7 - Lie

42 8 5
                                    

"Kami pulang!" Yura dan Hamin sampai di apartemen. Keduanya membuka sepatu, mengganti dengan sendal rumah.

"Hueningkai?" Yura menaikkan alisnya. Suara Hueningkai tidak terdengar. Yura pun membungkuk, "Hamin pergi bersihkan diri dulu, ya. Bunda akan panaskan masakan kesukaan Hamin. Hm?"

Terlihat mata Hamin berbinar, "benarkah? Apa tadi Ibu membawakan makanan kesukaan Hamin?" Yura mengangguk sambil tersenyum. Hamin berseru senang, ia dengan cepat berlari ke kamarnya.

"Hati-hati, jangan lari!" Peringat Yura. Ia menggeleng dan menghela napas. Hamin sepertinya sangat senang.

"Kau sudah pulang?" Yura mendongak, melihat Hueningkai berdiri tidak jauh darinya. "Jadi, kapan?"

Yura melirik kearah jamnya, "entahlah, kita akan bicara setelah makan. Aku akan membersihkan diri dulu." Ucapnya, berjalan melewati Hueningkai.

Hueningkai menjadi bingung, Yura bertingkah aneh padanya. Cara bicara Yura yang cuek, sikap Yura yang melewatinya begitu saja, dan Yura menatapnya dingin. Berbeda dengan Hamin tadi.

"Apa karena kemarin?" Hueningkai mengacak rambut belakangnya. Ia menghela napas frustrasi, "aku bahkan tidak ingat apa-apa semalam. Apa yang harus ku jelaskan pada Yura?"

Ting!

Ponsel Hueningkai berbunyi, pertanda pesan masuk. Ia membuka ponselnya, terlihat nama Minji.

Minji
Kau tidak ingat apa yang kau lakukan padaku semalam?
Kau tidak mau tanggung jawab?

Hueningkai mengerutkan dahi. Tanggung jawab? Hueningkai bahkan tidak ingat apa-apa.

Hueningkai
Tanggung jawab apa? Aku tidak mempunyai tanggung jawab padamu.
Dan berhenti mengusikku.

Minji
Kau melakukannya padaku.
Kau tidak ingat aku yang membawa mu pulang ke apartemen setelah apa yang kau lakukan padaku?
Jahat, aku akan memberitahukannya pada Yura

Hueningkai
Baiklah, jangan memberitahu pada Yura. Atau siapapun.
Jelaskan padaku, apa yang terjadi semalam.

Minji
Temui aku di cafe dekat apartemen ku, jam tujuh.
Aku akan menunggu.

Hueningkai menatap jam dilayar ponselnya. Jam sudah menunjukkan enam. Tinggal sejam lagi.

Hueningkai
Baiklah, aku akan menemui mu disana.

Disisi lain, seorang gadis smirk dan sedang menatap ponselnya. Ia mematikan ponselnya setelah membuat rencana dan menatap orang-orang berlalu lalang diluar cafe.

Yura, meski kau tunangan dengan Hueningkai. Aku, Seo Minji, tidak akan menyerah.

-мy ғιancé-

"Aku keluar sebentar," Hueningkai mengambil jaket quilted coat berwarna hijau hitam miliknya. Namun sebelum memegang ganggangan pintu, Yura mencegahnya.

"Kau mau kemana?" Yura bertanya. Tangannya ia lipat, "bukankah kita ada sesuatu yang perlu dibicarakan? Kau sekarang ingin kabur?!"

"Aku dihubungi ayah ku, ia ingin menemui ku di Cafe dekat apartemen. Jadi, aku akan keluar. Sebentar saja, kau bisa menunggu ku pulang. Tapi, jika aku lama, lebih baik kita bicara ya besok saja."

Yura menghela napas, dia percaya. Padahal itu hanya alibi Hueningkai saja agar Yura mau membiarkannya pergi.

"Baiklah," Yura berbalik dan masuk ke ruang makan. Yura kesal. Hueningkai membatalkannya, Hueningkai tidak tahu betapa penasarannya Yura tentang bagaimana Hueningkai dibopong oleh Minji?

мy ғιancée | HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang