. Mulutnya seolah enggan untuk berujar dan kepalanya pun juga enggan untuk menggeleng. Guru itu untungnya mengerti dengan Abigeal yang tidak akan menjawab pertanyaan. Jika tidak sesuai dengan keadaan.
Abigeal berjalan menuju kelasnya, di sana guru yang mengajar sudah masuk hampir setengah jam pelajaran. Begitu Abigeal masuk, guru pun menghentikan kegiatan menulisnya di papan tulis. Dia berkacak pinggang bersiap untuk mengomeli Abigeal yang baru datang di saat jam pelajarannya.
"Abigeal! Kamu ini ketua kelas malah terlambat masuk, udah gitu main nyelonong aja, kamu pikir ini rumah kamu?" omelnya, guru itu tak lain adalah wali kelasnya, Bu Nuri.
Abigeal tidak menjawab dan meneruskan langkah menuju bangkunya. Tentu saja dia menarik perhatian teman-temannya. Setiap pasang mata mengikuti langkah Abigeal yang berjalan menunduk dengan pelan.
"Abigeal! Kamu berani cuekin saya? Sekarang juga ke luar kamu dari kelas!" omel Bu Nuri lagi sambil menunjuk ke luar kelas.
Abigeal pun mengangkat kepala yang dari tadi menunduk. Dengan sigap Abigeal mengambil tasnya dan bersiap ke luar kelas. Tanpa menatap satu orang pun yang berada dikelasnya, termasuk Bu Nuri sekali pun. Abigeal menyandang tasnya di depan Bu Nuri yang tampak terperangah dengan mata melotot tajam. Sedangkan yang dipelototinya tidak menoleh sedikit pun. Tangan kanan Abigeal sedari tadi terulur ke bawah untuk menutupi bagian roknya yang robek. Tentunya Abigeal akan malu jika ada yang melihat pahanya.
"Abigeal, berani sekali kamu sama saya, ya! Saya ini guru kamu, kamu mau ibu hukum lebih parah lagi?" Lagi-lagi Bu Nuri mengomeli Abigeal habis-habisan.
Abigeal menghentikan langkahnya dan menatap lawan bicaranya sambil berujar, "Mau Ibu apa, sih? Bukannya Ibu minta saya untuk ke luar? Lalu apa lagi sekarang? Kenapa masih ngomelin saya?" tantang Abigeal tanpa memikirkan perkataannya yang kurang ajar terhadap guru, terlebih dahulu.
"Apa? Kamu ... kamu berani sekali kamu!" teriak Bu Nuri.
"Bu, tolong jelaskan kembali soal nomor dua, Bu. Saya masih belum mengerti!" potong Dion mencoba menghindari masalah semakin besar.
"Tunggu dulu, saya masih berbicara dengan anak yang kurang sopan santun ini dulu!" elak Bu Nuri dan kembali menatap Abigeal, "Kamu pikir kalau kamu itu anak Pak Donatur, kamu bisa seenaknya di sekolah ini? Iya?" ujarnya kembali mengomeli Abigeal.
Dion pun menarik kursi dua orang didepannya dan memberi isyarat agar Adrian dan Ranggel bisa membantu. Seolah mengerti dengan apa yang dimaksud Dion, Adrian dan Ranggel langsung mengangkat tangan mereka bersamaan.
"Bu, kami juga masih belum paham nomor dua!" ujar mereka bersamaan.
"Tolong jelasin sekali lagi, Bu!" ujar Adrian.
"Saya nomor tiga juga kurang paham, Bu!" tambah Ranggel lagi.
Fokus Bu Nuri yang tengah memarahi Abigeal menjadi terganggu dengan permintaan Adrian, Ranggel, dan Dion. Bu Nuri langsung menoleh ke arah mereka bergantian karena merasa kesal dengan anak-anak itu. Yang membuatnya tidak bisa memarahi Abigeal dengan leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Fiksi RemajaGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021