First Date

1.8K 129 12
                                    

Angin berembus cepat mengibarkan surai pendeknya ke belakang. Ia membiarkan wajahnya diterpa bayu begitu kencang. Tangan dan kakinya membuat posisi ancang-ancang.

Di seberang sana, seorang gadis lamat-lamat memandanginya, terlihat akan melempar semua kunai yang terapit satu-satu di antara belahan jari-jemari lentik miliknya. Sedikit menyipit sebelum ia benar-benar mengempas semuanya dengat gerakan kelewat cepat.

Tring. Shing.

Dari arah berlawanan, si pemuda dengan gesit—sambil tersenyum mengejek—menepis semua kunai yang bertubi-tubi datang padanya. Sejemang menghindar ketika gumpalan api nyaris membakarnya, ia lantas memiringkan kepala, dengan santai berjalan ke arah Uchiha Sarada.

"Kemampuan menyerangmu berkurang, eh—?"

Sekonyong-konyong Boruto merangkul bahu sang gadis tatkala mendapat tatapan malas disertai kesal yang tertuju padanya. Ia terkekeh ringan sebelum menepuk pelan lengan kiri Sarada sambil berbisik di telinganya. "Kau benar-benar berubah. Jarang latihan karena terus-terusan memikirkanku, ya?"

Spontan—tanpa perlawanan—Boruto menerima pukulan lumayan kencang dari Sarada. Alih-alih meringis sakit, ia malah tergelak hingga rasa-rasanya Sarada ingin melemparnya ke danau distrik Uchiha yang—kata orang-orang, sangatlah angker. Sungguh menjengkelkan baginya jika ditertawakan seperti itu.

"Jika berkata begitu lagi, aku tidak akan segan meninjumu sampai babak belur, Uzumaki Boruto." kata Sarada, nadanya dingin.

Boruto melepas tawa lagi lalu terdiam setelah dipelototi oleh sharingan milik sang kekasih. "Iya, iya. Tidak lagi, kok. Tapi memang benar,'kan, kalau kemampuanmu seperti berkurang. Kau kurang latihan, ya?"

Sarada menghela napas, menonaktifkan doujutsu khas Uchiha-nya. Mengangkat bahu, acuh pada pertanyaan Boruto.

"Sudah hampir malam, aku akan mengantarmu pulang." Dalam keheningan yang baru saja dibuyarkan, Sarada lantas menggeleng, menolak tawaran sang kekasih. Jujur saja ia bukannya tidak mau, hanya saja orang-orang desa sudah seperti rintangan baru baginya. Pertanyaan-pertanyaan juga godaan yang kerapkali dilecutkan bagai melodi menyebalkan yang selalu saja menggiringnya ketika ia tengah bertugas, atau bahkan hanya berjalan-jalan keliling desa.

Memang, bukan gosip baru lagi mengenai terjalinnya hubungan—melebihi teman satu tim—dengan pria Uzumaki di sampingnya ini. Beritanya bahkan sudah tersebar hampir ke penjuru desa. Hei, Sarada sangat malu saat kali pertama ada yang mengetahui hubungan mereka selain, tentunya, mereka berdua. Yang pertama tahu adalah Kawaki. Dan itu sempat menjadi keributan sebab Kawaki—yang biasanya memang tak peduli—malah dengan repot membeberkan pengetahuannya pada Himawari.

Dalam pandangan Himawari, hal tersebut tentunya adalah berita yang baik. Kemudian, dengan wajah secerah matahari, ia dengan girang mengatakan pada semua orang bahwa kakaknya, Uzumaki Boruto dan Uchiha Sarada berpacaran.

Sarada mengembuskan napas mengingat hal itu, ia tak habis pikir. Lagi pula, sejak menjadi sepasang kekasih pun, Boruto belum dan bahkan tidak pernah mengatakan perasaan cintanya. Sarada sempat ragu dan berpikir kalau yang dirasakan Boruto selama ini hanyalah perasaan seorang teman yang terlalu kuat. Namun, satu bulan yang lalu, ketika ia dengan enteng mengajaknya berpacaran tanpa basa-basi atau semacamnya. Sarada jelas memberinya waktu untuk menjawab, kurang-lebih sekitar dua minggu dan pada akhirnya ia memberikan jawaban "Ya!" pada Boruto dengan senyuman terpaksa.

Boruto yang memang tak terlalu peduli dengan mimik wajah Sarada, lantas tersenyum hangat dan serta-merta memeluk kekasih barunya dengan erat. Padahal, dalam hati Sarada masih ragu, karena setelah menembak pun, Boruto masih saja sering berjalan-jalan keliling desa bersama Kakei Sumire.

COLORS ~Kumpulan Cerpen BoruSara~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang