38. Pakai Pakaian Tebal

56 13 24
                                    

Latihan, latihan, dan latihan. Tanpa terasa, dua bulan kembali berlalu. Sudah empat bulan aku mempelajari sesuatu, yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya, dari ketiga sepupuku: Febri, Kak Gita, dan Bang Ajun——walaupun sebenarnya yang mengajariku hanya Febri dan Bang Ajun. Kehidupan remajaku seperti... berubah. Aku tidak tahu apa yang akan menungguku di depan sana. Melanjutkan pendidikan ke universitas seperti tidak ada artinya lagi. Pernikahan juga... masih ada artinya, sih. Hanya saja, mungkin, sekarang hidupku bukan hanya sekedar hal-hal itu saja.

Kami masih belum bisa mengisi sumur di atas Pilar Langit sampai penuh, setidaknya ada peningkatan, sekarang kami bisa mengisi sumur sebanyak enam belas ember per hari——dua di antaranya tidak sampai ke puncak. Untuk latihan meditasi, kami sudah bisa duduk satu jam di atas gigi magolodon, tapi belum bisa cukup fokus untuk menyelami diri lebih dalam. Jadi untuk latihan membuka portal, belum ada perubahan. Tidak ada satupun dari kami yang bisa melakukannya——tak apa, ini belum lima puluh tahun.

Untuk latihan kepemilikan cukup bagus. Aku sudah bisa membuat sesuatu yang lain selain bola-bola api, seperti semburan api contohnya. Dan sekarang aku bisa membuat bola salju. Tristan bisa bergerak cepat dengan kepemilikannya, baju zirah miliknya pun sudah semakin keras, dan bisa menahan serangan suhu panas juga dingin yang ekstrim. Sedangkan Nova sudah bisa berubah lebih dari dua puluh bentuk hewan, walaupun dia belum bisa mempertahankan bentuk perubahannya lebih dari satu jam, tapi tetap saja, dia masih yang terhebat dari kami. Karena dia bisa berubah jadi naga merah muda setinggi sepuluh kaki yang menyemburkan api, itu membuat Tristan memanas——panasnya tidak cukup untuk memanaskan kue, tapi cukup membuat telinganya memerah.

Dan untuk latihan bersama Bang Ajun..., kami sering di marahi, tapi tidak apa-apa, itu sifat Bang Ajun——kami hanya perlu fokus, agar tidak terperanjat kaget setiap kali dia membentak. Sekarang kami sudah mempelajari cara meninju dan menendang——masih belum menguasai enam teknik hebat yang pernah dia tunjukkan, tak apa, ini belum lima ratus tahun. Hhmmm....

Ada yang, aku rasa, cukup aneh. Misteri ini belum terpecahkan selama empat bulan terakhir. Seberapa keras kami berlatih setiap hari, keesokan harinya kami selalu bangun dengan segar, tidak ada sisa rasa sakit bekas latihan. Rasa sakit bekas latihan itu hanya terasa satu hari saja, di hari kami berlatih. Setelahnya kami tidak merasakan apa-apa. Ini mungkin bagus, tapi juga aneh.

Untuk masalah Ujian Nasional, Febri guru yang baik untuk mengajari tentang itu. Kami tidak melupakan pelajaran di sekolah. Aku juga sempat bertanya, apa tidak ada buku yang menjelaskan tentang kepemilikan atau pengetahuan tentang Hamia, atau hal semacamnya? Apa Kaum Hamia tidak memiliki profesor atau... ya, semacam itu?

Dan Febri menjawab, "Ada, tapi semua tulisannya berbahasa Latin, Turki, Yunani, Arab, Italia, Spanyol, Portugis, Jerman, Mandarin, Jepang, Ibrani, dan Prancis, ada juga bahasa Hindi, tapi sedikit. Kau boleh membacanya jika kau mengerti. Perpustakaannya terletak di lantai tiga, pintunya memiliki dua daun pintu berukiran tumbuhan anggur, warna cokelat gelap mengkilap, paling besar dan paling tinggi dari pintu-pintu lainnya. Kau pasti menemukannya."

Dan aku kembali bertanya, "Tidak ada yang berbahasa Indonesia? Padahal Juki dan Jaki saja mengerti bahasa Indonesia." Jika saja ada yang berbahasa Inggris, aku mungkin bisa membacanya sedikit demi sedikit.

"Tidak ada buku bertuliskan huruf abjad latin yang bahasa Indonesia," jawabnya. "Dan untuk masalah Juki dan Jaki, sebenarnya mereka tidak menggunakan bahasa Indonesia. Mereka menggunakan bahasa lain, yang hanya ada di planet ini."

"Kenapa kita bisa mengerti apa yang mereka katakan? Dan, aku juga tidak merasa jika mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda."

"Itu karena kau adalah seorang Hamia. Tanpa kau sadari, kau bisa mengerti dan mengucapkan bahasa manusia yang hidup di Angkasa yang tingkatannya di bawah Angkasa tempat kau berasal." 

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang