CH16: I loved Her | End

907 94 23
                                    

Saat mendengar aku mengundang Jisoo makan malam reaksi pertama Suzy adalah memberikan aku banyak emoji hati dan kiss. Sejak awal sepertinya aku tahu Suzy ingin sekali bertemu Jisoo secara langsung. Beberapa hari terakhir mereka sering berinteraksi hanya melalui pesan dan vidio call. Aku bersyukur mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga tidak ada satu pun dari mereka yang mencetuskan untuk bertemu.

Akhir tahun ini Jisoo disibukkan dengan jadwal syuting dramanya yang akan tayang awal tahun depan. Syuting drama walaupun menyenangkan tetap saja melelahkan. Oleh sebab itu, aku hanya meminta Jisoo untuk datang. Tidak ada embel-embel aku yang memasak dia yang mencuci piring. Makan malam kali ini aku yang sebagai tuan rumah menyiapkan semuanya tanpa campur tangan tamu-tamuku.

Pukul tujuh malam, saat aku sedang menata meja makan, bel rumahku berbunyi. Dari mini screen aku bisa melihat Suzy datang. Sambil tersenyum aku membuka pintu rumahku dan memberikannya pelukan singkat.

"Harimu berjalan dengan baik?" tanyaku sambil menutup pintu.

Memperhatikan sekitar, Suzy mengangguk. "Aku berhasil membujuk manajerku agar aku bisa pulang lebih awal hari ini. Wah, rumahmu sungguhan serapi ini walaupun sedang tidak ada tamu?"

"Ada yang aneh dari rumah rapi milikku?"

"Biasanya seorang pria yang super sibuk tidak sempat merapikan rumahnya."

Aku tertawa. "Aku memang tidak merapikan rumahku. Barang-barangnya saja yang tidak pernah aku sentuh."

"Seharusnya aku bisa menebaknya sejak awal." Suzy mendekat ke arahku, "kau masak apa?"

"Apa saja yang tersedia di meja makan kecil ini, aku yang memasak semuanya."

Suzy melihatku seakan-akan ia ingin memuji. Melihat tingkahnya aku tertawa. Aku melanjutkan aktivitas yang tertunda lantaran harus membukannya pintu. Sambil menunggu Jisoo, aku membiarkannya berkeliling melihat seisi rumahku.

Mungkin ini tidak berlangsung selamanya.

Aku tidak sanggup berjanji kau dan aku akan bertahan selamanya.

Melihat senyummu malam ini berhasil membuat duniaku berporos hanya padamu.

Di satu titik kebahagiaanku berada sekarang.

Kau menatapku dengan senyum manis itu selalu.

Dan aku diam memandangimu.

Berharap, senyum manis itu masih bisa aku lihat esok, esok, dan esok lagi.

****

Jisoo tiba di rumahku setengah jam kemudian. Kami bersulang di meja makan kecilku. Merayakan hari jadiku bersama Suzy. Senyuman manis itu tak henti-hentinya terlukis di wajah cantiknya. Kadang aku terdiam. Kadang aku membalasnya, ikut tersenyum. Bersama Jisoo ini kali pertama aku merayakan hari jadianku. Siapapun yang mengetahui makan malam kami pasti akan menganggapku aneh.

Tetapi aku tidak peduli.

Melihat betapa bahagianya wanitaku saat ini, aku tidak perlu mendengar ucapan apapun dari orang lain.

"Aku selalu melihatmu di TV. Ternyata bertemu langsung kau terlihat berkali-kali lebih cantik," pujian itu datang dari bibir Jisoo sembari ia meneguk soju di gelasnya.

Suzy tertawa. "Bukankah kita pernah bertemu di acara penghargaan?"

"Dengan jarak yang jauh, mana bisa aku melihat wajahmu dengan seksama. Tapi kali ini, aku bahkan bisa menggambar wajahmu di atas kanvas dengan baik. Ah, aku dengar kau suka menggambar?"

"Ya, aku suka melakukan hobi yang menarik," jawab Suzy sambil menatapku.

Aku mengangkat alis, menatapnya bingung. "Kenapa tiba-tiba jadi menatapku?"

"Tidak. Aku hanya ingin memastikan kau masih duduk di sana."

"Oh! Joo Hyuk!" Jisoo menggodaku.

Mengabaikan Jisoo, aku mengubah posisi dudukku. Memposisikan Suzy agar mengubah posisi duduknya menjadi menghadapku. Aku memandangi netra cokelat miliknya, tersenyum, lantas mengecup bibirnya singkat.

"Sial, mataku!" umpat Jisoo.

Suzy tersenyum. "Apa itu tadi?"

"Hadiah," jawabku singkat.

"Untuk apa?"

"Kau sudah memastikan aku tetap ada di sampingmu. Instan hadiah. Begitulah kira-kira."

"Gomawo."

Aku mengangguk.

Bersamaan dengan itu, Jisoo memukul meja sembari berdiri. Ia menatapku dan Suzy bergantian. Wajahnya memerah. Tentu saja ia kesal. Dalam hati aku tersenyum puas.

"Jika kalian—"

"Jika kau sengaja membuatku kesal lagi, aku bisa melakukannya lebih dari yang tadi." Aku memotong aksi protesnya.

Jisoo kesulitan mengatur napasnya yang naik turun dalam tempo cepat, memilih duduk kembali. Mengambil sumpit miliknya, mengambil makanan. Mengunyah dalam geram.

****

Bersamamu aku berhasil menolak melakukan PR stunt.

Bersamamu aku berhasil mengungkapkan perasaanku sejak awal.

Bersamamu aku harap tidak ada patah hati yang ke dua kalinya bagiku.

Walaupun aku tahu itu sungguh mustahil.

Janjiku adalah tidak sanggup menahan kau dan aku berlangsung selamanya.

Janjiku adalah tidak mampu membuatmu menetap bersamaku selamanya.

Janjiku adalah tidak bisa melihat wajah cantikmu selamanya.

Aku akan kembali patah hati.

Jika bisa izinkan aku menerimanya sendirian.

Malam ini saja aku ingin kau tahu.

Aku mencintaimu.

Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari apa yang sedang terjadi. Bibir kami bertemu kembali. Di depan Jisoo, lagi. Memang salahku mengundang Jisoo malam ini, maka biarlah Jisoo menjadi saksi bahwa aku sangat mencintainya. Melumat bibirnya dalam dengan rasa cinta yang amat besar.

Jisoo awalnya masih bisa menikmati film yang masih setengah berjalan. Namun, pada akhirnya ia bangkit berdiri. Mengambil jaket tebal dan kunci mobilnya. Seraya mengumpat.

"Sial! Harusnya aku pulang sejak awal."

Mungkin hanya aku yang mendengar umpatan itu. Saat suara pintu depanku tertutup, aku melumat bibirnya lebih dalam lagi. Seakan-akan tidak ada hari esok bagiku. Seakan-akan ini terakhir kali aku menciumnya. Seakan-akan...,

Aku menghentikan ciuman kami.

Suzy tertunduk. Melingkarkan tangannya di leherku.

Aku mengambil wajahnya agar aku bisa melihat netra cokelat indah itu seakan-akan untuk yang terakhir kalinya.

"Saranghae," kataku seakan-akan untuk yang terakhir kali.

"Nado," balasnya dengan senyum manis itu lagi.

Aku ikut tersenyum seakan-akan untuk yang terakhir kalinya. Menyusuri setiap inci wajah cantiknya dengan jemariku seakan-akan untuk yang terakhir kalinya.

"Jika hari esok tidak ada, aku ingin kau selalu tahu kalau aku sangat mencintaimu."

****

THE END

****

See you at another books🤗❤️

Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang