Chapter 10-

348 33 39
                                    

Warning! Beberapa kata mungkin typo dan mungkin alur cerita ini mirip dengan karya orang lain, tapi cerita ini pure dari imajinasi author. Jadi, selamat membaca!




Hawa dingin menyeruak ke dalam kamar Japan. Belarus yang tadi sudah tertidur pun terbangun.

Ia melihat jam di kamar tersebut. " Hem.. Baru jam setengah tiga pagi. "

Belarus kemudian kembali ke kasur, dia mencoba untuk tidur kembali tapi tidak berhasil.

Setengah jam dia mencoba untuk tidur kembali akhirnya dia lelah hayati nurani jasmani untuk mencoba tidur.

" Hhhh, kenapa aku nggak bisa tidur lagi sih :( " Belarus kemudian berjalan keluar kamar.

Dia berjalan dengan lambat kearah pintu menutup pintu kamar dengan pelan. " Hem.. Pastinya nggak ada orang- eh?

Belarus melihat Nesia sedang berada di balkon lantai dua rumah tersebut. Dia p untuk memutuskan untuk pergi ke tempat Nesia tersebut.

" Malem kak! Kakak ngapain disini? " Belarus menyapa Nesia.

Nesia yang sedang melamun tadi pun terkejut. " Ah, Belarus?! Kok kamu nggak tidur? "

" Aku tadi kebangun kak, terus nggak bisa tidur lagi, hehe " Belarus menjawab pertanyaan Nesia.

" Owhh "

" Kakak sendiri ngapain disini malem malem? Kan waktu tidur juga. " Belarus balik menanyai Nesia.

" Well.. Kurang lebih sama kayak kamu. " Nesia menjawab pertanyaan Belarus.

" Ohh " Belarus mengangguk angguk.

Mereka berdua kemudian menatap bulan yang sedang bersinar mer- eh nggak, bersinar putih.

Nesia kemudian menghembuskan napasnya yang terakhir //plak

g g g

" Kakak kenapa? Kok kakak kelihatan sedih? " Belarus bertanya kepada Nesia.

Nesia menatapnya, lalu kembali menghembuskan napasnya.

" Hah.. Sebenarnya.. Tadi kakak mimpi buruk.. Dan, well, mimpi itu sukses membuat kakak nggak bisa tidur lagi. "

" Mimpi buruk? Tentang apa kak? " Belarus yang suka nanya ini kembali bertanya kepada Nesia.

Nesia melirik ke arah Belarus sesaat, lalu kembali menatap rembulan.

" Aku.. Aku bermimpi membunuh semua saudara ku. Dan.. " Nesia tidak melanjutkan perkataannya.

Matanya berkaca kaca. Belarus yang melihat itupun ( sedikit ) panik.

" E-eh?? Maaf kalau pertanyaan Belarus bikin kakak nangis!! " Belarus meminta maaf kepada Nesia, dia merasa bersalah karena bertanya tentang mimpi buruk Nesia tersebut.

Nesia yang sudah setengah menangis itu hanya tertawa kecil. " Ah, bukan karena kamu kok.. Kakak cuma sedih dan keinget ama kejadian kakak dan Timor.. "

Belarus hanya menatap Nesia dan mengangguk pelan. " Kakak yang sabar ya.. Aku yakin itu bukan kakak! Kakak sangat sayang sama Timor, nggak mungkin kakak pelakunya! "

Belarus menyemangati Nesia. Nesia mengangguk dan menghapus air matanya. " Thanks ya, Bel! "

Belarus hanya mengangguk angguk senang. " Trus, sekarang kita mau ngapain kak? "

「 TR(US)T 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang