[10] Sword

2K 357 24
                                    

Rosé diam-diam memasuki kamar dengan cat berwarna biru dan putih.

Banyak sekali mainan berserakan di lantai, dan film frozen masih diputar di TV yang tertempel di dinding.

Entah kenapa adiknya ini sangat suka film frozen, terutama Princess Anna yang merupakan salah satu karakter di film itu.

Dia perlahan mendekati tempat tidur dan tersenyum melihat adiknya yang sedang tertidur. Lalu duduk dipinggir kasur.

"Jisung, kaka ada di sini." gadis itu mencoba membangunkannya.

Jisung bergerak dan sedikit membuka mata.

Rosé mengira bahwa dia sudah bangun, tetapi dia hanya berbalik dan menutup matanya lagi.

Rosé yang melihat itu lantas saja terkekeh gemas.

Saat dia berusaha membangunkannya lagi, suara pintu terbuka terdengar.

Jimin, dia yang membuka pintu lalu memasuki kamar dengan hati-hati karena banyak mainan yang berserakan.

"Semua orang di lantai bawah."

Jimin memperhatikan sekitar dan matanya tertuju pada rlRosé. "Ugh... Apa kamu tidak punya warna sepatu lain selain putih?"

"Kamu tahu sepatu ku semuanya putih." jawabnya malas lalu beralih ke adiknya yang masih tertidur.

"Jisung masih tidur?" Jimin mendekati tempat tidur.

"Tadi sepertinya sudah bangun, tapi tertidur lagi" pandangan Rosé masih belum teralih dari adiknya.

"Mama bilang dia tertidur karena lelah menangis,  mungkin juga dia masih ketakutan."

Mama, yang dimaksud adalah Nama Wendy. Wendy sendiri lah yang menyuruh Jimin memanggilnya Mama.

"Tadi, dia melihatku membunuh teman sekelas yang sudah menjadi zombie." jelas Jimin yang membuat Rosé terkejut.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa, dia hampir meraih tangan Jisung."

Jimin tersenyum pahit, lalu dia mengangkat telapak tangan dan melihatnya.

"Tangan ini baru saja membunuh anak berusia 6 tahun."

"Kak Chim, kita berdua tahu bahwa anak itu sudah mati." kata Rosé dengan tegas lalu berpaling ke adiknya lagi.

"Jisung hanya terkejut, tapi dia akan mengerti suatu hari nanti."

Rosé mengela napas lalu berdiri. Dia menepuk pundak Jimin yang membuatnya mendongak karena sedari tadi menundukkan kepala.

"Dia bahkan akan berterima kasih jika hari itu tiba."

Jimin tersenyum dan menyusul Rosé yang sudah hampir meninggalkan kamar. Dan keduanya menuruni tangga bersamaan.

Sisa tiga anak tangga lagi sebelum mereka menginjak lantai dasar, keduanya berhenti dan mengerutkan kening ketika melihat semua orang di ruang tamu sedang serius.

Rosé seketika merasa sangat gugup saat melihat Wendy menangis.

"M-Mom? Ada apa?"

Mereka menoleh ke Jimin dan Rosé berada.

Wendy berdiri untuk mendekatinya.

"Kakak mu baru saja menelepon, mereka terjebak di dalam sekolah."

"Kalau begitu kita akan menjemputnya." mendengar perkataan gadis itu, Jungkook langsung berdiri.

Dia tidak lagi mengenakan jaket universitas berlumuran darah, tapi jaket hitam polos di atas kaos hitam.

Zombie Apocalypse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang