"Kenapa satu-satunya orang yang ku percaya harus menjadi pribadi yang paling aku benci?"
___Substitusi_____
Di sisi lain, Jesi tengah duduk terikat tak berdaya, sebelum seorang psikopat itu datang matanya memang sudah dibiarkan tidak tertutup lagi. Ya, Jesi melihat siapa pelaku sesungguhnya.
Setelah psikopat itu datang, Jesi ingin sekali melampiaskan seluruh amarahnya. Dan kebetulan sekali dia mengenal sosok itu, pembunuh yang selalu menjadi misteri namun kedoknya harus berakhir di tangan Jesi.
Lelaki itu berjalan mendekati Jesi dan mengelus rambutnya.
"Kamu pernah melihatku membunuh?" tanya lelaki itu.
"Iya." jawab Jesi sambil menilik tajam.
"Apa kamu akan melaporkan ku ke polisi?"
"Iya. Orang sepertimu memang pantas mendiami penjara. Jika orang lain yang di posisiku, pasti mereka akan melakukan hal yang sama, menjerumuskanmu ke dalam penjara." ucap Jesi, ada rasa takut ketika raut wajah pria itu berubah menjadi menyeramkan.
Lelaki itu tersenyum miring. "Daripada melaporkanku ke polisi, lebih baik kamu mendengarkan seluruh ucapanku. Memangnya kamu sudah siap mati?"
Sial! Bagi banyak orang, hidup dan mati berada di tangan Tuhan. Tapi hal itu tidak berlaku untuk psikopat ini, menurut dia kehidupan dan kematian berada di tangannya. Kapan pun dia mau, ia bisa mencabut nyawa siapa pun dengan cara membunuh.
Lelaki itu kembali mendekati Jesi lalu mencium pipinya. Dia memberikan seluruh rasa cinta namun semakin menambah luka di hati Jesi.
"Kamu tidak mungkin akan melaporkan ku ke polisi karena kamu mencintaiku. Begitu pun aku Jesi, aku tidak akan membunuhmu karena aku menginginkan kamu."
Jesi meludahi wajah lelaki itu. Mendengar kata cinta dari mulutnya sudah membuat Jesi alergi dan jijik.
Sudahlah! Psikopat itu sangat emosi. Kesabarannya sudah habis dan ia pun menampar pipi Jesi. Jesi yang merasa wajahnya berdenyut pun menangis. Tatapannya kian menajam.
"Dengan aksi memberontak mu saat ini, bisa saja aku menculik Julia lalu membunuhnya. Ingat Jesi, aku bisa membuat orang meninggal, kapan pun aku mau, termasuk Julia dan seluruh keluarga bejatmu itu."
Jesi menangis dan seketika itu ia berteriak. "Bunuh aku, Tian! Ayo, bunuh aku! Jangan ganggu kakak ku!"
Jesi ingin sekali bisa terbebas dari genggaman tangan pria itu, namun tak bisa. Dan itulah dia sang psikopat, Tian Prakasa, pria yang terkenal dingin dan penuh dengan misteri. Pria yang selama ini menanam rahasia bersama Julia dan akhirnya kebusukan itu pun terbongkar.
Selama ini Jesi dibohongi oleh kelakuan baik orang-orang disekitarnya termasuk Tian. Awalnya Jesi mengira, Tian akan menjadi satu-satunya teman terbaik yang memiliki nasip sama. Tapi kenyataannya, Tian terlihat peduli kepadanya karena ia merasa bersalah atas kematian Kanny. Jesi pun tak percaya jika pelaku pembunuhan itu adalah orang yang selama ini selalu mendukungnya untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya.
Tian yang melihat kesedihan di mata Jesi turut menyesal karena telah menampar pipi gadis itu. Dia duduk di depan Jesi lalu merogoh sebuah cincin dari kantung celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)
Romansa[Fanfiction/Romance] [Follow akun author, karena seorang penulis bijak akan tahu bagaimana caranya menghargai sebuah karya!] Senja akan selalu siap siaga, ketika harus menggantikan Fajar. "AKU BUKAN PEMBUNUH YANG KALIAN MAKSUD!" teriak gadis remaja...