Pelukan erat Chaeyeon menyambut Rosé saat dia masuk kembali ke dalam bus.
Semua temannya memperhatikan dan seperti memeriksa apakah gadis itu terluka atau tidak.
Lalu beberapa detik kemudian perhatian mereka teralihkan kepada seseorang di sebelahnya.
"Uhm. Kamu?" Jihyo bertanya dengan ragu.
"Jungkook." orang itu menjawab singkat lalu sedikit mengangguk.
"Apakah semua orang sudah selesai menelepon?" Rosé bertanya pada Jihyo.
Dia memperhatikan raut wajahnya teman-temanya, tetapi dengan cepat mereka menundukkan kepala. Aura sedih memenuhi bus ini sekarang.
"Kami hanya bisa menghubungi keluarga Mina, Chaeyeon, dan Eunwoo. Sementara sisanya..." June tidak melanjutkan. Dia berbalik dan mengambil tempat duduknya di ujung bus.
Rosé menarik napas sebelum menerima ponsel yang diberikan oleh Yuju padanya.
Dia belum pernah merasa segugup ini sebelumnya. Dia mencari nomor Mamanya dan menunggu panggilannya dijawab.
"Hallo?" tanya Rosé dengan hati-hati ketika ada yang mengangkat teleponnya.
"Rosé!"
Rosé menghela napas lega seraya menutup matanya.
"Mommy? Apa baik-baik saja? bagaimana dengan Jisung? Lalu Daddy?" Rosé bertanya terus-menerus, dia memegang ponselnya semakin erat.
"Tidak apa-apa, Rosé. Daddy mu dengan cepat memahami keadaan dan segera membimbing kami untuk masuk ke dalam rumah."
Rosé kembali membuka matanya, "Syukurlah.."
"Tapi Kakak mu. Mommy tidak bisa menghubunginya. Dia masih berada di sekolah."
Saat kegugupan di dada Rosé mereda, dia diserang lagi dengan rasa takut yang hebat.
Kakak perempuannya adalah seorang guru, dan dia mengajar di sebuah sekolah dasar di kota lain.
"Kami sudah menelepon kalian berdua, tapi kamu selalu sibuk. Sementara Kakak mu.. bahkan nomornya tidak bisa dihubungi."
"Teman-teman ku menggunakan ponsel ku, sorry."
"Rosie, bisakah kamu pulang? Mommy khawatir."
"Saat ini, aku sedang bersama teman-teman ku." Rosé memutar matanya ke arah teman-temannya berada.
"I will try." panggilan berakhir dan gadis itu menghela napas lagi.
"Apakah kita harus ke rumah ku?" dia bertanya dengan mata yang terpejam.
Saat membuka mata, Rosé melihat banyak pasang mata yang meminta penjelasan darinya.
"Keluarga ku baik-baik saja. Maaf."
"Kenapa kamu meminta maaf karena keluarga mu baik-baik saja?" Rosé terkejut dengan pertanyaan dari Jungkook.
"Rumah Mina, Chaeyeon, dan Jaehyun searah dengan rumah mu, bukan?" Jihyo bertanya sambil mengelus punggung Rosé dengan lembut.
"Aku setuju saja dengan pergi ke rumah mu."
"Tunggu, bukankah ini tidak adil?" tanya Eunha dengan wajah berkerut.
Jaehyun melepaskan pelukan Chaeyeon lalu berjalan ke samping Rosé. "Kenapa? Kau keberatan?"
"Rosé telah membantu kita sebelumnya. Pertanyaan macam apa itu?!" Mina yang sedari tadi hanya diam sekarang juga meninggikan suaranya.
"Dari kita semua di sini, Rosé telah mempertaruhkan nyawanya paling besar sejak kerusuhan ini dimulai!"
Semua orang terdiam beberapa saat, tetapi tiba-tiba Yuju berdiri untuk mendukung argumen Eunha. "Apa yang dia katakan ada benarnya, ini agak tidak adil-"
"Diam!" teriakkan Chaeyeon membuat semua teman-temannya terkejut.
Miyeon berusaha menarik tangan Chaeyeon untuk duduk kembali di kursinya, tetapi usahanya hanyalah sia-sia.
"Apalagi yang akan kau katakan?! Dan siapa yang tidak adil?!" wajah Chaeyeon sudah memerah karena emosinya.
Tidak ada satupun yang berani mendongakkan kepala dan mau menatap matanya secara langsung.
Mungkin ini adalah hal yang berhasil membuat seorang Lee Chaeyeon marah pertama kalinya.
"Kita semua sekarang sama-sama dalam situasi yang sangat amat kacau! Cemas dengan keluarga maupun sahabat, tetapi orang yang memiliki akses sudah memberikannya ke kita terlebih dahulu!"
"Dia selalu mengutamakan kita! Dan juga bisa saja dia masuk ke dalam bus ini duluan. Tetapi dia memilih memastikan apakah kita semua baik-baik saja atau tidak!"
"Apakah itu yang kau sebut tidak adil? Ha? Apakah itu masih tidak adil?! Apa itu masih egois?!"
Air mata gadis itu mengalir dengan deras, bahkan dia hampir kehabisan napas kalau Jaehyun tidak berteriak menghentikannya.
Pacarnya menyuruhnya duduk dan menenangkan diri. Masih belum ada yang mau membuka suara, termasuk supir bus di depan.
"Kita bisa pergi ke semua rumah kita. Aku hanya menyarankan." kata Rosé pelan.
Tetapi masih bisa di dengar oleh teman-temannya.
"Oke, kita pergi ke rumah mu." Jihyo mendekati sang supir untuk menunjukkan arah.
Tidak ada lagi yang berniat menentang untuk pergi ke rumah kediaman keluarga park.
Bus mulai berjalan kembali.
Seseorang berjalan menghampiri rosé yang duduk di kursi bus paling belakang.
Bahkan ketika dia duduk di sampingnya pun Rosé belum mengangkat kepalanya.
Orang itu adalah June, dia hanya menatap Rosé sambil menggenggam tangannya, "Jangan dipikirkan lagi."
Yang merasa diajak bicara pun mengangkat kepala dan tersenyum kecil.
June juga memaksakan senyumnya lalu mengangguk singkat.
Situasi ini baru bagi mereka semua.
Banyak sekali yang berubah termasuk salah satu temannya ini. Si paling berisik dan suka sekali bercanda, tetapi sekarang terlihat jelas kalau dia sedang ketakutan.
"Ada orang di gedung kedokteran!" keduanya segera berdiri saat mendengar Mingyu berteriak.
Gedung kedokteran adalah gedung terakhir sebelum akhirnya meninggalkan gerbang utama universitas.
Rosé mendekati bagian depan bus dan mengikuti apa yang dilihat oleh teman-teman sekelasnya.
Seorang laki-laki dan juga ada dua perempuan di belakangnya sedang berlari meninggalkan gedung.
Mereka terdiam untuk melihat berapa banyak zombie yang menunggu mereka.
Rosé sedikit terkejut saat Jungkook menyerahkan pipa besi yang sekarang sudah sedikit terlihat lebih bersih.
Dia juga memegang tongkat baseball lalu diletakkan di pundaknya.
"Ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie Apocalypse ✔
FanficRoséanne park. Seorang gadis berusia 20 tahun yang berani mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan orang lain di situasi yang sangat genting. Zombie apocalypse Dimulai dari kampusnya sendiri hingga dia bepergian ke luar kota sekalipun demi menye...