Chapter One

2 0 0
                                    


“Ketika dua raga saling dipertemukan, itu tandanya hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi; saling mencintai, atau saling membenci.”

***

Seorang cewek dengan napas tersengal memasuki area sekolah. Tadi ia habis berlari karena angkot yang ia tumpangi mogok dijalan. Melihat jam tangan yang sudah menunjukan pukul 06.45, ia berlari sepanjang seratus meter dari tempat angkot itu mogok sampai kedepan sekolah.

Cewek bername tag Kenanga.A itu membungkukkan badan dengan tangannya ditaruh diatas lutut. Mengatur nafas.  Entah sudah seperti apa penampilannya sekarang, ia tak peduli. Bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

Tiba-tiba, datang seekor kucing berwarna belang putih-coklat mengelus-eluskan badannya disepatu putih miliknya. Bagai melihat emas, matanya berbinar. Ia langsung membawa kucing itu kegendongannya.

“ Iiiih, lucu banget kucingnyaaa!”

Tapi ternyata, sang kucing tak suka berada digendongannya, jadilah kucing itu, secara tiba-tiba melompat dari gendongan. Dan bersamaan dengan itu, sebuah motor vespa dari arah belakang melaju dengan kecepatan sedang. Kenanga dibuat jantungan, karena si kucing hampir saja tertabrak oleh vespa berwarna biru itu. Jika saja kucing itu tidak langsung berlari kearah berlawanan, mungkin saja pagi ini Kenanga akan menguburkannya ditaman belakang sekolah.

Dengan masih merasa syok, Kenanga berteriak memerintahkan sang pengemudi untuk menghentikan motornya. Motor vespa itu berhenti, si pengemudi membuka kaca helmnya.

Seperti disengat listrik, tubuh Kenanga mematung ditempat saat melihat wajah si pengemudi. Mata cewek itu terpana. Retinanya membesar untuk memperjelas penglihatannya pada cowok didepannya yang memiliki pesona seperti artis-artis korea yang sering ia tonton.

Kulit wajah yang mulus dan putih bersih, bibir kecil yang tipis, alis tebal , hidung mancung, dan mata hitam tajam. Mungkin kalau difilm-film,  diwajah si pengemudi itu akan ada cahaya yang terpancar .

“Heh, kenapa lo malah bengong?!” teguran tajam cowok itu membuat kesadaran Kenanga kembali. Ia langsung menata ekspresi wajah agar tidak terlihat kagum akan ketampatan cowok dihadapannya ini.

Cowok yang Kenanga yakin kakak kelasnya ini mengerjapkan mata dua kali, alisnya tertekuk. Ia menunggu jawaban.

“Kalau bawa motor tuh hati-hati kak! Memang gak lihat kalau ada kucing lewat? Untung gak ketabrak kucingnya!” Suara Kenanga sengaja dibuat ketus, padahal jantungnya sedang dag-ding-dug. Memang siapa sih yang tidak gugup kalau bertemu cogan? Apalagi yang ini sudah seperti duplikatnya Lee Min Ho. *Lebay banget tolong~

“Kucingnya aja yang lompat sembarangan. Gak liat situasi.”

Cewek itu dibuat geram oleh jawaban si pengemudi. Mana bisa kucing melakukan itu? Andaikan Kenanga tidak mengelus-elus dadanya sabar, ia yakin pengemudi vespa biru ini sudah habis kena semprot.

“Mana bisa kucing ngelakuin itu? Diakan hewan.” Nada suaranya terkendali. Itu berarti stok sabarnya masih banyak.

“Nah, yaudah. Gak usah salahin gue. Udah tau ini sekolah manusia, kucing pakai acara masuk segala. Mau ikut MOS?”

Si pengemudi menjawab sarkas. Lalu dengan tanpa dosanya kembali  menutup kaca helm dan melajukan vespanya. Dan, entah disengaja atau tidak, vespa itu melewati genangan lumpur bekas hujan semalam yang berada setengah meter didepan Kenanga, hingga membuat lumpur itu terciprat keseragam putih milik Kenanga.

“ Ih! Gada akhlaq banget kakak kelas!” Kenanga mengibas-ngibas bajunya sambil ngedumel sebal. Untung nodanya tak terlalu banyak.

Satu menit dihabiskan untuk membersihkan seragamnya, bel tanda masuk berbunyi nyaring. Kenanga terperanjat, dia telat! Segara ia buru-buru berlari menuju lapangan, tempat MOS dilangsungkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Understanding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang