Bulan Bersama Samudra.

161 15 6
                                    

Sepulang dari makam Bumi, aku meminta Samudra untuk mengantarku ke rumah Mamah Manda. Aku ingin meminta restunya untuk menikah dengan Samudra. Aku yakin Mamah Manda akan terkejut mendengarnya. Karena selama ini Mamah Manda tidak tau kalau aku dekat dengan Samudra. Selama aku tinggal di Paris aku pun hanya bertemu satu bulan sekali, itupun sepulangnya aku dari makam Bumi.



"Kita kerumah siapa ini?" Tanya Samudra setelah kami sampai di rumah Bumi. Rumah yang tidak akan pernah hilang. Di rumah ini ada beberapa kenanganku dan Bumi.



"Kamu harus minta restu dari Mamahnya Bumi untuk nikahin aku." Ucapku sembari berjalan menuju pagar rumah Bumi.



Tak! Tak! Tak!



Pak Apoy membuka pagarnya pelan. Pak Apoy terkejut melihat kedatanganku bersama Samudra. Aku membalas senyumnya.



"Mamah ada, Pak?"



Pak Apoy menganggukkan kepalanya tetap dengan pandangannya tertuju pada Samudra.



"Ada Mba."



"Aku mau ketemu Mamah ya."



"Iya Mba."



"Yaudah aku ketemu Mamah ya, Pak."



"Iya Mba."



Aku dan Samudra masuk ke dalam rumah Bumi yang memang sepi karena hanya di huni Mamah dan keluarga Pak Apoy. Samudra terus menerus melihat sekeliling rumah Bumi yang di penuhi dengan taman bunga dan banyak sekali dedaunan. Semua tanaman ini milik Mamah Manda yang memang sangat menyukai taman.



"Assalamualaikum, Mah...."



"Ibu lagi di kandang kucing, Mba." Sahutan Bik Asih datang dari arah dapur.



"Makasih ya Bik."



Bik Asih kembali ke dalam dapur. Aku pun melangkah menghampiri kandang kucing yang menjadi peliharaan Bumi. Aku melirik Samudra yang terus diam melihat sekeliling rumah Bumi yang di penuhi dengan foto Bumi. Iya hanya dengan foto Bumi lah, Mamah Manda dapat mengenang anak tunggalnya.



"Mah..." Panggilku melihat Mamah sedang memangku Dunia di pangkuannya.

Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang