Sun Rise

23 7 3
                                    

Pemuda dengan jaket denim itu melangkah menjauhi area parkir motor. Senyum ramah terbit diwajahnya menyapa setiap murid yang dijumpainya. Harvian Ega Bhismantya namanya.

"Vian!" Pemuda itu menoleh ke belakang dan mendapati dua orang pemuda disana. Salah satu diantaranya melompat dengan riang dan langsung memiting leher Vian.

"Jim!" teriak Harvian yang meronta dibawah lengan sahabatnya itu. Jimmy baru melepaskan pitingannya setelah ia mendapat tabokan dari Arga.

Mereka berjalan bersama menuju deretan lorong kelas sebelas IPA. Meskipun pada akhirnya mereka berpisah ketika Harvian berbelok memasuki ruang IPA 2, sedangkan Jimmy dan Arga masih berjalan lurus menuju kelas IPA 4.

"Pagi Vian," sapa gadis cantik berambut panjang dengan ceria. Sudah jadi rahasia umum jika banyak gadis yang ingin tebar pesona pada sosok Harvian ini.

"Pagi Sheila," balas Harvian ramah. Pemuda itu langsung menuju tempat duduknya dan mengeluarkan buku catatan.

"Yuri," panggil Harvian pada gadis yang duduk di bangku sampingnya. "Gua boleh pinjam catatan kimia lo? Kayaknya catatan gua ada yang kurang,"

Gadis itu mengangguk lantas tanpa banyak kata langsung menyerahkan buku catatan bergambar Snoopy miliknya pada Harvian. Pemuda itu dengan segera menyalin catatan milik Yuri. Sekilas Harvian sempat mendengar bisik-bisik dari gerombolan gadis yang ada di depan. "Lihat deh dia caper lagi ke Vian, duh sok cantik,"

Tapi Harvian tidak menghiraukannya karena dia sedang buru-buru mencatat sebelum bel berbunyi. Lagipula dia juga tidak yakin siapa yang dimaksud oleh oleh gadis-gadis itu. Mana mungkin kan mereka membicarakan Yuri si juara kelas?

Tepat ketika bel berbunyi Harvian mengembalikan buku Snoopy itu kembali pada pemiliknya.


***


Ini adalah bulan keempat Harvian berada di kelas sebelas IPA 2. Menurutnya kelas ini cukup menyenangkan. Walau jujur saja, sebenarnya Harvian merasa sedikit aneh karena berada di kelas yang berbeda dengan kedua sahabatnya. Jimmy dan Arga.

"Vian!" Pemuda tampan dengan bola basket di tangan memasuki kelas sebelas IPA 2 membuat Harvian mengangkat wajah sekilas dari ponselnya.

"Basket?" tanya Arga yang langsung dijawab oleh gelengan dari Harvian.

"Lagi push rank," kata pemuda itu singkat.

Arga mengangguk mengerti lalu membalikkan badan hendak keluar kelas. Tepat saat itu Arga tak sengaja menabrak gadis mungil dengan kuncir kuda. Membuat buku-buku ditangannya jatuh berserakan di lantai.

"Ahh!" pekik Yuri terkejut bersamaan dengan umpatan reflek dari Arga. Gadis itu lalu membungkuk dan mengambil buku-bukunya yang berserakan.

"Sorry," kata Arga ikut membantu Yuri merapikan bukunya. Yuri mengangguk pelan, "Iya. Gapapa,"

Arga baru saja membuka mulut ingin menawarkan bantuan, tetapi Yuri sudah lebih dulu melesat pergi meninggalkan pemuda itu. Arga mengerutkan dahi merasa sedikit janggal dengan sikap Yuri barusan. Tapi bisa saja gadis itu memang sedang buru-buru, pikirnya.

Arga lalu meraih bola basketnya dan meninggalkan kelas sebelas IPA 2 menuju lapangan.


Sun RiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang