Dugh
Sontak ketiga pria itu menoleh secara bersamaaan ke arah pintu gudang. Suara deguman itu berasal dari sana. Baik Thayang, Royjoon, dan Jimino saling memandang sebentar, mereka terdiam sesaat sebelum menunjukkan reaksi akan hal itu.
"Gudang. Saya penasaran dengan gudang itu. Katanya, di sana kamar Dahlia sedari dulu. Kenapa nggak kita buka aja?" ucap Thayang menatap kedua temannya untuk meminta pendapat.
"Kan nggak dibolehin sama bu Say? Lo mau diusir dari kosan ini?" sahut Jimino.
"Tapi kan nggak ada yang tahu kalau kita nggak ngomong. Tinggal suruh semuanya bungkam, jangan sampai bu Say tahu akan hal ini. Selesai, kan?" sahut Thayang lagi.
"Kalau gue sih udah lama penasaran, tapi karena ancaman bu Say, gue kagak berani. Males banget cari kosan baru kalau diusir. Belum tentu murah dan bersih juga," ujar Royjoon buka suara.
"Apa nggak sebaiknya kita buka aja ya, Bang?" tanya Thayang.
"Ntar dulu, sebelum itu kita harus memastikan. Nih bocah Jepang abal-abal mau gabung nggak sama kita," ujar Royjoon menunjuk hidung Jimino, hampir saja digigit sama yang punya hidung.
"Iya, Jim. Kamu beneran nggak mau cerita? Jangan takut, kan ada kita. Saya yang jamin deh semuanya akan baik-baik aja. Saya udah pasang siaga satu," bujuk Thayang.
"Udah gue bilang, gue nggak mau terlibat."
"Tapi lo tahu sesuatu, anjim! Ngomong atau gue ganjal lo sama spatula," ancam Royjoon.
"Apaan sih lo, Bang! Rese deh," kesal Jimino. Namun setelahnya ia tampak berpikir.
"Makanya cerita sama kita, mumpung cuma bertiga nih," balas Royjoon.
Jimino terlihat menimbang-nimbang permintaan teman kosannya itu. Berat hati, namun ia tak suka kalau dipaksa terus-menerus seperti ini. Apalagi melihat wajah Thayang dan Royjoon yang serius penuh harap.
"Iya gue cerita. Tapi kalian berdua harus main rapi, jangan sampai gue ikut terseret ke hal yang tak terduga. Ini masalah nyawa, man. Lo kayak nggak tau bang Zeron. Lima bini gue mau dikemanain ntar?" ucap Jimino. Sumpah, Royjoon ingin menjambak rambut cokelat itu.
"Cerita atau gue lapor polisi nih, mau nggak mau elu pasti kena juga!" ancam Royjoon.
"E-eh, kok lo gitu, Bang? Awas aja ya sampai kayak gitu," protes Jimino sengit.
"Makanya cerita, bagong!"
"Iya gue cerita. Jadi, waktu pertama kali gue ke sini ...."
Flashback
(Gue habis diusir dari kosan gue yang dulu, gegara lima cewek gue datang massal ke kosan. Ditendanglah gue sama yang punya kost. Akhirnya gue nemu kosan 7 pintu ini. Gue langsung ketemu sama bu Say. Usai ngomongin masalah sewa, bu Say minta sewa depan tiga bulan. Akhirnya gue setuju dah. Terus bu Say bilang pengin ke belakang, lah gue masih sibuk hitung duit, soalnya ribuan semua. Pas udah selesai itung duit, bu Say nggak nongol-nongol. Gue pikir sih sembelit, akhirnya gue taruh tuh duit di atas meja dekat pintu. Daripada bosan, lebih baik gue jalan-jalan lihat kondisi kosan yang bakal gue diami.)
Jimino berjalan mengitari kosan. Hal pertama yang ia lihat adalah nama kosan yang tertampang jelas di atas. Kosan 7 Pintu. Lalu langkah pelannya berjalan ke samping kosan, awalnya ia mengangguk tanda menyatakan bahwa kosan itu terlihat baik. Namun ketika Jimino hendak berbalik, ia mendengar suara yang mencurigakan. Seperti sesuatu yang jatuh?
