Assalamu'alaikum 😇
.
.
.
Happy Reading 🤗
Warning Typo bertebaran 😁
______________________________________"Tidak ada pertemuan yang kebetulan"
______________________________________#6 Tahun sebelumnya
Ketika kalian mendapat sebuah kesempatan emas dalam hidup, apa yang akan kalian lakukan? Tentu tidak akan kalian lewatkan pastinya. Begitu juga dengan seorang gadis berparas manis ini, yaitu Arsyila Haruka Azahra. Gadis berusia dua puluh empat tahun yang berwajah bulat dengan warna kulit sawo matang khas orang Indonesia bersuku jawa. Gadis yang selalu lekat dengan kacamata dan tidak lupa dengan buku-buku yang menumpuk di kamarnya.
Cantik? Sudah tentu, karena setiap wanita yang lahir di dunia ini memiliki aura cantinya sendiri. Arsyila adalah gadis manis yang jauh dari kata modis layaknya wanita seusianya. Mengejar pendidikan dan karir tinggi dengan keteguhan iman adalah cita-citanya. Dia adalah anak sulung dari dua bersaudara sekaligus tulang punggung bagi keluarganya sejak ibunya sakit-sakitan. Ayahnya telah meninggal ketika dia menginjak bangku sekolah menengah pertama.
Arsyila bekerja sekaligus meneruskan kuliah Magisternya melalui jalur beasiswa. Kini dirinya mendapat kesempatan untuk ke Turki mengikuti seminar atas rekomendasi dari salah satu dosen pembimbingnya.
"Kamu yakin semuanya sudah masuk ke koper? Ndak ada yang tertinggal 'kan ndok? Pokoknya kamu harus hati-hati di negaranya orang ya ndok," ucap sang ibunda mengantar keberangkatan Arsyila di Bandara Soekarno-Hatta dengan logat jawa yang kental.
"Insyaallah ibu sayang, Syila udah yakin semua keperluan yang dibutuhkan sudah Syila masukkan. Ibu ndak perlu khawatir ya, ibu harus jaga kesehatan loh selama Syila pergi,"
"Iya ndok, ibu akan jaga kesehatan. Kamu juga nanti di sana jangan telat makan yo."
"Siap bu Bos. Oh iya Zidan kamu harus inget ya buat jagain ibu selama mbak nggak ada," jawabnya kemudia beralih pada adik kesayangannya.
"Iya mbak, pokoknya mbak tenang saja."
"Oke sip."
Teman sesama mahasiswa dan dosen dari universitasnya kini telah datang. Arsyila segera berpamitan kepada ibu beserta adiknya untuk Chek in. Penerbangan dari Indonesia menuju Turki akan memakan waktu sekitar 11 jam, tapi sebelumnya akan transit di Singapura dengan waktu tempuh 1,5 jam.
"Dah Ibu, Zidan. Syila berangkat Asssalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya ndok dan banyak-banyak berdoa."
"Iya mbak, hati-hati ya dan jangan lupa kabari Zidan kalau sudah sampai. Kirim juga foto-foto yang bagus ke Zidan ya."
"Oke siap!"
Arsyila chek in dan melewati proses di imigrasi sambil menunggu di boarding room. Sekitar pukul 14.00 Wib pesawat Tuskish Airlines dengan nomor penerbangan 0067 lepas landas menuju Istanbul namun akan transit di Singapura selama kurang lebih 40 menit lamanya.
***
Bersamaan dengannya, seorang pria yang sedari tadi duduk di kursi tak jauh dari Arsyila, sibuk dengan earphone di telinganya. Music Rock begitu menggema di telinga pria tersebut seraya memanggutkan kepala menikmati alunan musik yang didengarnya. Pria itu adalah Ansel, berkebangsaan Indonesia namun berdarah campuran Eropa yang sangat suka dengan genre music Rock.
Sejak keberangkatannya dari Bandara Soekarno-Hatta hingga transit di Singapore Changi Airport dan kini telah lepas landas kembali menuju Turki, Ansel yang tadinya fokus dengan Earphonenya, kini teralihkan ketika melihat seorang wanita dengan selendang yang cukup besar menutupi kepalanya bewarna navy.
Ansel tidak asing dengan gaya pakaian seperti itu, karena di negaranya sangat banyak ia temui. Gaya pakaian seorang wanita muslim atau jilbab, namun tidak sedikit juga yang tidak mengenakannya. Ansel pernah dengar dari temannya bahwa pakaian menutup seperti itu atau jilbab adalah pakaian wajib bagi wanita muslim, tetapi mengapa masih banyak wanita muslim tidak mengenaknnya?
