Yura menggigit kuku jarinya, ia berputar-putar di depan pintu. Sudah jam sebelas malam, tapi Hueningkai belum pulang.
"Astaga, apa yang anak itu lakukan di jam segini?" Yura menghela napas. Ia tidak tahu Hueningkai pergi kemana.
Sebelum pulang, ia sempat mampir ke kelas pemuda itu, tapi kata temannya, dia pulang duluan. Yura penasaran, jika ia pulang, mengapa Hueningkai tidak langsung ke apartemen? Jika pulang ke rumahnya, kenapa tidak bilang sama sekali padanya? Yura khawatir.
Cklek-!
"Kau–.."
Baru saja Yura ingin mengomel, Hueningkai datang. Tidak, Hueningkai tidak sendiri. Tetapi bersama seorang perempuan yang sedang membopongnya.
"Wakil ketua OSIS? Apa yang kau lakukan di apartemen Hueningkai?"
Yura masih terdiam, lalu segera menyadarkan dirinya. "Keluarga ku dan keluarganya dekat. Sekarang biarkan aku membawa Hueningkai ke kamarnya."
Gadis itu mengulum bibirnya, "eum.. biar aku saja. Dimana kamarnya?"
"Bunda,"
Hamin keluar dari kamarnya. Yura mendekati Hamin dan bertanya, "Hamin tidak bisa tidur?"
Hamin mengangguk, ia belum menyadari Hueningkai dan seorang gadis di depan pintu. "Apa ayah Hueningkai sudah pulang?"
"Ayah?" Gadis itu bertanya. Hamin menoleh dan menatapnya.
"Ayah!" Hamin berlari dan memeluk Hueningkai. Sementara gadis yang menopang Hueningkai masih dengan wajah terkejutnya melihat Hamin. "Ayah pulang sama siapa?"
Hueningkai sudah tertidur, Yura pun menarik tangan Hueningkai dan membawanya ke kamar pemuda itu. Lalu kembali ke ruang tengah. "Kau bisa pulang, ini sudah larut malam. Terima kasih telah membawanya,"
Baru saja Yura berbalik, gadis itu bertanya, "kalian sudah menikah?"
Yura menghela napas, "karena kau sudah mengetahui aku disini. Jadi, aku harap kau bisa jaga rahasia." Gadis di depannya mengangguk.
"Aku dan Hueningkai tunangan, anak ini adalah sepupu Hueningkai. Jadi, jangan salah paham."
"Ah," gadis itu membasahi bibirnya. Ia telah berkata yang tidak, "maafkan aku." Ucapnya sambil membungkuk.
"Ayo, aku akan mengantarmu sampai ke bawah." Yura memegang bahu gadis itu. Lalu menatap Hamin yang masih duduk di sofa. Ia mengacak rambut Hamin, "bunda antar kakak dulu ya, nanti bunda buatkan susu supaya tidur lagi. Hm?"
Hamin mengangguk, "baiklah, hati-hati bunda."
Yura tersenyum, ia memasuki ke kamarnya dan mengambil mantel miliknya. "Ayo,"
-мy ғιancé-
"Selamat pa– gi..." Hueningkai mengedipkan matanya, tidak ada siapapun di ruang makan.
"Yura, Hamin!" Panggilnya, tapi tidak ada siapapun yang menyahut. "Akh, kepalaku!"
Hueningkai berjalan ke kulkas, ia melihat sticky note dengan tulisan tangan Yura di dalamnya.
Kau sulit dibangunkan, dan karena aku tidak ingin membuat Hamin terlambat jadi aku duluan dengannya. Kau bisa makan yang sudah ku siapkan di meja. Nanti malam kita bicara empat mata.
-Yura
Hueningkai meneguk ludahnya, sepertinya Yura marah besar padanya. "Bodohnya aku,"
Ting!
Minji
Kau sudah bangun? Hari ini aku mengizinkan mu untuk tidak sekolah, kepala mu baik-baik saja kan? Aku akan mampir lagi ke apartemen mu pulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
мy ғιancée | Hueningkai
أدب الهواة[END] "Your my only, my fiance." Note : kalau pun ceritanya sudah selesai, upayakan vote dan comment ya 😉😘 © Leyaaa7246, 2021