"Apaan tuh? Ada maling, kah? Kek sepi nih kosan, pasti lagi berangkat ngampus deh," gumam Jimino. Ia yang penasaran berinisiatif untuk mengintip. Sangat intipable jendela kosan tersebut, hanya ditutupi oleh tirai tipis berwarna putih. Terpampanglah dengan jelas apa isi kosan itu. Saat menelisik, mata Jimino membulat ketika melihat seorang pria yang tak lain adalah Zeron, sedang mengangkut tubuh Dahlia masuk ke dalam kamar. Ternyata bagian rumah yang berhasil Jimino intip adalah kamar Dahlia. Jimino menepikan sedikit badannya, bagaimana pun kalau ketahuan akan berakibat fatal. Pertama, ia tak akan tahu kelanjutan kejadian itu. Dan kedua, dia bakal terusir lagi dari kosan.
"Buset," umpat Jimino dengan mata membola melihat Zeron menaruh tubuh Dahlia di atas kasur. Darah, itu yang mengagetkan Jimino. Ada banyak darah yang mengaliri pelipis gadis itu.
Terlihat Zeron berkacak pinggang, sambil menatap bingung Dahlia. Mungkin ia bingung harus menaruh Dahlia di mana. Akhirnya Jimino melihat Zeron memulun tubuh Dahlia dengan selimut. Tidak sampai di situ, Zeron bahkan mengambil lakban hitam untuk membalut selimut itu agar tak lepas. Lutut Jimino bergetar melihat hal itu, bahkan tanpa sadar ia berjongkok saking tak dapat berdiri depan benar. Alhasil itu tak melihat kejadian secara keseluruhan.
Flashback End
"Sampai di situ, gue memilih kabur aja. Gue nggak mau terlibat dan dijadikan saksi mata. Ujung-ujungnya gue yang dinyatakan ikut terlibat. Jadi, apa nggak sebaiknya kalian tutup kasus ini biar aman?" tutur Jimino menatap lekat mereka berdua.
Tuk
Royjoon mengetuk kepala Jimino dengan spatula. Ia gemas sekali sekaligus ingin mengunyah temannya itu hidup-hidup.
"Dodol!" umpat Royjoon.
"Aduh, Bang. Saket pala gue!"
"Lagian jadi manusia kelebihan o'on. Kalau kasus ini ditutup dan suatu saat terbongkar, apa lo pikir kita nggak keseret? Mikir pakek otak, jangan dengkul. Kita harus buktiin kalau pelakunya emang beneran Zeron. Ini sudah takdir kita, kita yang sudah telanjur tinggal di kosan penuh misteri. Mau nggak mau kita harus angkat tangan dong," cerocos Royjoon menggebu-gebu.
"Turun tangan, Bang," ujar Thayang membenarkan.
"Nah, itu dia," sahut Royjoon.
"Aduh ... gimana ye, Bang," pikir Jimino bimbang.
"Jangan sampai nih spatula terpahat di muka lo," ancam Royjoon lagi sambil mengacungkan spatula ke hadapan Jimino.
"I-iya ah! Bahlul deh lu, Bang! Iya gue ikut, asal orangnya banyak dan nyawa gue nggak terancam," sahut Jimino dengan keikhlasan yang entah ke mana.
"Jadi, kita coba buka gudang itu?" tanya Thayang buka suara.
Tanpa mereka bertiga sadari, Jintan mendengarkan segala percakapan mereka. Ia terdiam, lalu berjalan meninggalkan dapur. Jintan melanjutkan langkahnya keluar rumah, tanpa sengaja berselisihan dengan Zeron saat ia hendak menuju mobilnya. Baik Zeron maupun Jintan berhenti sejenak sekedar untuk melempar pandangan, lalu Jintan menoleh pada seorang gadis di samping Zeron.
"Jangan pernah lupa," ucap Zeron sinis, lalu berjalan melewati Jintan sambil menggandeng gadis itu.
"Mau sampai kapan?" tanya Jintan tanpa menoleh. Hal itu menjadi dorongan bagi Zeron untuk menghentikan langkahnya juga.
"Mau sampai kapan pun, bagusnya lo tutup mulut," sahut Zeron sebelum melangkahkan kakinya pergi.
Jintan terkekeh sinis, lalu merogoh ponselnya. Ia memotret sejenak Zeron dan gadis itu yang berjalan menuju rumah hitam.
Bersambung...👻👻👻
📌Update Bagian 20
📆Kamis, 4 Februari 2021Udah chapter 20 aja nih. Terungkap terus nih kebenarannya. Siapakah pelaku sebenarnya? Wkwkw.
See you next chapter💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]
HorrorKosan 7 Pintu? Katanya kosan itu hanya terdapat 7 pintu dan dihuni oleh pria saja. 7 kamar tersebut sudah terisi penuh dengan penghuni terakhir bernama Thayang. Hanya ia yang tahu, di dalam kosan itu ternyata ada satu kamar lagi dan satu gadis canti...