Sejak kecil, aku dengan Leo memang sudah dekat, karena hubungan antar keluarga ku dengan nya. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk menjadi sahabat. Takdir kita itu lucu, bahkan sampai sekarang pun kita masih bersama. Jonathan Leonard, ketika kebanyakan orang memanggil nya dengan sebutan Jo, aku lebih suka menyebut nama nya dengan sebutan Leo. Tidak banyak hal yang aku suka dari nya. Tetapi, aku menyukai usaha-usaha kecil nya yang membuatku selalu tersenyum.Sampai saat itu pun sikap Leo tidak pernah berubah, masih sama persis seperti saat pertama kali kita bertemu dulu. Dingin, sinis, cuek dan jarang tersenyum. Aneh nya, ia selalu menjadi buah bibir satu sekolah. Terkenal karena paras tampan nya, salah satu hal yang aku tidak suka dari nya. Karena, aku tidak ingin ikut terseret menjadi buah bibir mereka, dengan rumor bahwa hanya aku saja yang bisa dekat dengan Leo. Bagaimana tidak, sejak aku tidak bisa mengendarai sepeda, Leo lah yang mengajariku saat itu.
Rasanya hidupku memang sudah terikat dengan Leo. Tidak ada satu pun tahun dalam hidupku yang terlewat tanpa dia. Hingga aku menyadari, sesuatu yang seharus nya tidak terjadi di antara aku dan Leo. Salahku yang tidak pernah bertanya, atau memperhatikan perasaannya. Sampai hari ini pun aku masih bertanya-tanya, mengapa..
***
Kringg..kringg..kringg..
Kringg..kringg.. kringg..“Mmm huahhhh,”
Sambil menggeliat, gumam gadis cantik berkulit langsat, dengan rambut khas yang masih berantakan bak singa. Baru saja membuka mata. Terbangun karena mendengar suara alarm jam. Yang selalu ia pasang sebelum tidur, guna untuk membangun kan nya di pagi hari. Segera, ia mematikan suara alarm yang terdengar bising, menggema ke setiap sudut kamar.
Seperti biasa, tanpa membuang-buang waktu nya. Aresha Ravan Arabella atau yang kerap di sebut Bella, bersiap diri untuk ke sekolah. Mengenakan seragam putih abu, dengan rok agak ketat berbatas lutut.
Tok..tok..tok..
Terdengar dari luar kamar, seseorang yang mengetuk pintu dengan nada lembut.
“Bel, udah siap belum?” panggil wanita umur empat puluhan yang masih terlihat muda
“Iya mih, bentar lagi,” saut Bella yang masih membereskan tas warna peach nya, mengganti jadwal buku yang lalu dengan jadwal yang baru.
Setelah selesai membereskan buku, Bella bergegas keluar kamar, menuju ruang makan untuk sarapan pagi seperti biasa yang ia selalu lakukan.
“Pagi, anak mami yang cantik," sapa Rania kepada anak sulung perempuan nya
“Cantik apa nya tan, hahaha” bual seorang pria tampan yang tengah menikmati sarapan nya
“Eh makhluk pluto, Lo kok ada disini sih,” Bella memasang wajah agak kesal
“Bella, kamu gak boleh gitu sayang. Iya, tadi malem Jonathan nginep disini adik kamu yang minta.” Jelas Rania, ibunda Bella
“Lah kok aku gatau sih mi,” ..
“Elo udah ngebo,” saut Leo
Ternyata, seseorang tersebut adalah Leo. Mungkin, terkadang untuk beberapa hari Leo menginap di rumah Bella atas permintaan adik nya. Atau hanya untuk sekedar main.
“Bel, Lo gamau duduk? sini duduk samping gue,” sambil menepuk kursi di sebelah nya, Leo terus menggoda Bella
“Idih, sok asik lo,” Bella menolak dengan raut muka yang malas sambil beranjak duduk
Rania hanya tersenyum melihat anak sulung perempuan nya, yang di buat salah tingkah oleh Leo. Bagi Rania, waktu terasa begitu cepat. Bayi perempuan nya kini telah dewasa, bersama sahabat laki-lakinya. Rania sangat bersyukur. Karena, hanya waktu yang berganti, tidak dengan suasana. Masih lengkap dengan ada nya tawa dari anak-anak, bagi nya sudah lebih dari cukup.
“Nih gue buatin sarapan nya sepesial buat lo," Leo mengambil dua helai roti tawar dan satu kaleng selai coklat
Bella tidak menghiraukan tawaran dari Leo, ia hanya terfokus pada handphone nya. Leo yang sedikit jahil, memanfaatkan situasi tersebut untuk mengerjai Bella. Leo sengaja memasukan saus cabai sebagai isian roti untuk Bella.
“Bel.. woy nih,” kali ini Leo sambil menyodorkan roti yang telah ia isi dengan saus cabai
Tanpa menjawab, Bella langsung merenggut dan melahap roti isi saus cabai tersebut.
“Gila, lo mau bunuh gue atau gimana si,” dengan nada kesal, Bella sambil menuang segelas air putih dan langsung meneguknya
“Hahahahaha..” Leo yang merasa menang, hanya tertawa mihat Bella yang terlihat kepedasan
“Setres tau ga sih lo, mending lo gak usah ke sekolah. Pergi ke skiater sana, lo itu gangguan jiwa! Mamih Bella berangkat,” Bella dengan nada kesal
Bella yang sudah kesal, langsung bergegas pergi meninggalkan ruang makan sambil menggendong tas warna peach kesayangan nya.
“Yah, Bel gue cuma bercanda kali,” Leo berusaha mengejar langkah Bella
Sekali lagi, Rani hanya senyum tipis melihat anak nya yang di buat salah tingkah.
“Bel, Lo bareng gue aja,” Leo langsung menarik tangan Bella, berharap ia mau menghentikan langkahnya
“Gak mau!” Bella menolak, melepaskan genggaman Leo dan terus berjalan
“Yakin lo gak mau? Pagi-pagi gini mana ada tuh ojek,” ajak Leo lagi
Dengan gengsi Bella menolak, “Enggak, gue gak mau. Kalo lo mau pergi, ya duluan aja,”
“Oke, selamat menunggu abang-abang ojek” Leo meledek
Bella hanya tersenyum kesal, dan menggerutu di dalam hatinya,
“Sumpah, dari dulu gak pernah berubah. Di sekolah aja sok cuek sama gue. Liat aja dia gue bales nanti”
_____
JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK, fyi buat kelanjutan nya update tiap malam kalau gak ada kendala, happy reading^^
Maaf masih banyak kesalahan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIP (On going)
Teen Fiction"Selain aku takut kehilanganmu, aku juga takut cinta sendirian"