Ansel memperhatikan gadis yang tengah mengusap wajahnya menggunakan tangan kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh menurutnya. Jika memang gadis itu sedang sholat seperti yang dia ketahui sedikit mengenai orang islam, tapi kenapa tidak sujud namun hanya menunduk? Pertanyaan-pertanyaan aneh muncul di kepala Ansel dan membuat dia tidak henti memperhatikan apa yang sedang dilihatnya.
"Sedang apa dia?" gumam Ansel tatkala selesai dengan gerakan yang menurutnya itu aneh dan kini beralih menggerakan butiran benda-benda kecil ditangannya.
"Hei Syil, kamu sudah siap buat persentasi saat seminar disana nanti?" tanya seorang gadis bernama Anggi yang sedang duduk disebelah Arsyila.
"Hm sudah Nggi, kamu sendiri gimana?" ucap Arsyila seraya tersenyum dan mengangguk.
Senyuman Arsyila tiba-tiba membuat Ansel seperti tidak bisa melepaskan pandangannya. Ansel bahkan ingin melihat senyum itu lagi, namun sang empunya hanya tersenyum sebentar.
"Wah, Syil kamu tau nggak sih? Aku nervous banget tau, ini kita sampainya jam berapa sih?" tanya Anggi memegang tangan Arsyila.
"Sama Nggi, aku juga nervous banget. Kayanya sih kita akan sampai sekitar pukul 01.00 pagi waktu Turki,"
"Kok kamu tau Syil?"
"Aku searching gitu di aplikasi perjalanan selama seminggu sebelum kita berangkat. Aku merasa jadi orang paling beruntung buat bisa datang ke Negeri bulan bintang ini Nggi,"
"Sama Syil, dosen kita ini baik banget ya karena udah kasih kita kesempatan meskipun kita harus bersusah-susah dahulu menyusun jurnal soal larutan ini dan larutan itu hahaha,"
"Asli, Prof. Beni selaku pembimbing aku itu masyaallah kerenlah pokoknya. Aku awalnya berpikir dia itu main-main minta aku berangkat ke Turki, eh taunya Alhamdulillah beneran,"
Obrolan kedua gadis yang merasa diri mereka adalah orang paling beruntung itu, tidak lepas dari tatapan tajam seorang Ansel. Ansel bukan menguping pembicaraan mereka, melainkan memperhatikan wanita berkacamata yang jari-jemarinya tidak lepas menggerakkan benda kecil di tangannya.
***
Perkiraan gadis itu ternyata benar, sekitar pukul 01.00 pagi waktu setempat, tibalah mereka di Ataturk International Airport di Istanbul. Akhirnya mereka menginjakkan kaki di tanah Ottoman ini.
"Turkiye 'ye Hosgeldiniz," ucap Arsyila begitu pesawat Landing.
Anggi berada di sebelahnya terkejut dengan ucapannya. Bukan terkejut dengan apa yang di ucapkan melainkan ia terkejut dengan Arsyila yang berbicara menggunakan bahasa Turki.
"Syil?"
"Iya Nggi?"
"Kamu tadi barusan ngomong pake bahasa Turki?"
"Hehe iya Nggi," cengir Arsyila.
"Wah keren kamu Syil, nanti kalau pas seminar kita selesai dan aku mau keluar dari hotel, aku mau ngajak kamu aja lah biar nggak nyasar. Bye the way, tadi artinya apa?"
"Siap, tapi tetap pakai Google Maps ya hahahaha. Itu tadi artinya selamat datang Turki,"
"Oohhh, Turkiye 'ye Hosgeldiniz," ucap Anggi ikut-ikut Arsyila.
Kini mereka berdiri hendak keluar dari pesawat bersamaan dengan penumpang lainnya yang sebelumnya telah memeriksa barang bawaan mereka. Arsyila sudah yakin bahwa tidak ada yang tertinggal dan soal buku bacaan yang sempat menemani perjalanannya tadi, telah ia masukkan ke dalam tas ranselnya.
Arsyila melangkah bersama dengan teman dan salah satu dosennya. Arsyila ke Turki bersamaan dengan Anggi dan dosen pendamping yang saat ini berangkat dari jurusannya.
Arsyila tidak sadar bahwa ada barangnya yang terjatuh, barang yang selalu ia bawa kemanapun dan menjadi barang kesayangannya. Barang yang diberikan ayahnya sebagai hadiah ulang tahun ketika ia berusia empat belas Tahun.
"Hei Tunggu!" teriak seseorang, namun orang yang dipanggil tidak mendengar atau mengindahkannya.
***
_____________________________________
.
.
.
Kuy ramaikan cerita ini dengan vote dan coment kalian ya,
Thank you very much 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
SpiritualBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...