Sebuah lengan kecil kini tengah menggenggam erat ponselnya, mata nya menajam dan memanas saat melihat dua orang insan tengah berduaan di taman belakang.
Ya, Gadis itu adalah Edrea Leta Letashia gadis yang biasa di panggil Rea. Ia membalikan badannya lalu melangkah.
Hati nya sakit dan cemburu saat melihat kekasihnya tengah berduaan dengan sepupunya Kaila Sherly Sifabella.
Semuanya sudah diambil oleh Kaila, mulai dari mama dan papa, Abang nya, dan sekarang kekasihnya, entah apa lagi yang akan Kaila ambil.
Rea masuk kedalam WC lalu menguncinya, tubuhnya merosot kelantai. Ia sudah benci sepupunya sangat benci.
Andai saja dulu yang mengalami kecelakaan dirinya bukan Kaila, mungkin sekarang keluarga nya akan selalu ada disisinya.
Air matanya mengalir, Rea rindu mamanya Rea rindu papanya Rea juga rindu abangnya, tapi mereka tidak merindukannya.
Rea menghapus air matanya kasar, ia tidak boleh lemah ia harus semangat, ia harus kuat.
"Gue lagi mencoba membahagiakan diri sendiri. Semoga bisa pasti bisa"
***
Rea kini tengah berjalan kearah kelasnya. Ia tak sengaja melihat Kaila yang tengah dikerumuni oleh orang-orang kelas.
Rea melihat Kaila tengah menangis, sejahat-jahatnya Kaila Rea tidak bisa diam jika ada yang menyakiti Kaila.
Rea menghampiri Kaila lalu berdiri dihadapannya.
"Kenapa?" Kaila mendongak dengan air mata dipipinya.
"Re Lo maukan relain Arav buat gue? Anggap aja ini permintaan terakhir gue"
Ini yang sangat Rea benci dari Kaila, Kaila selalu mengeluarkan senjatanya untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Rea tersenyum kecut lalu menggeleng, ia tidak mau melepaskan Arav begitu saja, hubungannya dengan Arav sudah hampir dua tahun lebih, jadi ia tidak mungkin mengakhirinya begitu saja hanya untuk sepupunya.
Semua orang yang ada disana tentu saja berpihak kepada Kaila. Karena mereka pasti merasa kasihan kepada Kaila, karena Kaila pernah kecelakaan dan ada pembenturan dikepalanya.
"Relain aja Re masa Lo gak kasian sama sepupu Lo" Rea menoleh ke sumber suara lalu menatap nya datar, ia berdecak lalu menatap Kaila tajam.
"Lo belum cukup La? Lo belum puas udah ambil semuanya dari gue?" Air mata Kaila kembali jatuh, dan itu membuat Rea jijik melihatnya.
"Kok Lo ngomong kaya gitu sih Re? Gue ini sakit Re dan gue gak tau sampai kapan gue bisa bertahan" Rea terkekeh renyah, ia sudah bosan dengan perkataan itu.
"Jadi Lo mau dikasihani sama gue?" Kaila menggeleng cepat lalu menggenggam tangan Rea.
"Gue mohon Re" Rea menepis tangan Kaila kasar membuat Kaila sedikit terhempas kan.
Seseorang mendorong bahu Rea dengan kasar membuat Rea terjungkal ke belakang. Ia menatap orang itu tajam.
"Lo apa-apaan bangsat?" Orang tersebut melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo itu gak punya hati ya Re?"
"Sepupu Lo itu lagi sakit, tapi Lo malah nambah sakit dia" Rea berdecih lalu bangkit. Ia menatap orang itu dari atas hingga bawah.
"Gak punya hati Lo bilang?"
"Ya gue emang gak punya hati, karena gue udah kasih semua nya sama sepupu gue mulai dari keluarga, sahabat, dan sekarang gue harus ngerelain pacar gue. Ya, gue emang gak punya hati karena udah ngasih semuanya kesepupu gue" Rea tersenyum miris. Semua orang terdiam, sedangkan Kaila hanya menunduk.
"Tapi gue masih punya perasaan" Rea berlalu meninggalkan mereka yang terdiam.
Kaila yang sedari tadi menunduk, ia mendongak menatap punggung Rea yang menjauh. Ia mengangkat sudut bibir kirinya.
***
Rea menghentikan langkahnya di bawah pohon besar milik sekolah. Ia duduk di bawah tanah lalu menyenderkan punggung ke belakang.
Rea tidak peduli jika semua orang menganggap nya jahat. Bahkan ia juga tidak peduli jika semua orang membencinya.
Rea memenjamkan matanya sekejap lalu membukanya kembali. Biasa disaat ia tengah down selalu ada Arav disisinya, tapi sekarang Arav lebih memperhatikan Kaila dibanding dirinya.
Rea menghela nafas lelah, ia sudah lelah, ia tidak tahu harus berbuat apa.
Seseorang duduk disebelahnya, Rea menoleh kepada orang itu, lalu menautkan alisnya.
"Mau apa Lo?" Orang tersebut tersenyum lalu menggeleng.
Ya, orang itu adalah Adelard teman sekelas nya sekaligus teman sekelas saat di SMP.
Tujuan Adelard menemui Rea, karena ia ingin memastikan bahwa Rea baik-baik saja. Karena ia sedari tadi memperhatikan Kaila yang tersenyum licik kearah Rea.
Memang Adelard sudah menduga itu semua, Kaila adalah teman Adelard dari SMP dan ia tahu pasti bagaimana sifat licik Kaila.
"Lo gak usah turutin apa mau Kaila"
"Gue gak tau pasti Lard, karena gue selalu liat mereka bareng- bareng. Dan gue yakin pasti ada tumbuh rasa suka di hati Arav Lerd" Rea menghela nafas berat.
Ya, dirinya selalu melihat Kaila dan Arav tengah bersama dan itu membuat dirinya berpikir bahwa Arav juga pasti menyukai Kaila.
Adelard menatap Rea lekat, ia melihat sisi rapuh Kaila, ya, walaupun Rea selalu terlihat baik-baik saja.
Adelard mencekal kedua bahu Rea membuat mereka saling bertatapan.
"Jangan sampai itu terjadi Re" Rea menatap mata Adelard membuat hatinya menjadi hangat, ia tersenyum lalu mengangguk.
Adelard melepaskan cekalannya lalu tersenyum dan mengusap pucuk kepala Rea.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY. [ON GOING]
Teen Fiction"suatu hari nanti, gue bakal terbangun seperti enggak terjadi apa-apa" *** "Mama bisa kan ngambilin rapot aku? "Mama harus ngambilin rapot sepupu kamu, karena mama nya lagi ke luar kota" *** "Papa mau kan anterin aku kerumah sakit?" "Gak bisa sayan...