"Are you ok, Ta?"
Gadis itu terkejut, matanya terbuka, hatinya pun ikut terbuka. Ia berfikir, banyak yang belum ia tahu tentang seluk beluk kehidupan Genta. Mungkin masih banyak cerita lainnya, yang perlahan akan diungkap sendiri oleh Genta nya. Satu persatu fakta yang mulai ia tahu begitu menyakitkan.
Hidup dalam keegoisan tinggi telah ia lakukan di masa lampau. Mengingat bagaimana ia begitu menderita hanya karena tidak diperhatikan kekasihnya, rasanya.. itu adalah bentuk keegoisan diri.
Genta tertunduk, "no. Gua lagi gak baik-baik aja. Jadi, jangan bikin gua kesel dulu yah."
"Yang serius, Taaa."
"Ini gua serius, Jiayaa."
"Emm..aku minta maaf" ucap Jiaya tulus. Entah sudah berapa kali ia meminta maaf. Rasanya menyengat hati mendengar nya.
"For?"
"Anything!"
Lagi-lagi Genta terkekeh sambil menjepit pipi berisinya. "Nothing, Ay. Gak ada apa-apa nya sama kesalahan gua. Stop, lama-lama gua bosen denger 'maaf', gua santai-santai aja kok.."
Dia melanjutkan lagi, "..karena gua tau. Kita yang kemarin udah lewat. Gak bisa dirubah dengan kata 'maaf'."
Ohhhh makanya Genta bersikap baik belakangan ini karena menyesal di kemarin hari? Caranya dia meminta 'maaf' dengan perlakuan dan juga bukti kalau dia benar-benar tulus minta maaf?. Bukannya dengan janji manis dibibir saja. Ohhhh i see youuu bae -Batin Jiaya.
"Ah kamu, sok quotesable!"
"Dih? Dikasih taunyaaa." Genta menggelitiki pinggang Jiaya. Jiaya geli dan tertawa, "hahaha, Gentaaaa pleaseee udahh- hahaha."
Ditengah-tengah tawa canda mereka. Ada seseorang yang melihatnya. Dengan tangan dipinggang sambil mencibir.
"Buset dahhh, bisa-bisa nya mesra-mesraan padahal gua tungguin di kamar," cibir Jevan.
Jiaya menyalahi Genta dan menjawab Jevan, "Gentanya, tuh Jev!." Lalu Jiaya turun dan berlari kecil ke dalam, lalu naik ke kamar. Sementara Genta mendekati Jevan.
"Tau ah, Gen. Mesra-mesraan mulu, jadian kagak!. Gua ada perlu anjing!"
"Gak usah ngegas, mulut lu bau AM. Minggir-minggir!"
"Asu, gua ada perlu sama lu nyett."
"Yaudah ayo didalem."
"Gitu kek ah, tai lu."
"Shhht diem napa," protes Genta.
"Ayookkk anj-"
"Bangsat! Diem, Van."
Setelah perdebatan itu, Genta pun sudah masuk ke dalam vila duluan karena dirasa tidak penting berdebat dengan Jevan. Entah apa yang dibicarakan mereka berdua nantinya, biarkanlah hanya mereka yang tahu.
•••
Genta.
Ini hari kedua di Bali, hari Selasa. Kalau ditanya gimana perasaanya, jawabannya seneng. Udah lama gak liburan gini. Paling..terakhir ke Bandung, sama anak tongkrongan.
Bali..
Tiba-tiba seseorang terlintas dipikiran gua. Karena Bali adalah kota dimana, orang itu membuka kedoknya sendiri. Selingkuh di depan gua, dan begonya gua iya-iya aja.
Masa lalu..
Ah, anjing dah rasanya. Gua gak pernah menginginkan hubungan yang kayak gitu. Hubungan yang guanya gak bisa lepas, dan dibego in, rasanya...........kayak sampah, jijik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXICLOVE (REVISI)
ChickLit"Kamu pukul aku, kamu jepit aku, kamu jambak aku. Apa itu yang kamu bilang sayang? Tubuh aku, mental aku..kamu rusak." "Aku capek." Hubungan yang biasa kita sebut toxic relationship berakar pada permasalahan di masa lalu. Trauma yang membuatnya mela...