Deru nafas beradu, kedua tangan wanita itu tengah merangkul leher si pria bertubuh atletik. Keduanya saling bercumbu di hadapan cermin dan memperlihatkan pantulan keduanya yang saling bernapsu.
Wanita itu melepas rangkulannya dan beranjak menjauh.
"Darius, aku mempunyai misi untukmu." Wanita itu mulai bercermin dan menatap tampilan dirinya.
"Pria ini akan memenuhi semua permintaan Nyonya." Pria itu tersenyum nakal dan menyusul si wanita dari belakang. Dia mulai merangkul pinggul wanita itu dan kemudian menciumi lehernya.
"Bunuh Lilian."
Pria itu berhenti, "Apakah itu perlu?" Dia langsung melirik cermin dan mendapati tampilan wanita itu yang tampak sangat garang.
"Racun itu terlalu lama untuk membunuhnya. Aku ingin dia mati secepatnya! Apa kamu bisa melakukannya untukku?" Wanita itu membalik dirinya kemudian memeluk tubuh kekar pria itu dan menyandarkan pipinya di dada bidangnya.
"Seperti yang Nyonya inginkan, saya akan melakukannya."
Beranjak pagi hari, di kediaman Sang Pangeran Asta.
Mavis terbangun dan langsung mendapati dua orang wanita sudah berdiri jauh di depannya. Kedua wanita itu adalah Marrie dan Sasha, keduanya tersenyum setelah melihat Mavis terbangun.
"Selamat pagi, Pangeran," kata keduanya.
"Ah ya, pagi."
Mavis duduk bersandar di ranjangnya. Sesaat ia merenung, kemudian ia berkata, "Kalian, sejak kapan di sana?"
"Kami baru datang sekitar sepuluh menit yang lalu. Awalnya kita sudah menunggu setengah jam di luar kamar Pangeran, tapi entah mengapa para penjaga begitu banyak berkeliling pagi ini. Tak biasanya begitu," kata Sasha. Kemudian kedua bersaudara itu saling menatap dan mengangguk.
"Baiklah, lain kali kalian jangan datang terlalu pagi. Dan juga jangan masuk ke tempatku tanpa aku izinkan," kata Mavis.
"Maafkan kami Pangeran, selanjutnya kami tidak akan mengulanginya."
Mavis mengangguk. Kemudian ini mrnanyakan kepada keduanya tentang misi yang diberikannya sehari yang lalu. Kemudian Marrie mulai menceritakan tentang penyakit yang tengah diderita sang Ratu, penyakit itu adalah penyakit langka akibat sengatan serangga Tse yang beracun. Untung saja saat sang ratu ditemukan tak sadar, bantuan medis datang tepat waktu. Saat ini keadaan sang ratu semakin memburuk dan raja sedang mencari penawarnya. Hanya saja, penawar itu tidak kalah langka dengan serangga Tse, penawarnya adalah madu dari bunga Kamojia.
Bunga Kamojia dan serangga Tse dikatakan langka bukan tanpa sebab, keduanya langka karena hanya bisa ditemukan di kedalaman dungeon tingkat Macan.
Dengueon itu sendiri adalah keberadaan yang misterius dan juga berbahaya.
Dungeon sejatinya dibedakan menjadi enam tingkat, Elang, Serigala, Macan, Singa, Naga, Iblis. Setiap tingkat memiliki perbedaan kekuatan yang sangat signifikan. Mulai dari dungeon tingkat Serigala, di dalamnya sudah terdapat pemimpin yang mengatur mahkluk lainnya, mereka juga sudah mempunyai sedikit kecerdasan.
Meski begitu, dungeon tingkat elang saja sudah sangat sulit untuk dihadapi bagi kerajaan tingkat satu. Bahkan ada kasus di mana sebuah kerajaan tingkat satu dihancurkan oleh para penghuni yang keluar dari dungeon yang ditemukan di kerjaan tersebut.
Kerajaan Sriwijaya juga pernah menemukan satu dungeon tingkat elang di kedalaman pegunungan Ragin, untungnya Raja Cornelius cepat bertindak dan mengerahkan prajurit militer dan kekuatan akademi Lynford untuk meratakan penguhuni dungeon.
"Jadi, begitu. Bagaimana dengan pesanan peta kerajaan yang kuminta? Apa sudah dapat?"
"Ya, hanya saja ...." Sasha menyerahkan petanya pada Mavis. Peta kerajaan itu tampak terbuat dari kulit dan gambarannya masih terasa sangat kasar. "Peta ini tidak detail, Pangeran. Maaf, hanya ini yang bisa aku dapatkan."
Mavis melirik peta itu. Memang, seperti yang dikatakan Sasha, peta itu hanya menampilkan bagian-bagian di dalam kerajaan secara kasar.
Di ibu kota kerajaan, benteng utama kerajaan Sriwijaya terdapat lima titik penting berwarna merah. Yang pertama adalah kediaman keluarga kerajaan yang berada di wilayah timur. Kemudian ada titik merah lainnya yang menjelaskan bangunan tempat semua departemen mengurus pekerjaaanya di wilayah tenggara. Titik merah ketiga adalah bangunan Akademi Lynford di sebelah timur laut. Titik merah keempat dan kelima adalah bangunan pemukiman para bangsawan dan pejabat, masing-masing di bagian barat dan barat daya. Dan untuk titik yang terakhir berada di bagian barat, tempat pasar kerajaan berdiri.
"Kerja bagus, ini lebih dari cukup. Apa dari kalian ada yang bisa menemaniku berkeliling?"
"Maksud Pangeran? Jangan-jangan...." keduanya bergeming.
"Ya, aku ingin menyelinap pergi. Sudah terlalu lama aku berada di sini, badanku pegal-pegal karena hanya makan dan tidur yang aku bisa. Apa kalian bisa membantuku?" Mavis tenyum lebar. Kemudian ia melihat dua bersaudara itu saling menatap dan terlibat perang batin untuk menentukan siapa yang akan pergi dengannya.
"Maka sudah diputuskan Pangeran, Sasha akan menemanimu." Marrie menepuk pundak adiknya itu.
"Eh? Baiklah. Aku akan menemani Pangeran berkeliling," kata Sasha.
Mavis bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian, sementara Marrie dan Sasha pergi ke dapur untuk membawakan sarapan. Datanglah makanan itu dan dia menyantapnya dengan santai sambil berbincang kecil dengan keduanya. Kemudian, dia dan Sasha berpamitan untuk menyelinap keluar sementara Marrie kembali ke pekerjaannya.
"Hati-hati. Sasha, jagalah Pangeran." Marrie hanya bisa tersenyum melihat keduanya pergi.
Jalan yang dilalui Mavis dan Sasha sangatlah sepi. Seperti yang tercetak pada peta dengan garis hijau, di sini jarang sekali penjaga patrol yang lewat, bisa dihirung jari malah.
Sekitar tiga puluh menitan keduanya berjalan melalui jalan berkelak-kelok sampai pada akhirnya menemukan pintu kecil yang bobrok di suatu tempat terpencil. Daerah yang kumuh, seperti tempat yang sudah tidak terjamah dan ditinggalkan.
"Pintu itu?"
"Ya, itu pintunya."
Keduanya mendekat. Mavis mendorong pintu kecil itu sambil menekan tuas pintu. Kemudian terdengar suara krrekkkk dan pintu itu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M THE NECROMANCER KING
Fantasy(Kontrak Noveltoon) Part 1 - 148 : Bisa dibaca di aplikasi Noveltoon. Di tempat tinggal sebelumnya, Mavis hanyalah seorang remaja yang tidak memiliki keahlian apapun yang menonjol. Dia terlahir sebagai yatim piatu, di dalam keluarga yang serba kekur...