15. 24 Hours

6.4K 486 89
                                    


All it'd take is 24 hours
Sign the check and the place is ours
It's a little soon but I wanna come home to you 🎶

***

TERBANGUN, dan objek pertama yang Lilya lihat adalah Adrian. Dari tempat tidurnya, Lilya bisa melihat lelaki itu yang kini tengah terpejam damai di atas sofa, tanpa selimut. Padahal Lilya sudah menyiapkan di atas meja dekat sofa.

Mungkin bisa saja Adrian tidak suka memakai selimut, namun hawa dingin yang kini Lilya rasakan membuatnya tidak tega jika melihat Adrian. Lilya bangkit dari tempatnya, mendekat ke arah Adrian untuk menyelimutinya.

Detik seolah berhenti saat Lilya melihat wajah Adrian dari dekat, mendengar dengkuran halusnya. Adrian memiliki sepasang alis tebal, bulu mata hitam tipis, hidung mancung, juga rahang kokoh yang membuatnya kian terlihat tegas. Sejak lama, Lilya setuju jika  seseorang mengatakan bahwa Adrian tampan. Namun kini, Lilya  baru menyadari jika Adrian istimewa, berbeda dengan lelaki-lelaki yang pernah ia jumpai di luar sana.

Lilya segera menggelengkan kepalanya. Tidak benar jika ia mengagumi Adrian dengan tidak sewajarnya.

Lilya menyelimuti Adrian hingga setengah dada dan lelaki itu menggeliat, mencari posisi ternyamannya. Melihatnya membuat Lilya berpikir, apa Adrian nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu? Postur tubuh Adrian yang tinggi membuat sofa itu tampak tidak ideal untuk dijadikan sebagai tempat tidur. Seharusnya Adrian tidur di ranjang, sementara Lilya dengan tubuh mungilnya akan lebih pas untuk menggantikannya di sofa. Sepertinya besok Lilya harus membicarakannya dengan Adrian.

"Selamat tidur kak Adrian" ucap Lilya, seraya tersenyum. Di saat yang bersamaan, sebelah tangannya dicekal oleh Adrian, tindakan yang membuat jantung Lilya berdegup dengan cepat.

Satu detik, dua detik, hingga beberapa detik kemudian, Adrian masih diam, tindak menunjukkan tanda-tanda akan membuka mata. Lilya pun menurunkan tangan Adrian pelan, lalu kembali naik ke atas ranjang.

Lilya sudah berusaha untuk kembali memejamkan mata, namun pada akhirnya sepasang bola matanya tetap setia menatap ke arah Adrian.

***

Bukan hal yang mudah bagi Linda untuk membujuk Nala turun dan ikut makan bersama. Rasanya begitu sendu saat menyadari kebersamaan keluarga mereka sudah tidak lagi sama. Tidak ada dua putrinya yang selalu ceria dan saling bercanda. Keduanya kini saling terdiam, tidak mengapa, persis seperti dua asing yang belum pernah bertemu sebelumnya.

"Kamu mau makan apa sayang? Mama ambilkan ya?" tawar Linda pada Nala. Ia sudah hendak menyendokkan nasi ke piring yang nantinya akan ia berikan pada Nala, namun Lilya mengambil alih, tersenyum seolah mengatakan biar aku saja. 

Lilya hafal seberapa banyak porsi Nala, kakaknya itu tidak terlalu banyak makan nasi, juga daging. Nala lebih suka mengonsumsi sayuran, selain baik untuk kesehatan, menjadi vegetarian membuat tubuhnya tetap ideal.

Setelah selesai Lilya meletakkan piringnya di hadapan Nala, tersenyum lebar saat Nala menatap ke arahnya. Awalannya Nala terlihat seolah hendak meraih piring itu namun ternyata Nala justru mendorongnya, menghasilkan bunyi yang lumayan nyaring. Mematahkan hati Lilya, salah jika ia kira Nala akan menyukai perhatiannya. Nala membencinya, tidak menginginkan kehadirannya.

"Aku mau langsung berangkat aja" ucap Nala, seraya menyampirkan tasnya ke sebelah pundak. Perasaan sudah tidak karuan sejak pertama kali melihat Adrian dan Lilya turun bersamaan dari atas tangga. Mengingatkan Nala jika keduanya adalah sepasang suami istri yang tinggal di kamar yang sama. Seharusnya Adrian tidak pernah berbagi kamar dengan perempuan lain selain dirinya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang