Dan dengan maksud dari 'mulai besok akan gak mudah buat kita semua' diawali Hana dengan pertemuan bersama tiga pengacara keluarga Dave. Mereka bertemu di kantor Dave karena terbatasnya waktu yang dia miliki, itupun Dave sempatkan disela-sela pekerjaannya.
Rencananya, hari ini mereka berlima akan membahas untuk menyamakan pendapat saat dimintai keterangannya di pengadilan nanti. Kenapa baru dilakukan hari ini karena Hana yang baru setuju untuk melakukan penuntutan dan pemberatan bukti terhadap Gilang.
Sebagai manusia biasa, Hana masih bisa gamang pendiriannya walau ia telah mengalah kemarin. Ia masih sangat khawatir tentang hari di masa depan. Keluarganya akan jadi bagaimana jika mereka punya musuh? Selama ini memang usaha Dave punya banyak saingan dan itu hal yang adil. Tapi untuk musuh? Hana bahkan tidak berani berpikir kesana. Jika ada moment untuk deep talk, Ia nyaris selalu mengatakan agar Dave selalu berhati-hati dalam bertindak terhadap apapun.
"Ibu Hana? Gimana?"
Kesadaran Hana terkumpul kembali dalam satu detik namun ia tidak ingat pembicaraan mereka sampai mana sehingga Hana bertanya, "Kenapa?"
"Kita harus ceritakan rasa tertekan kamu waktu di Tidung, itu akan dipertimbangkan sebagai kerugian imateril. Kita susun apa yang akan Ibu bilang di depan hakim nanti, jadi apa yang Ibu rasakan waktu itu?"
"Saya.." ucap Hana. "Saya kurang enak badan." Lantas perhatian Hana berpindah kepada Dave. "Boleh kita arrange pertemuannya jadi besok?"
"Hana.. we've agreed for this." Ucap Dave datar tanpa menunjukkan emosinya sedikitpun.
"Besok aja, ok? I promise besok."
Dave menatap lekat-lekat mata Hana selama beberapa detik lantas menggelengkan kepalanya dengan samar sebelum akhirnya ia berkata, "Maaf Pak Ratulangi, nanti pihak saya akan arrange ulang jadwal pertemuan kita menjadi besok."
Sehingga sehubungan itu, tiga dari pengacara yang datang berpamitan keluar ruangan setelah tidak ada lagi yang dibicarakan. Ratulangi Law Firm adalah firma hukum kepercayaan keluarga Dave. Dan ya, yang barusan datang itu adalah Pak Ratulangi sendiri dan dua pengacara senior yang ia percaya. Hana juga tidak enak telah meminta mereka untuk datang kembali besok, namun dirinya merasa tidak punya tenaga untuk semua keterangan ini.
Hana berkata pelan, "Sorry, Hun. I promise tomorrow—" kalimatnya terputus oleh ucapan Dave.
"It's ok, gak apa. Aku akan minta Pak Ratulangi yang handle semua, kamu hanya akan nurutin apa yang udah disepakati since I think this is hard for you. I'll hire 8 lawyers buat di persidangan nanti jadi kamu gak usah khawatir."
Kepala Hana menggeleng tidak setuju atas ide dari Dave. Delapan terlalu banyak. "Aku pikir tiga aja sudah cukup berlebihan. Kita ditangani sama Pak Ratulangi langsung, he's more than enough."
Mata Dave menyipit dan tekadnya terasa hingga luar ruangan. "Go big or go home, Hana. Kita gak bisa nanggung disini. We close to peace like you always dream about. Apa gunanya aku biarkan kita lalui apa yang Gilang perbuat kalo bukan untuk jerat dia secara hukum? Kita sudah dibikin susah selama ini dan kamu mau mengalah? We will put 8 for the court."
Hana tidak bisa lagi mendebat untuk ini. ia tidak mau membuka mulutnya sedikitpun karena pasti dia akan mengeluarkan argumennya. Jadi apa yang Hana lakukan sekarang adalah menyandarkan dirinya pada sofa lantas memejamkan matanya.
"Ok." Ucap Hana lemah. "I'm just too scared, sorry because I'm this weak."
"Aku ngerti perasaan kamu."
Kepala Hana menyamping menatap suaminya yang kini duduk disebelahnya. "Terimakasih sudah mau lindungi keluarga kita. Sudah mau lindungi perusahaan dan karyawan. Dan sudah mau lindungin aku. Andai seluruh dunia bisa tau bahwa ada orang sebaik kamu. Mau janji satu hal sama aku?"
"Apa?" tanya Dave penasaran.
"Kamu juga harus biarkan orang lain lindungi kamu, terlebih kamu juga harus lindungi diri kamu sendiri. Aku bakal sedih kalo suatu hari kamu kenapa-kenapa karena terlalu keras lindungi orang lain. Janji?" suara Hana mengambang di udara menunggu jawaban dari Dave.
Tapi memang itu bukan keputusan yang mudah. Dave nyaris selalu melindungi semuanya selama lebih dari 10 tahun sehingga akhirnya Dave hanya bisa menjawab, "I'll try my best."
"Kamu jangan tolak perlindungan dari siapapun, even dariku. I would die for you, Hun. I would die if it'll make you safe. I would do anything for you." Kata Hana mantap dari dalam hatinya.
Mata Dave menatap Hana nyalang. Hatinya terasa linu secara tiba-tiba. Ia tidak suka mendengar apa yang ia dengar barusan. Ia tidak suka mengetahui Hana akan berkorban sebanyak itu. Jadi untuk siapa dia melakukan semua apa yang ia lakukan kalau bukan untuk istri dan keluarganya? Apa gunanya semua ini jika Hana malah siap mati untuknya?
"Jangan, ya." Dave menolak dengan lembut seolah ia sedang melarang anaknya ketika ingin es krim tambahan.
"Lantas siapa yang lindungi kamu saat kamu lindungin banyak orang? Siapa yang lindungin kamu kalo kamu sendiri aja sedang sibuk lindungi orang lain?" cerca Hana, emosinya menaik karena beban yang ia rasakan. Ia juga punya rasa khawatir terhadap suaminya ini.
"I'll protect myself, I'll put myself first I promise. No more worries, Pearl." Ucap Dave.
"Bisa aku pegang kata-kata kamu?"
"Sure." Jawab Dave mantap meski ia juga ketar-ketir sendiri di dalam hatinya mengenai janji yang ia setujui ini.
Seperdetik kemudian, Hana menubruk Dave dengan pelukan yang amat erat. "Thank you. Jangan pernah merasa semua ini tanggung jawabmu sendiri, ya? I would do anything for you. You never be alone."
"Thank you." Dave mengusap puncak kepala Hana untuk beberapa menit hingga Dave memecah kesunyian. "Kamu pulang aja sekarang, ya? Take some rest, jangan terlalu dipikirkan. We'll be fine."
"Ok, kalo gitu, aku pulang dulu. I love you, Hun.."
"I love you, Pearl." Dave mengecup puncak kepala Hana sebelum melepaskan istrinya pergi keluar ruangan. Wanita ini tidak tahu seberarti apa dirinya untuk Dave.
Tapi setelah itu, yang Dave lakukan adalah bilang kepada sekertarisnya untuk mengosongkan jadwal hari ini. Ia tiba-tiba punya pertimbangan lain yang harus dilakukan sekarang. Hal ini bertentangan dengan prinsipnya namun memang nyatanya ada satu hal absolut yang mengganggu pikirannya baru-baru ini.
Menyambar ponselnya dimeja, ia lantas pergi ke basement menuju mobilnya. Ia perlu menemui seseorang dan memberikan kesepakatan sekarang juga, atau kalau perlu dengan sedikit tekanan.
kalo kalian yang punya Dave, akan kalian apakan??
Terimakasih untuk votenya🖤🖤
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...