[ 21 ] Dunia Baru

2.6K 446 158
                                    

Sabtu pagi, sehari setelah perayaan ulang tahun Miss Yessi yang berjalan sukses, Lionel terbangun dengan kepala berat dan nyeri di belakang mata. Susah payah ia bangkit dari kasur. Ia menyeret kaki untuk melangkah ke dispenser, mengisi satu gelas dengan air mineral sampai penuh.

"Ahh ..." desah Lionel lega setelah ia meneguk isi gelas sampai tandas. Ia terduduk di sofa ruang tamu sembari memijat-mijat pangkal hidungnya. Lubang hidung sebelah kanannya benar-benar tersumbat. Ia kesulitan bernapas.

Lionel kembali ke kamar dan langsung menjatuhkan diri ke kasur. Diraihnya ponsel yang tergeletak di nakas. Ia hampir saja mengetik pesan singkat ke Bunda untuk mengabarkan keadaannya. Namun, Bunda terlebih dulu mengirimkan pesan.

Bunda, Ayah, dan adik-adik mau boarding, nih. Kamu baik-baik yaa di Jakarta. Hubungi Bunda kalau ada apa-apa. Cium sayang!

Lionel baru teringat Bunda memiliki jadwal arisan keluarga di Yogyakarta akhir minggu ini. Meskipun Bunda sendiri yang memintanya berkabar, Lionel tidak enak hati merusak hari wanita itu. Pastilah Bunda akan khawatir, atau bahkan memutuskan pulang lebih awal, jika mengetahui anak laki-lakinya sedang sakit.

Siip. Take care, Bun.

Balas Lionel. Setelahnya, Lionel menghampiri ruang percakapan dengan seorang perempuan. Ruang percakapan yang akhir-akhir ini jarang ia sambangi.

Lionel mendekatkan ponsel ke mulutnya. "Mel, lo punya obat flu nggak? Gue lemes, njir, mau gosend obat aja nggak mampu. Lo masih bawa kartu akses gue, kan? Gue--uhuk!--minta tolong bawain ke apart bisa? Ga usah elo, Pak Bayu atau siapa kek nggak apa-apa. Thanks, ya."

Lionel merasakan matanya pedas untuk sekedar membuka. Sambil menggenggam ponsel di tangan, Lionel kembali tenggelam ke alam mimpi.

-

Melisa sedang mengasihani dua orang sekarang. Lionel dan dirinya sendiri. Lionel karena dari suara voice note yang ia kirimkan, jelas lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Dirinya karena ... selemah itu untuk mau membantu lelaki yang praktis telah mengabaikannya dua minggu belakangan. Melisa yakin, jika Adara sudah memiliki kartu akses apartemen Lionel, bukan dirinya yang dihubungi seperti ini.

Sambil menenteng keresek berisi obat-obatan, Melisa berdiri di depan pintu apartemen Lionel. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengubur kekesalan yang mengancam keluar. Melisa pun menempelkan kartu akses ke gagang pintu itu.

Begitu pintu terbuka lebar, Melisa luar biasa terkejut.

Melisa menganga menyaksikan penampakan ruang tengah Lionel yang sangat berbeda dari terakhir kali ia berkunjung. Terdapat seutas benang yang terpasang melintang setinggi kedua matanya. Lembar-lembar kertas yang memuat goresan pensil membentuk berbagai macam objek tergantung di sepanjang benang tersebut. Melisa bisa mengenali tokoh kartun Elsa dan Anna pada salah satu lembar. Lembar lain berisi sketsa gedung sekolah Garda Bangsa.

"This is amazing," gumam Melisa terkagum. Gadis itu memutar badan mengamati sekeliling untuk memastikan ia tidak salah memasuki unit apartemen. Atau jangan-jangan ... Lionel tinggal bersama seorang seniman yang tidak ia kenal?

Pandangan Melisa jatuh ke meja makan yang sangat berantakan. Setumpuk pensil warna terkumpul di salah satu sisi. Saat Melisa mendekat, ia bisa melihat satu lembar kertas ukuran A3 yang tampak jelas sedang setengah jalan diwarnai.

Melisa mengambil langkah mundur ketika ia menyadari gambar apa itu. Melisa mengenalinya. Panti Semarak Cita.

"Nggak ... nggak mungkin ..." Melisa menggelengkan kepala kuat-kuat. Sejak kapan Lionel bisa menggambar sebaik ini? Melisa mengenal beberapa anak Garda Bangsa yang sangat berbakat di bidang seni, dan kualitas Lionel setara atau bahkan lebih baik di banding beberapa dari mereka. Lionel mungkin belum seahli Azizah, seorang siswa kelas 11-4 dan pelukis yang sudah berhasil mengirimkan karyanya ke beberapa pameran di luar negeri. Namun, karya Lionel dapat disandingkan dengan Ferro atau Weni, dua kakak kelas yang diyakini sekolah akan mendapat kursi di Institut Kesenian Jakarta atau Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang