Shadow

130 18 16
                                    

          Seseorang membungkam mulut Krystal. Tidak terlalu jelas siapa sosok itu sebenarnya. Ruangan itu hanya memiliki sedikit sorot cahaya dari sela-sela jendela yang terlihat malu-malu. Berkat sedikit cahaya itu, terlihat beberapa pria menatapnya dengan sangat mengintimidasi.

Salah seorang dari mereka memiliki tubuh besar dengan suara berat, Krystal menebak pria itu pasti berusia akhir 30 tahunan. Hal itu ia rasakan dari telapak tangannya yang mampu menutupi setengah dari bagian wajah Krystal.

Melalui desakan tangan pria itu Krystal paham ia mengisyaratkan untuk tidak banyak memberontak. Suasana disini begitu gelap, hawanya lembab dan dingin yang menusuk hingga tulang. Tubuh Krystal mulai membeku ketakutan.

Tidak ada satu pun yang mampu menyelamatkan dirinya. Pikirnya dengan pasrah.

Hingga akhirnya seseorang datang menghampiri mereka. Kali ini seorang perempuan, terdengar dari langkah kakinya yang mengunakan high heels.

"Tinggalkan kami," suruh wanita tersebut kepada beberapa pria yang ada di dalam sini. Entah tepatnya berapa, mungkin sekitar 3 orang.

"Apa kau tau siapa saya?" Suara wanita itu terdengar seperti menahan amarahnya.

Krystal hanya mengelengkan kepalanya. Benar-benar tidak ada ide di otaknya untuk berpikir wanita mana yang sangat tega mengurung dirinya.

"Saya adalah PO12." Bola mata Krystal membulat. Bagaimana mungkin dirinya berada disini, bukankah Jimin berhasil memenangkan game gila itu?

"Apa mau mu? Bukankah suami ku berhasil mengalahkan mu dalam permainan gila itu?" Krystal yakin sekali, bahwa permainannya sudah selesai.

"Dia kalah. Apa kau lupa berkat siapa Jimin menjadi kalah?"

Krystal semakin bingung. Misi terakhirnya bukankah ia harus berciuman di depan mantannya? Lalu kenapa kalah. Pikirannya benar-benar kalut.

PO12 hanya tertawa. "Jimin tidak berhasil tidur dengan wanita dari istri karyawannya. Apa kau lupa?"

"Kau bercanda. Tidak mungkin itu misi terakhirnya---"

          "Ya. Tidak mungkin, karena seharusnya kau bangun Krystal!" teriakan seseorang berhasil membangunkannya dari mimpi dengan sambutan air dingin ke tubuh Krystal.

Kini Krystal benar-benar basah, ia terbangun dari mimpinya dengan perasaan begitu sesak disertai kaget yang luar biasa.

"Seokjin!"

Krystal kaget, dilihatnya sosok Seokjin yang sudah berada di kamarnya dengan tangan bersilang di dada.

"Jam berapa ini! Kita harus ikut pra-ospek bodoh! Cepat, 10 menit lagi." Seokjin melihat jam tangannya dengan panik.

Krystal melirik jam dinding. Sial. Mereka benar-benar sangat telat. "Kenapa gak bangunin dari tadi sih." Dengan kesal Krystal mengambil baju ganti. Ia bahkan tidak cuci muka sama sekali.

"Sudah woi, tapi lo---"

"Siapa suruh nyekokin gue cerita 'How Come' pas mau ospek!" Krystal sanggah dengan cepat ucapan Seokjin. Ia terus ngedumel sambil berlari ke arah kampus.

Sudah 10 tahun mereka berteman, Seokjin memang selalu mencekokan Krystal dengan berbagai gendre tulisan. Mereka kini berusia 19 tahun, dan masih saja Seokjin memberikan banyak referensi tulisan fiksi kepada Krystal.

Tapi berkat banyak tulisan fiksi yang mereka baca, akhirnya mereka bermimpi dan yakin untuk bisa kuliah di Koentji Zena University.

Sebuah kampus terbaik yang dimiliki negeri ini. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana proses penilaian setiap tahunnya. Para petinggi di kampus itu tidak terlalu tertarik dengan 'nilai' yang dimiliki para calon mahasiswanya. Bagi mereka EQ juga menjadi poin penting untuk menerima mahasiswa.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang