Royjoon mengambil sebuah kotak besi di bawah ranjangnya. Kotak besi itu ia taruh di atas ranjang bersamaan dirinya mendudukkan diri. Thayang yang berdiri di sampingnya hanya bisa memperhatikan dengan saksama. Kata Royjoon, itu benda keramat yang amat berbahaya jika ketahuan. Saat berusaha membuka kotak besi agak berkarat itu, Jimino masuk kamar Royjoon tanpa permisi. Alhasil Royjoon gelagapan menyembunyikan kotak besi itu di bawah bantal.
"Kenapa lu, Bang?" tanya Jimino tak tahu apa-apa.
"Astaga, Perkedel! Gue kira siapa, hampir aja jantung gue meletup. Lain kali kalau mau masuk ketuk pintu dulu!" omel Rpyjoon begitu melihat penampakan Jimino yang mendekat.
"Dih, marah."
"Ayo, Bang. Langsung dibuka aja. Apa sih isinya?" tanya Thayang penasaran.
"Oke," sahut Royjoon kembali mengambil kotak besi itu yang telah setengah terbuka.
Baik Thayang maupun Jimino, mereka dengan serius menatap ke arah kotak. Royjoon meraih sesuatu di dalam kotak itu. Sebuah kunci berwarna silver tersimpan di sana.
"Taraaaaa!" ucapnya bangga sambil mengangkat kunci itu.
"Kunci? Buat apaan?" tanya Jimino bingung.
"Saya udah gak sabar padahal tadi," ucap Thayang.
"Ente berdua emang bahlul, ini kunci amat membantu. Tau nggak ini kunci apa?" ucap Royjoon.
"Perkara langsung kasih tau, pakek main tebak-tebakkan," cerca Jimino.
"Ini kunci gudang!" ucap Royjoon dengan mata berbinar senang.
"Eh, seriusan? Kok bisa ada sama elu, Bang? Nyolong pasti nih," kaget Jimino.
Sebuah timpukan mendarat di bahu Jimino, kesal sekali wajah Royjoon saat itu. "Gue nemu, bahlul!"
"Gue nemu dekat tong sampah dapur. Kececer atau apalah. Sebenarnya waktu itu Zeron sempat nyariin, lah gue cuma diem dong. Sebab gue nggak mau berurusan sama Zeron. Juga ... " Royjoon menatap penuh arti pada mereka berdua. "Gue penasaran sama isi gudang sedari dulu. Gue pikir, kapan-kapan gue berjodoh bisa tengok nih gudang bagian dalam. DAN INI SAATNYA. BWAHAHAH-HA-"
Jimino menyumpal mulut Royjoon dengan tisu dengan bekas apa. "Lo mau semua orang pada curiga? O'on jangan dipelihara!" ujarnya.
"Cuih, asin. Eh, kalian pada siap kan? Kita meluncur sekarang sesuai rencana," ujar Royjoon.
"Siap, Bang. Let's go!" ucap Thayang keluar kamar lebih dulu.
Jimino mengintip dari balik tembok, kalau-kalau ada yang melihat aksi frontal mereka. Kenapa disebut frontal? Sebab inilah hal yang paling berbahaya kalau dilakukan. Pantangan terbesar penguni kosan adalah membuka gudang. Jimino menelisik dengan mata sipitnya, lalu menoleh ke belakang tepat pada dua pria yang kini berdiri di depan gudang.
"Aman," ucapnya setengah berbisik. Thayang dan Royjoon mengangguk pasti.
Jimino terkejut ketika wajah Koko sangat dekat dengannya saat berniat mengalihkan pandangan lagi dari dua temannya itu.
"Astaga, pocong!" latah Jimino.
Mata melotot. "Adek bukan pocong."
"Habisnya elu ngagetin. Shuuutt ... lu diam aja di sini sama gue. Tuh bang Joon sama Thayang lagi mau masuk gudang," ucap Jimino.
"HAH?"
"Diam, bocil! Diam!"
Koko mengangguk, lalu ikut memperhatikan Thayang dan Royjoon dari kejauhan.
"Lu pantau di depan pintu luar deh, jaga-jaga kalau Zeron atau bu Say ke sini. Bisa tamat kita tanpa epilog. Sana pergi!"
"Ck, pasang kuping ya kalau Adek teriak nanti," sahut Koko berjalan menuju pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]
HorrorKosan 7 Pintu? Katanya kosan itu hanya terdapat 7 pintu dan dihuni oleh pria saja. 7 kamar tersebut sudah terisi penuh dengan penghuni terakhir bernama Thayang. Hanya ia yang tahu, di dalam kosan itu ternyata ada satu kamar lagi dan satu gadis canti...