Opening dalam Cerita.
Opening merupakan pintu gerbang bagi pembaca, untuk menentukan penilaiannya dalam sebuah cerita. Jika di dalam opening penulis menggunakan bahasa yang bertele-tele, maka kemungkinan besar pembaca tidak akan mau melanjutkan membaca di bab selanjutnya.
Dalam kasus pembuatan opening yang bertele-tele, misalnya penulis terlalu lama menjelaskan sesuatu yang nggak penting sampai beberapa paragraf, bahkan ada yang menjelaskan hal yang nggak ada hubungannya sama cerita.
Contoh opening yang bertele-tele :
Ia meraih jam tangan di atas meja rias, memakainya lalu kemudian menyisir rambut panjangnya. Bersiap memakai anting dan menyeprotkan parfum pada tubuh langsing itu bla bla bla.
Bagi penulis cerdas, tentu ia tidak akan membuka cerita dengan hal-hal yang membosankan. Misalnya, menggunakan setting di pagi hari. Hindari hal sedemikian. Kenapa? Karena sudah terlalu pasaran di kalangan pernovelan. Masih banyak, kok, cara untuk membuka sebuah cerita. Berikan opening semacam aksi atau tindakan, jika ingin menggunakan dialog juga bisa. Namun, gunakan tipe dialog yang berbobot, supaya pembaca tertarik dengan cerita kamu.
Hindari pemborosan kata. Contohnya :
Rumah itu amat sangat besar sekali.
Hmm ... jelas itu pemborosan, ya.
Contoh kalimat yang tepat:
- Rumah itu besar sekali
- Rumah itu amat besar
- Rumah itu sangat besarKata 'amat', 'sangat', dan 'sekali' memiliki makna yang sama. Pilih salah satunya.
Hindari kesalahan yang sama saat menulis, agar cerita kamu disukai oleh pembaca. Misalnya di awal kamu menulis cerita, masih banyak kesalahan pada tanda baca. Pada part selanjutnya tulisan kamu sudah semakin rapih. Lalu, pada part selanjutnya tulisan kamu menjadi acak-acakan kembali. Evaluasi lagi part yang menurut kamu penulisannya sudah sesuai dengan PUEBI, sebab peran PUEBI sangatlah penting dalam menarik minat pembaca.
Tidak perlu menunggu revisi setelah tamat. Usahakan revisi bagian yang masih terdapat kesalahan dalam kepenulisan, agar pembaca tidak merasa bingung dengan maksud dari tulisanmu. Bisa jadi, penerbit juga akan melirik cerita kamu, karena penulisanmu yang sudah cukup terbilang mumpuni.
Selanjutnya pada Narasi.
Dalam narasi sebaiknya menggunakan kata baku, sedangkan dalam dialog, tidak diwajibkan menggunakan kata baku. Namun, tetap perhatikan ketepatan penulisannya.
Contoh:
-Gada ❌
-Gak ada ✔-Gausah ❌
-Gak usah ✔-Yaudah ❌
-Ya udah ✔Ingat! Menggunakan kata gaul pun, tetap harus mengutamakan PUEBI yang benar. Perbanyak membaca KBBI. Saya sarankan download apl KBBI V.
Dalam narasi pun, jangan selalu menggunakan kata yang sama/kata dasar yang sama dalam satu kalimat, bisa gunakan sinonimnya.
Narasi Bertele-tele.
Narasi bertele-tele merupakan serangkaian kalimat yang terus berputar pada satu pokok pembahasan. Biasanya, Author akan menggunakan hal tersebut, hanya untuk mengulur waktu berjalannya suatu cerita.
Contoh:
Bianca duduk di depan meja rias. Ia menyisir rambutnya yang basah, karena sehabis keramas. Saat menyisir, rambutnya rontok beberapa helai, kemudian menyimpannya di laci. Setelahnya blablabla ....Narasi tersebut terlalu bertele-tele, hingga membuat pembaca akan merasa cukup bosan. Penulis terlalu fokus pada satu objek, yaitu 'rambut Bianca yang rontok' padahal, masih banyak topik lain yang bisa Author bahas pada ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Materi Kepenulisan
RandomMembaca adalah jendela ilmu. Mari kembangkan kekreatifanmu dalam menulis dan membaca cerita. Di sini, kalian akan diajarkan cara menulis yang baik dan benar. Mari sama-sama belajar! 🙂 [Follow sebelum membaca! Jangan mencopas tanpa izin.]