PERINGATAN!!!
Cerita ini mengandung muatan dewasa dan berat seperti kekerasan, bullying, kata - kata kasar, dll. serta mengambil latar di Korea Selatan dan memuat tokoh dengan nama idol dan nama - nama orang korea, namun bukan maksud penulis untuk membuat citra buruk negara terkait di mata para pembaca.
Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut,
TIDAK DIANJURKAN UNTUK MEMBACANYA
Jadilah pembaca yang bijak dalam memilih
Setelah kepergian Han dan Changbin serta siswa rusuh dari kelas atas yang diseret oleh tiga orang siswa kelas Manajemen 2, Dokyeom berjalan menghampiri Mingyu dan menarik pemuda jangkung itu untuk melakukan suatu hal di kelas sebelah. Pemuda jangkung yang ditarik itu hanya pasrah pergi meninggalkan kelas dan berjalan ke kelas manajemen 3. Suasana yang terjadi di dalam kelas tersebut sangat berbeda. Jika biasanya di kelas Mingyu akan sangat ramai jika guru yang mengajar belum masuk, maka kelas ini berbeda karena semua siswanya lebih memilih diam. Sibuk dengan ponsel mereka sendiri - sendiri.
Setelah mengetuk pintu kelas, Mingyu dan Dokyeom menyita seluruh perhatian dari sang penghuni. Mingyu hanya tersenyum kikuk karena tak nyaman dengan pandangan yang tertuju pada dirinya sedangkan Dokyeom sudah lebih dahulu masuk ke dalam kelas. Berjalan dengan santainya meninggalkan Mingyu yang masih ditatap oleh para siswa manajemen 3.
"Sial!! Ku pikir guru keparat itu sudah masuk. Mau apa kau kemari?" tanya salah seorang siswa yang duduk di atas meja. Menyapa Dokyeom setelah menatap Mingyu dengan teliti. Kembali mengarahkan pandangannya pada Mingyu yang berjalan mengikuti Dokyeom melangkah.
"Hoho!! Santai, dude. Aku hanya ingin mengambil uangku," jawab Dokyeom dengan santainya.
"Keparat ini. Kau tidak ingin mentraktirku bermain billyard? Kau kan memenangkan banyak uang," ujar pemuda itu basa - basi sembari menyerahkan uang dari dalam tas miliknya kepada Dokyeom. Menghitung dengan teliti uang segepok dengan lembaran 50.000 won berwarna coklat.
"Kau ingin bermain billyard atau menggoda anak sekolah putri di dekat tempat itu? Sial, keparat ini benar - benar. Uangmu dari tatib bahkan lebih banyak dari yang kudapat," balas Dokyeom dengan terkekeh. Siswa yang menghitung uang itu pun juga ikut terkekeh padahal Mingyu rasa tidak ada hal yang lucu yang dikatakan oleh Dokyeom tadi.
"Oh iya, apa ini siswa baru itu?" tanyanya pada Mingyu.
"Ah, ne. Annyeonghaseyo, Kim Mingyu imnida" ucap Mingyu memperkenalkan dirinya. Tak lupa ia juga sedikit membungkukkan badan tinggi itu pada siswa yang masih duduk di atas meja.
Siswa itu dan Dokyeom sontak tertawa. Begitu juga dengan siswa lain yang berada di dalam kelas ini yang Mingyu lihat juga sedang menahan tawanya. Para siswi yang menatapnya dengan pandangan memuja. Hanya tawa dua orang siswa yang mengisi kesunyian kelas.
"Astaga, Mingyu. Kau tak perlu sesopan itu pada bajingan ini," tawa Dokyeom kembali keluar mengingat Mingyu yang membungkuk sopan pada kawan lamanya ini. Merasa tak terima, siswa itupun memukul kepala Dokyeom yang mengubah tawa pria berhidung mancung itu dengan ringisan.
"Kau kenapa selalu mengumpatiku, sialan?! Kau jangan dengarkan bajingan ini. Namaku Xu Minghao. Kau bisa memanggilku the8," ucap pria dengan tampilan yang cukup menakutkan.
"Cih, benar - benar memuakkan," gumam Dokyeom yang masih terdengar oleh pria yang sepertinya bukan berasal dari Korea itu. Belum sampai tangan lihai miliknya kembali memukul kepala Dokyeom, siswa itu sudah terlebih dahulu mengambil uang miliknya yang berada di atas meja dan menarik Mingyu keluar dari kelas itu.
YOU ARE READING
The Underground
FanfictionSeperti mata uang yang memiliki dua sisi berbeda Layaknya hal yang nyata dan semu itu ada Tidak semua yang ada itu nampak Dunia bekerja dengan cara yang berbeda Seperti benda yang memiliki bayangan, Semua hal berjalan bersamaan namun dengan sistem y...