"Membuka toko sudah. Mengantar pesanan bunga juga sudah. Apa lagi ya yang belum?" Gumam gadis itu sambil merapihkan tali sepatunya.
Mungkin ini masih terlalu dini untuk mengawali hari di Minggu pagi. Tapi seorang Kim Dami tidak akan peduli.
Kemudian dari arah pintu masuk, muncul lah seorang pria berlesung pipit manis menyapa, "Selamat pagi manusia baik!"
"Eh kak Jaehyun? Kebetulan nih kakak datang!" Seru Dami antusias.
"Semangat banget. Pasti ada maunya deh."
Gadis bersurai panjang itu terkekeh kecil membuat Jaehyun gemas sendiri.
"Nitip toko bentar dong kak". Pintanya memelas.
"Memangnya mau kemana pagi-pagi begini, hm?" Tanya Jaehyun sembari mengacak pelan rambut Dami.
"Mengejar cinta lah kak". Telak Dami mengepalkan tangan.
Tunggu. Seingat Jaehyun dua hari yang lalu Dami sempat membujuk pelanggan favorite-nya untuk mempertemukan gadis tomboy itu dengan calon istrinya.
Jangan-jangan...
Jaehyun menarik tangannya dari puncak kepala wanita yang selama ini ia cintai diam-diam, "Jangan bilang kalo kamu akan pergi dengan pelanggan favorite kamu itu untuk bertemu calon istrinya?" Tebak Jaehyun curiga.
Tidak menjawab. Dami hanya menggidikkan bahu sempitnya lalu berjalan keluar menaiki sepeda kesayangannya.
"Dami! Hey! Jangan gila kamu. Sakit hati kok dicari sih?"
Namun terlambat. Belum sempat Jaehyun menahan, Dami sudah lebih dulu mengayuh sepedanya sembari melambai tanpa menoleh kebelakang.
Jaehyun cemburu. Bukan berarti ia egois. Pria itu hanya tidak rela jika hati Dami-nya terluka nanti.
~ Let Go ~
Present by : ptrlbs_Tak terasa sepeda yang Dami kayuh kini sudah memasuki halaman luas pelanggan favorite-nya.
Apa itu insecure? Selama mengayuh tadi Dami sudah memantapkan hati bahwa dirinya adalah yang terbaik.
Namun mengapa begitu berdiri di depan pintu kayu ini semua rasa percaya dirinya meluntur?
Seperti orang gila—ia bermonolog, "Husss.. Ga boleh ragu. Kamu harus tau saingan mu seperti apa agar dapat memantaskan diri Kim Dami".
Perlahan Dami menekan bel yang untungnya langsung dibukakan oleh sang pemilik rumah.
Dami mematung. Gadis itu benar-benar tidak siap jika harus menerima pemandangan indah se–men–da–dak ini.Ya. Dia lah Kim Hanbin. Pelanggan toko bunga yang akrab dengannya selama setahun belakangan ini. Lelaki berkarisma yang kerap ia juluki kulkas berjalan. Tapi anehnya mampu membuat Dami bertekuk lutut sejak awal pertemuan mereka.
Jikalau jatuh hatinya sudah sedalam ini, tidak masalahkan jika Dami berniat ingin bersaing secara sehat dengan calon istri yang selalu Hanbin banggakan? Selagi janur kuning belum melengkung tidak bisa disebut pelakor ya!
Ditengah imajinasi Dami yang bercabang kemana-mana, sepenggal kalimat Hanbin membuyarkan lamunannya. "Terlalu on time."
"Selamat pagi jodoh saya!" Sapa Dami dengan segurat senyum terbaiknya.
Hanbin hanya menggeleng cuek dan mengambil bunga pesanannya dari keranjang sepeda Dami. Lelaki itu sudah kebal pada setiap gombalan picisan yang Dami lontarkan.
Eumm... Sejujurnya Hanbin hanya merasa bahwa tingkah Dami masih terlalu bocah untuk ditanggapi secara serius.
"Jangan mim-----."
"Jangan mimpi, saya sudah punya calon istri!" Potong Dami cepat.
Dami hafal betul kalimat menohok itu yang selalu Hanbin ucapkan untuk membuatnya diam. Terkesan kasar memang, tapi anehnya Dami sudah terbiasa mendengarnya.
"Ayo cepat masuk mobil! Saya tidak mau calon istri saya lama menunggu." Titah Hanbin yang berjalan mendahului.
Sedangkan Dami? Ia hanya mengikuti pelanggan favorite-nya sambil menggerutu dalam hati.
~ Let Go ~
Present by : ptrlbs_"Kenapa memakai rok sependek itu?" Tanya hanbin membuka pembicaraan tanpa mengalihkan netranya dari jalan.
Tentu saja, mereka masih dalam perjalanan sekarang.
Dami hanya menyengir tidak jelas. Gadis ceria itu bingung harus menjawab apa. Haruskan Dami jujur bahwa ia ingin tampil feminim seperti calon istri Hanbin yang sering lelaki itu deskripsikan?
Baru saja Dami hendak berterus terang, dengan cepat Hanbin menyanggah, "Apapun alasan kamu—itu berbahaya. Bagaimana jika ada pria hidung belang yang berniat jahat?"
"Kalau pria hidung belang itu tuan sih saya gak masalah tuh". Balas Dami santai—menyilangkan tangannya didepan dada.
Hanbin melotot, "Heh omongannya dijaga! Kamu itu sudah seperti adik bagi saya."
Merosot sudah bahu Dami mendengar kata adik dari pujaan hatinya.
"Lagi pula mana mungkin sih ada pria hidung belang yang berani sama saya. Tuan kan tau sendiri saya jago beladiri". Ujar Dami percaya diri sambil menepuk-nepuk otot lengannya.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Kim Dami."
"Termasuk tuan bisa membalas perasaan saya?" Tanya Dami menuntut.
"Jangan mimpi, saya sudah punya calon istri!"
Seperti biasa, Hanbin akan konsisten dengan jawabannya.
Hai readers!
Masih adakah yang nungguin cerita ini?
Btw sorry kalo kurang ngefeel.
Udah lama hiatus jari-jari aku jadi kaku.
Huhuu...VOTE DAN KOMEN JUSSEYOOOO
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go - KHB
FanfictionSequel of 'Serendipity - Kim Hanbin' Lepaskan, apa-apa yang membuat hatimu tertahan. Happy Reading!