Bab 225 - 226. Derita

88 21 1
                                    


Bab 225. Derita part 1

Grace telah diperingatkan dan itu bukan pertama kalinya peringatan itu diberikan padanya. Dari waktu ke waktu gadis itu hanya mengejek, dan satu-satunya orang yang bisa ia salahkan tidak lain adalah dirinya sendiri.

"Apakah kau berbaik hati untuk mengambil tali yang ada di ruang loteng."

Maggie tidak yakin apakah ia harus mendapatkannya atau menunggu seseorang mengatakan sesuatu, melihat tidak ada yang protes, ia menjawab Ya.

Grace menatap Maggie dengan mata terbelalak, kemudian menatap ke arah Damien untuk bertanya,

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Grace.

Selagi Maggie mulai berjalan menuju ruang loteng yang tidak terlalu jauh, wanita itu tidak bisa menahan perasaan kasihan pada gadis itu.

Grace seharusnya tahu apa yang akan terjadi jika menyangkut Damien, tetapi pada saat yang sama, tidak ada yang melihat bahwa segala sesuatunya bisa sejauh ini. Melanggar kata-kata dan aturan di bawah atap keluarga Quinn.

Melangkah ke dalam loteng, Maggie mengambil lentera untuk mencari tali. Akhirnya ia menemukan mereka, mengambilnya dan membawa tali itu bersamanya.

Tanda-tandanya sudah jelas dan jika seseorang memperhatikan dengan cermat, tidak sulit untuk mengetahui dan mengikuti bagaimana kakaknya menyukai gadis budak itu.

Maggie menyadarinya pada hari Damien mengupas apel untuk Penny. Bukan mengupas biasa tapi membentuk apel seperti kelinci yang tidak pernah adiknya itu lakukan selama bertahun-tahun.

Terakhir kali Damien melakukannya, itu untuk ibu mereka yang menghabiskan waktunya di tempat tidur yang merupakan sesi latihan.

Sesampai di aula, Maggie menemukan Damien yang sedang menyuruh Grace duduk di kursi. Sambil menyerahkan tali pada Damien yang kemudian melangkah pergi untuk mengikat tangan Grace.

"Kenapa kau mengikatnya?" tanya Lady Fleurance, bibir dan tenggorokannya kering karena khawatir.

Tidak menerima balasan, Damien terus mengikat tali sementara ayahnya membuang muka, sudah tahu apa yang ada di pikiran putranya.

Akhirnya, setelah selesai, Damien berbicara kepada Grace dengan nada berbisik,

"Semakin kau memperjuangkannya semakin menyakitkan jadinya. Tetap diam dan kita bisa membuat hukumanmu jadi lebih cepat," yang lain merasakan getaran menggigil pada apa yang akan terjadi.

"Tidak ..." bisik Grace.

Mata gadis itu berubah menjadi hampa. Grace mulai meronta-ronta di kursinya untuk apa yang akan terjadi.

Dengan ketidakmampuannya untuk bergerak atau lari, Grace memalingkan wajahnya sambil terus berbisik,

"Tidak, tidak, tidak. Aku akan menjadi baik-baik mulai sekarang. Aku akan mendengarkanmu," ucapnya menatap kembali pada Damien yang matanya melihat kearahnya.

"Seharusnya kau memikirkannya sebelum kau mematahkan kata-kata yang aku ucapkan," Damien berkata dengan kurang simpati pada Grace.

Bukan rahasia lagi bahwa Damien menikmati ketakutan dan kepanikan yang dirasakan adiknya saat ini. Berjalan mendekati Grace, Damien meletakkan tangannya di sandaran tangan kursi.

"Tolong, jangan lakukan ini," setetes air mata jatuh dari mata Grace selagi Damien menggunakan tangannya untuk memegang rahang gadis itu.

"Malu untuk malu, martabat untuk martabat dan rasa sakit untuk rasa sakit. Apa kau tidak setuju, Gracie?" bersamaan dengan perkataan itu, Damien mengangkat wajahnya sambil memegangi wajah Grace,

Young Master Damien's Pet (Bagian 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang