Part 71

371 62 0
                                    

Sesampainya di sekolah, kebetulan sekali Brandon bertemu dengan Joy dan Dinda diparkiran. Mereka kelihatannya juga baru sampai. Segera Brandon menyusul mereka dan berjalan di samping Dinda. Brandon tidak langsung mengutarakan maksudnya. Malahan dia terlebih dahulu membuat Joy jengkel terhadapnya dengan menggoda Dinda.

"Duh! Pagi-pagi udah liat yang segar-segar! Cakap benar deh, lo pagi ini," goda Brandon dan menyenggol bahu Dinda dengan senyum-senyum tidak jelas.

"Woi, Setan. Ngajak ribut lo?" solot Dinda.

"Maksud lo apaan, Don?" ujar Joy tak kalah menyolot.

"Jiaahh! Pagi-pagi udah panas aja kalian berdua, cocok benar dah," jawab Brandon kemudian terkekeh pelan.

"Dih! Enggak jelas lo, Don!" sahut Dinda kemudian.

"Ini, gue cuma mau ngasih ini." Brandon mengeluarkan undangan dari dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Dinda karena lebih dekat dengannya.

"Ini undangan apaan?" tanya Dinda mengambil undangan itu tampak ragu-ragu.

"Nikahan gue sama Abigeal," jawab Brandon ngasal.

"What!" Dinda terlihat tidak percaya dan langsung membaca undangan itu, "Eros Kim and Irene Alison," eja Dinda dan menarik napas lega. Dikiranya memang Brandon dan Abigeal yang akan menikah.

"Ck! Gue kira beneran elo yang bakalan nikah," ujar Joy tampak kesal.

"Oke, gue duluan. Jangan lupa datang!" teriak Brandon yang berlari dari hadapan mereka.

Tujuan Brandon selanjutnya adalah kelas Abigeal. Karena dua buah undangan lagi akan diserahkannya dikelas itu. Entah kenapa harinya terlihat cerah, entah karena abangnya yang akan menikah atau entah karena akan menemui Abigeal.

Seperti biasa, jam segini Abigeal belum datang, tapi tiga orang temannya sudah datang. Brandon langsung masuk ke kelas itu dan duduk di atas meja samping bangku Adrian dan Ranggel. Seperti sebelumnya, dia tidak langsung mengutarakan maksud datang ke sana.

"Abigeal mana?" tanyanya basa-basi.

"Biasa. Belum datang! Ada apaan? Tumben-tumbenan lo nyari Abigeal pagi-pagi gini? Biasanya ke sekolah barengan!" jawab Ranggel sekaligus bertanya.

"Ini. Kalian bertiga datang, ya!" Brandon pun mengeluarkan undangan dari dalam tasnya dan menaruhnya di atas meja Adrian dan Ranggel, "Abang gue mau nikahan, datang, ya!" sambungnya lagi.

"Widih! Undangannya aja udah keren begini, gimana nanti acaranya, ya?" ujar Adrian yang takjub dengan undangan yang terlihat begitu indah.

"Siip! Tenang aja, kalau urusan makan mah, kita pasti datang ya, enggak?" ujar Ranggel yang dibalas anggukan antusias dari Adrian.

"Hallo, sang Ketua Kelas sudah datang!" Terdengar suara Abigeal yang menggema dari luar kelas, tapi wujudnya masih belum terlihat.

"Sembunyiin dulu undangannya!" bisik Brandon.

Tanpa banyak tanya, Adrian segera menyimpan undangan itu ke dalam laci mejanya dan duduk manis. Selang beberapa saat kemudian, barulah suara tanpa wujud tadi menampakkan diri dihadapan mereka. Gadis yang tampak berjalan santai itu terlihat bingung dengan kehadiran Brandon di antara ketiga temannya.

"Mmm ... nyariin gue, ya? Iya dong, pastinya!" ujar Abigeal dengan pastinya kepada Brandon.

"Ah, iya. Gue nyariin lo!" jawab Brandon terlihat pura-pura kikuk.

"Ada apaan, nih? Kok suasananya agak dingin gini, ya?" tanya Abigeal heran melihat tingkah Brandon yang tidak seperti biasanya. Juga Adrian dan Ranggel diam-diaman, sama seperti Dion yang biasanya juga hanya diam.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang