Dave melangkahkan kakinya ke halaman belakang setibanya ia dirumah. Hari ini ia bisa pulang dua jam lebih awal karena memang tidak ada lagi janji yang harus ia temui mengingat ia telah memberi perintah kepada asistennya untuk mengosongkan jadwal.
"Kak? Lihat Ayah bawa apa!" seru Dave ketika ia sampai di muka pintu halaman belakang.
Kyra yang sedang memperhatikan Ibunya mengupas buah kini teralihkan perhatiannya menuju Dave. Jamie yang sedang mewarnaipun ikut memusatkan perhatiannya pada Ayahnya dengan seketika.
"Buat Adek mana?" tagih Jamie sambil memberengutkan wajahnya karena merasa kalah perhatian.
"Buat Adek ada, dong. Buat Ibu juga ada." Mata Dave kemudian beralih ke Hana yang ternyata telah menatapnya duluan.
Seolah lupa terhadap apa yang ia tunggu barusan, Kyra lantas menyusul Dave yang masih berdiri jauh darinya. "Bawa apa, Yah?"
"Ayah beli macaron tadi, lihat deh, lucu-lucu bentuknya." Dave berjongkok agar bisa menyetarai tinggi Kyra dan Jamie yang sudah ada di depannya. "Mbak.." Dave memanggil asisten rumah tangganya. "Tolong bantuin anak-anak makan."
"Ayah gak makan bareng kita?" tanya Kyra yang lebih mengarah pada protes.
"Buat Kyra dan Jamie dulu aja." Ucap Dave.
"Ayah boleh makan sama kita." Tawar Kyra duluan.
"Ok, Kakak duluan ya temenin Adek. Mbak yang bantu. Nanti Ayah sama Ibu nyusul."
Ketika Dave telah mengangsurkan sekotak macaron kepada Mbak, Dave lantas mendekati Hana untuk ikut duduk disampingnya yang masih mengupas pear. Padahal dengan jelas tadi ia melihat anak-anaknya berhamburan mendekati macaron. Tapi kemudian Dave menerima saja ketika Hana menyuap sepotong pear yang baru ia kupas.
"Kok pulang cepet? Ada apa?"
"Aku kosongin jadwal hari ini."
"Terus kenapa gak pulang dari tadi? Macaronnya beli dimana?" cerca Hana seperti Kyra yang sedang menanyakan segala hal pada orang tuanya.
"Beli di Annie." Dave menyebutkan nama temannya yang memang memiliki usaha pastry. "Lucu deh bentuknya ada Pooh, Piglet dan aku minta pilihin random aja sama Annie."
Hana menyuapkan kembali potongan pear kepada Dave. "Kenapa gak pulang dari tadi kalo kosongin jadwal? Kamu habis dari mana?"
"Dari Rumah Sakit."
Dahi Hana mengernyit. "Ngapain? Kemu kenapa? Ini kan bukan jadwal check up kamu."
"Temuin Gilang."
Ada jeda sebentar antara Hana dan Dave di tempat mereka duduk masing-masing. Hana tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini sehingga ia menunggu Dave menjelaskan hal yang lebih. Tapi ternyata Dave memang hanya berniat mengatakan itu.
Jadi yang Hana lakukan adalah bertanya kembali, "Buat apa?" sejujurnya hatinya bergemuruh karena takut Dave nekat melakukan hal-hal yang buruk kepada Gilang karena keputusannya tadi membatalkan diskusi dengan para pengacara.
"Memberi dia pilihan."
"Pilihan apa yang kamu tawarkan?"
"Get a life or cut the life." Jawab Dave.
Kepala Hana makin gemeletuk rasanya. Ia gemas mendengar Dave bicara sepotong-sepotong seperti ini. Masalahnya tanpa diberi aba-abapun, otaknya sudah memeikirkan skenario buruk yang harus Gilang hadapi sekarang.
"Terus Gilang pilih apa?" tanya Hana berusaha mengontrol suaranya agar tidak memancing komentar dari Dave.
"He refuse to choose. He let me do what I want. Dia bilang kamu telepon dia waktu itu?"
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...