Dandelion

2 0 0
                                    

Brave|Bagian 5

***

Brave merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Dia sangat lelah hari ini karena pukul 22.00 Brave baru sampai di rumah. Sambil menutup matanya dengan sebuah tangan,  Brave merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Sangat disayangkan jika Daley harus mengalami kejadian ini. Terlebih lagi ini bukanlah sebuah kecelakaan, tapi karena di sengaja oleh seseorang.

Karena saking lelahnya, tanpa sadar Brave tertidur. Dia berharap ketika bangun, Brave akan mendengar kabar baik mengenai perkembangan kakaknya itu.

***

Pada keesokan paginya Brave turun untuk mengambil air minum. Namun, dia tak sengaja berpapasan dengan Clara yang mengenakan dress setinggi lutut berwarna hitam. Tak lama kemudian Derrel menyusul juga dengan stelan jas hitam. Brave yang saat itu masih setengah sadar langsung bertanya pada kedua orang tuanya.

"Mam, Dad...kalian mau kemana?"

Wajah Brave masih kebingungan. Clara pun berlutut dan memegang kedua pipi Brave lembut.

"Emmm...Brave, kak Daley." jeda Clara yang berusaha menahan tangisnya. "Meninggal."

Deg

Brave terkejut bukan main. Tubuh Brave membeku ditempat. Dalam batinnya, dia berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi.

"Ngga! Kak Daley ngga mungkin meninggal!" bantah Brave dengan suara yang cukup keras.

Clara mengusap air mata Brave dan memeluknya. Meskipun Brave belum lama mengenal Daley, tapi dia sudah sangat senang karena akhirnya mempunyai sesosok kakak yang sangat baik.

***

Banyak orang yang menghormati pemakaman Daley. Murid dari Smeraldo School juga banyak yang menyempatkan diri untuk hadir. Setelah pemakaman selesai semua keluarga Rodriguez berkumpul di rumah utama.

Semuanya masiu diselimuti rasa duka yang mendalam. Terlebih orang tua Daley yang harus kehilangan anak semata wayangnya.

Berbeda dengan Anastasia dia lebih memilih untuk tetap berada disamping makam Daley. Anastasia menangis sampai air matanya kering. Matanya terlihat sangat sembab. Kepergian Daley membuat hatinya sangat terpukul.

Brave yang diberi pesan untuk menjaga Anastasia juga ada disana. Perlahan Brave menghampiri Anastasia dan menepuk pelan pundak Anastasia. Karena langit yang terlihat sedikit mendung Brave pun mencona untuk mengajak Anastasia pulang. Tapi, Anastasia masih bersikukuh untuk tetap disamping makam kakaknya itu.

"Besok kamu masih bisa berkunjung, Anastasia. Sebentar lagi hujan, bagaimana jika kamu sakit?" bujuk Brave yang berharap Anastasia akan menurutinya.

"Persetan dengan kesehatanku. Andai aku mengetahui pelakunya terlebih dulu. Pasti akan ku buat dia membayar dengan nyawanya juga!" tolak Anastasia keras.

"Aku mengerti, tapi bagaimana caramu balas dendam jika dirimu saja tidak mengkhawatirkan kesehatan tubuhmu?" balas Brave lagi.

Anastasia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Meskipun keras kepala tapi dia rasa apa yang dikatakan Brave masuk akal. Akhirnya Anastasia memutuskan untuk pulang. Sebelum pergi ke mobilnya Anastasia menyempatkan untuk mengucapkan beberapa kalimat perpisahan untuk Daley.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BRAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang