"Aku tidak ingin pergi ke mana-mana!" gumamku sembari membenamkan wajah ke bantal.
Sekarang aku sedang berada dalam mode hikikomori, aku tidak ingin keluar dari kamar. Rasanya kasurku ini memiliki medan magnet yang sangat kuat hingga diriku tidak bisa beranjak darinya. Aku hanya tiduran di kasur sembari membaca light novel atau menonton anime. Untuk makanan, itu semua dibawakan oleh para gadis. Mereka melayaniku dengan sangat baik. Tapi jujur saja, mereka terlalu bekerja keras. Ketika aku tidak mandi sehari, mereka akan mendatangiku dan membasuh tubuhku dengan kain basah. Aku sampai terkejut karena mereka membuka bajuku secara tiba-tiba.
Hari ini adalah hari di mana kami akan pergi ke Fallen World. Ini semua karena situasi aneh dua hari yang lalu. Aku tidak tahu apakah mereka merencanakan itu atau tidak, tapi aku merasa seperti digiring ke dalam situasi aneh itu. Jika mereka merencanakan itu untuk menggiringku ke situasi aneh, aku pikir itu sedikit berlebihan. Ruang tamu hancur dan Feri dikorbankan sebagai pemicu, itu sangat berlebihan menurutku hanya untuk menggiringku ke situasi aneh dua hari yang lalu.
Aku tidak ingin pergi ke Fallen World, itu yang pikirkan. Aku takut nanti ada sesuatu kejadian yang membuatku malah menghancurkan salah satu dunia Fallen World. Itu tidak akan menyenangkan kalau harus mengulang kejadian yang sama selama dua kali. Jika ini adalah sebuah cerita, itu akan menjadi akur yang monoton. Ya, karena hidupku monoton seharusnya itu tidaklah masalah. Tapi, tetap saja itu akan membosankan harus membaca resep yang sama setiap event.
Kejadian di Hebell membuatku tidak mau pergi ke isekai lagi. Statusku sebagai raja iblis membuatku hampir terbunuh beberapa kali. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan nanti. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi padaku nanti. Walau kata Feri keberadaan diriku berada di tempat yang melampaui dimensi, aku tidak yakin dengan itu. Tidak akan seru kalau aku benar-benar mati dan lenyap dari dunia ini.
"Tapi, Fallen World, ya? Itu dunia para Fallen Angel," gumamku memikirkan bagaimana pemandangan di Fallen World.
Hebell adalah dunia para pahlawan, tapi bukan Hebell saja yang merupakan dunia para pahlawan. Ada banyak dunia yang berisi pahlawan sejati, salah satunya adalah Ciel yang dijaga oleh Michael. Walau begtiu, seluruh dunia para pahlawan berawal dari Hebell. Dunia lainnya hanyalah dunia yang ditaklukan oleh Hebell dan Hebell memasukan rakyatnya ke sana. Dengan begitu, dunia para pahlawan banyak tercipta.
Sama seperti Hebell, dunia para Fallen Angel tidaklah hanya satu. Jumlah dari dunia para Fallen Angel atau dikenal dengan Fallen World itu bagaikan sumbu simetri pada lingkaran. Ya, benar, itu tidak terhingga. Dengan Centra Fallen World yang merupakan pusat dari Fallen World yang tidak terhingga jumlahnya, dunia itu menjadi dunia para Fallen Angel. Centra Fallen World juga merupakan tempat dimana raja Fallen Angel yang dikenal dengan Fallen King berada. Seperti yang kalian ketahui, Fallen King adalah Azazel.
Fallen Angel bukanlah iblis ataupun malaikat. Mereka adalah ras yang tidak jelas memihak kepada siapa. Walau dalam beberapa hal mereka condong ke malaikat, mereka juga condong ke iblis dalam beberapa hal. Mereka memiliki enam sayap dan lingkaran cahaya bagaikan malaikat, namun memiliki aura tidak menyenangkan bagaikan iblis. Maka dari itu, Fallen Angel sering dipanggil dengan nama ras tidak jelas.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan!" panggil seseorang setelah mengetok pintu sebanyak tiga kali. Dari suaranya, itu adalah Bella.
Jujur saja, aku sedikit bingung dengan karakter Bella. Pada dasarnya ia merupakan Belphegor, yaitu iblis yang memegang dosa kemalasan. Tapi, karakter Bella berbanding terbalik dibandingkan identitas aslinya. Aku pikir ia adalah seseorang yang sangat malas seperti diriku, tapi ternyata tidak. Ia adalah perempuan yang sangat rajin hingga pada titik ibu-ibu akan membandingkan anak mereka dengan Bella. Aku merasa kasian kepada anak remaja yang dibangkan dengan Bella oleh ibu mereka.
"Kenapa, Bella?" tanyaku dengan nada yang malas. Aku masih membenamkan wajah ke bantal tanpa memiliki niat untuk melihat ke arah pintu kamar.
Sebenarnya, aku sudah tahu mengapa Bella ke sini. Tapi, aku akan tetap menanyakan itu agar bisa berlama-lama di kasur. Kasur ini sangat nyaman hingga pada titik aku merasa kalau gravitasi kasur ini lebih besar dibandingkan lubang hitam. Walau aku memiliki kemampuan untuk memanipulasi gravitasi, aku tidak bisa memanipulasi gravitasi yang dimiliki kasur. Gravitasi kasur ini sangatlah mutlak.
"Semuanya sudah siap, Tuan!" jawab Bella dengan nada yang sangat sopan. Dirinya benar-benar terlatih menjadi pelayan.
Seperti yang telah kuduga sebelumnya, pasti itu berkaitan dengan persiapan menuju Fallen World. Jika semua persiapan telah siap, berarti sudah waktunya untuk pergi. Aku tidak perlu menyiapkan apapun, karena mereka bertujuh lah yang menyiapkan segala kebutuhan milikku. Namun, rasanya sangat malas untuk beranjak dari kasur. Karena Bella adalah iblis pemegang dosa kemalasan, seharusnya ia tahu apa yang kurasakan.
Aku hanya bisa mengembuskan napas yang terasa panas ketika terpantul kembali ke wajahku. "Sudah selesai, ya? Ya ampun, entah mengapa aku menjadi malas untuk beranjak dari kasur,"
"Apa saya perlu melakukan percepatan waktu kepada anda agar tidak terlalu terasa beranjak dari kasurnya?" tanya Bella mengajukan proposal kepadaku. Walau aku tidak bisa melihat wajahnya, aku bisa mengetahui kalau ia bersemangat dengan idenya sendiri.
"Lakukan sesukamu!" Itu sebenarnya ide yang bagus menurutku. Jika waktu di diriku dipercepat, aku tidak akan mendapatkan kelelahan yang lebih dan tidak akan terasa beranjak dari kasur.
Semenjak Viani membuka segel kekuatanku, aku sering bermain-main dengan kekuatanku. Terkadang juga aku menciptakan berbagai sihir, tapi karena terlalu dasyat aku menyegel sihir itu untuk sementara waktu. Tanpa kuketahui, mereka melihatku bermain dengan kekuatanku. Lalu, mereka meminta izin untum menggunakan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, aku tidak melarang penggunaan kekuatan. Jadi aku mengizinkan mereka. Dan hasilnya adalah seperti proposal yang diajukan oleh Bella.
"A-Time!"
Aku tidak tahu Bella mengatur seberala cepat percepatan waktunya, tapi aku langsung tiba di ruang tamu hanya dalam sekejap mata. Sama sekali tidak terasa aku beranjak dari kasur dan sama sekali tidak melelahkan. Sihir waktu Viani benar-benar sihir yang praktis dalam penggunaan sehari-hari.
Di ruang tamu ini, semuanya sudah berkumpul. Entah mengapa, mereka semua memegang senjata. Apakah ketika kami tiba di sana akan langsung terjadi peperangan, aku juga tidak tahu. Apalagi, Zebian sampai menggunakan zirah logam dan sebuah perisai berwarna hitam yang besar. Untuk yang lain, mereka menggunakan pakaian yang sama ketika pertempuran di Hebell, jadi aku tidak perlu mendeskripsikan kembali. Sedangkan diriku, aku tidak tahu mengapa aku menggunakan seragam putih abu-abu dengan dasi yang mengikat kerah baju.
"Semuanya sudah siap?" tanya Viani sembari menatap semuanya termasuk diriku. Kami semua mengangguk. "Karena kita akan menggunakan kekuatan Viani, kita akan tiba kemarin."
Sungguh lucu harus mengatakan kalau kami tiba kemarin. Itu berarti, saat ini ada dua diri kami. Satu telah tiba kemarin, sedangkan satu ingin berangkat ke waktu kemarin. Karena Bella dan Viani sudah melampaui ruang dan waktu, melakukan perjalanan seperti ini tidaklah mustahil. Tapi tetap saja aku menganggapnya lucu karena kami tiba kemarin di Hebell sedangkan kami baru mau berangkat hari ini.
"Kalau begitu, Gate!"
Sebuah gerbang raksasa yang lebih pantas disebut dengan pintu raksasa muncul di ruang tamu. Gerbang raksasa itu berwarna emas dengan sedikit hiasan yang membuatnya terlihat megah. Ada aura tidak menyenangkan yang keluar dari gerbang itu, itu adalah aura dari Viani. Setelah itu, gerbang yang lebih layak disebut dengan pintu terbuka secara perlahan. Perlahan juga, pemandangan di balik gerbang mulai terlihat.
Dengan begitu, kami berdelapan pergi ke Fallen World.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?
FantasySeorang siswa SMA bernama Devan Steviano menjalani kehidupan sekolahnya yang monoton. Ia menyukai kehidupan klise yang ia jalani setiap harinya. Suasana damai adalah yang ia nikmati. Merasakan damai dengan setiap bagian dari tubuhnya. Namun, itu sem...