P R O L O G

362 148 54
                                    


“Nggak adil banget,” kata Ivona.

“Apanya?” sahut Attharel.

“Empat tahun, gue nunggu lo empat tahun cuma buat liat lo jatuh cinta sama orang lain, gila ya.”

“Jangan mentang-mentang lo tau kalo gue sayang banget sama lo, gue ngemis-ngemis berharap biar dapet hati lo, lo jadi seenaknya gini sama gue.” Ivona menggeleng, mencoba untuk mengatur nafas.

“Woi kalo orang lagi ngomong tuh dengerin, pantek kau.”

Netra Attharel memandang sekeliling sepintas, seperti mencari sebuah jalan keluar. Selanjutnya yang ia lakukan hanya membuang nafas.

“Hati gue mahal.” Dari sekian banyak jawaban yang ada, hanya tiga kata itu yang keluar dari mulut cowok ber-headband hitam tersebut.

Ivona tersenyum kecut, dia melemaskan bahu pasrah.

“Fakk men”

“Gue beli goceng.”

“Beli seblak juga ga bakal cukup.”

Mungkin bener kutipan dari sebuah kalimat yang menyatakan bahwa, di bumi selalu ada seseorang yang hanya bisa dikagumi tetapi tidak bisa dimiliki.

Entah mengapa menjangkau Attharel rasanya begitu susah. Susah karena pihak yang ingin dijangkau tidak menginginkan hal tersebut, susah karena dia tidak bisa diajak kerja sama untuk menemukan bahagia, susah karena hanya Ivona saja yang merasakan perasaan suka.

“Cewek se-excited ini harus bertarung lagi sama kecewa?”

Setelah bertahun-tahun sampai saat ini, fondasi kebahagiaannya telah diletakkan. Dia, masih satu-satunya orang yang disukai.

Ivona, si sadgirl yang 20 kali tertolak bahkan sebelum ia menyatakan perasaannya.








To be continued

ATTHARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang