Halooo~
Haduh, gemeter aku mau post cerita ini.
Ini kedua kalinya aku ikut project menulis.
Terima kasih untuk asabelliaa yang selalu memotivasi untuk jangan ragu memposting tulisan kita disini.
Dan akhirnya, aku memberanikan diriku.
Bismillah.. semoga ceritaku ini masih nyaman di baca meski masih banyak kurangnya. Penggunaan bahasanya yang masih berantakan.
Happy reading~
*****
Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup, yang baik maupun yang buruk sekalipun. Semua itu menuntut kita untuk selalu belajar bagaimana kita harus menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Seperti halnya yang dialami Chaeri selama beberapa waktu belakangan. Chaeri merasa hidupnya penuh dengan rintangan. Rintangan berat yang harus ditanggung oleh gadis umur 17 tahun itu.
Sebenarnya Chaeri sudah lelah jika harus menangis seperti ini. Tapi rasa sesak di dadanya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Rasanya terlalu menyesakkan hingga dadanya akan meledak. Chaeri membenamkan wajahnya di bantal agar suara tangisnya bisa teredam.
"Kenapa lagi, hmm?"
Seorang laki – laki duduk di tepi kasur Chaeri kemudian mengusap kepala Chaeri pelan. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran namun tetap terlihat tenang. Sedangkan Chaeri masih melanjutkan tangisnya, mengabaikan pertanyaan laki – laki tersebut.
"Ya sudah. Menangis saja dulu."
Hampir 10 menit laki – laki itu menunggu, akhirnya tangis Chaeri mereda. Chaeri mengangkat wajahnya kemudian memposisikan dirinya untuk duduk berhadapan dengan laki – laki tadi.
"Maaf ya, kak." Chaeri bergumam lirih. Merasa tak enak hati jika laki – laki itu melihatnya menangis lagi.
Laki – laki itu mengusap air mata yang masih bersisa di wajah Chaeri. "Aku merasa menjadi pacar yang jahat kalau kau menangis terus seperti ini."
Chaeri spontan menggelengkan kepalanya. "Kakak tidak jahat. Ini bukan salah kakak."
"Lalu, kenapa kau menangis? Ini yang ketiga kalinya selama seminggu."
Chaeri menatap wajah laki – laki yang menyebut dirinya sebagai pacar tadi. Matanya kembali berkaca – kaca teringat kejadian siang tadi. Ia bingung harus bercerita darimana. Takut juga jika cerita, ia malah menangis lagi.
"Belum mau cerita?" tanya laki – laki itu. "Sekarang mandilah setelah itu makan. Aku membawa makanan kesukaanmu," titahnya.
Katakanlah Chaeri termasuk salah satu perempuan yang beruntung bisa memiliki kekasih seperti Gu Yungi. Laki – laki yang dulu menjadi kakak kelas dan kini menjadi kekasih sejak 7 bulan yang lalu. Yungi adalah pria yang hangat dan penuh pengertian. Seperti tadi, ketika Yungi tidak memaksa Chaeri untuk menceritakan kejadian yang membuat Chaeri menangis.
Ya. Chaeri sangat beruntung memiliki Yungi. Namun, keberuntungan itu sepertinya tidak berpihak pada keluarganya. Chaeri mempunyai cerita lain mengenai keluarganya.
***
Pagi ini Chaeri berangkat ke sekolah lebih awal karena ia mendapat tugas untuk memindahkan buku dari ruang guru ke laboratorium Biologi untuk bahan praktikum. Ada 10 buku yang Chaeri bawa. Tertumpuk cukup tinggi di depan dada membuat Chaeri sedikit kesulitan melihat apa yang ada didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Knows
Short Story"Untuk apa mereka melahirkanku jika hanya akan ditinggalkan." "Tidak ada gunanya kau menyimpan dendam maupun luka" "Kak, kurasa selama ini aku buta."