╔═════════════════╗
e a r l y n o t e s :(revised)
Press the vote button
and give your comments.
Semua itu, vote dan
komen kalian itu kelewat
berharga bagi aku.
Have a great day and
great feeling.
╚═════════════════╝Impresi selayang pandang perkara Hwang Jimin itu cukup sederhana. Daya tariknya sangat kuat, lebih kuat dibandingkan dengan alat penyedot debu-anggap saja begitu. Ia yang selalu memakai tuksedo di setiap linear momen kerap kali membuat orang-orang yang menatapnya menjadi gila seolah terkena rabies. Terutama kenya-jangan ditanya kalau soal ini. Dia memang sesempurna itu jika soal pesona. Luminositasnya mendetonasi. Hwang Jimin itu seperti heroin.
Sayangnya, adam yang tidak pernah bisa lepas dari sedapnya rasa eden Jeroboam of Chateau Mouton-Rothschild 1945 ini kelewat bombastis. Dia banyak mendistribusikan omong kosong kepada para kenya. Ketimbang mesti memberikan leksasi manis dan elok yang bermakna, dia lebih memilih untuk berbual. Toh, sebanyak ia berbual, perempuan yang mendatanginya tidak akan pernah kapok.
Kalau bisa dikatakan secara gamblang, Hwang Jimin itu setengah setan dan setengah peri. Visualisasi dan protasis soal dirinya selalu dikaitkan dengan hal yang terdengar fifty-fifty, seolah memang dia itu telah disandingkan dengan dua refleksi yang lain di tiap jihatnya. Dia tidak pernah dominan untuk menjadi peri secara totalitas, atau bahkan menjadi setan secara totalitas. Dia menerapkan visi keadilan dalam berkelikat, sepertinya.
Namun, entah sebab terkena angin apa, Jimin berubah haluan menuju ke arah jalan yang laik. Tidak bisa dibilang bahwa dia betul-betul berperan seperti peri secara dominan, sebab pada dasarnya terkadang Hwang Jimin akan menjadi setan lagi. Namun, tetap saja kadar kebejadan Hwang Jimin itu berkurang. Barangkali Tuhan baru saja memberi hidayah kepada manusia sempurna itu.
Itu bermula semenjak ada kenya yang tinggal di depan papan luhur Jimin. Seingat Jimin, perempuan tersebut baru menempati rumah depan sekitar delapan hari. Mereka sama sekali belum pernah bertemu; saling tatap dari teras ke teras saja belum pernah. Namun, hal tersebut sudah cukup membuat Jimin berubah. Secara konkret, ia tak lagi menyalurkan leksasi atau protasis bombas pada pedusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]
Romance[ 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝. ] Ketika netra saling bersitatap kembali, varietas perasaan eksentrik sontak bersarang dalam serebrum dan sanubari. Turbulensi saraf menyerang, katastrofe melanda. Dalam rengkuhan relasi absurd itu, Jung Taehyung dan Kim Jiya m...