10

77 5 2
                                    

Kim Hyeyoon

Tempat yang tidak terawat, tumpukan bangku dan meja yang berserakan. Membuat kakiku enggan melangkah kesana. Tapi bagaimana lagi, disinilah tempat dimana Seokwoo melihat bercak darah yang lain. Aku sepertinya harus membiasakan diri berada ditempat-tempat yang seperti ini karena aku tidak tahu tempat mana lagi yang akan aku kunjungi selagi kasus ini masih belum menemukan titik terang.

Aku melihat Seokwoo yang dengan santainya berpindah-pindah padahal ia tahu terlalu banyak rintangan yang ada di depannya. Berbeda denganku yang masih terjebak di ambang pintu memilah kemana aku akan melangkahkan kakiku, jika salah maka aku yakin tubuhku aku tersandung karena bangku-bangku itu. Dalam keadaan seperti ini, aku ingin sekali mempunyai kaki yang panjang seperti Seokwoo.

Baru saja aku mengangkat kakiku, tiba-tiba aku tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku sendiri. Alhasil, suara benda-benda yang terjatuh terdengar ditelingaku diiringi raut wajahku yang langsung menahan sakit. Kalau begini aku seharusnya lebih memilih mengikuti Jiae karena aku yakin rintangan yang mereka hadapi tidak separah ini.

"Kau baik-baik saja? " tanya Seokwoo sambil berjalan kearahku.

"Sakit," rintihku.

Kurasakan tangan Seokwoo yang mulai menyentuh kakiku dan aku kembali mengernyit merasakan sakit yang luar biasa. Sepertinya ini lebih parah dibandingkan kejadian kemarin - dimana aku menjadi bahan kebrutalan anak-anak yang sedang panik.

"Sebaiknya kita kembali saja." Aku hanya mengangguk. Percuma jika dipaksakan, aku juga tidak bisa membantu sama sekali.

"Maaf," ucap Seokwoo tanpa menatap kearahku sedikitpun.

"Untuk apa? "

"Mengajakmu ke tempat ini. "

"Seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah menjadi beban untukmu," balasku.

Aku hanya terdiam melihat wajahnya yang sampai saat ini tetap membuatku bingung. Apakah itu nyata atau hanya sekedar topeng yang ia tunjukkan padaku. Disatu sisi aku ingin mempercayai ia adalah orang yang baik dan tidak ada hubungan sama sekali dengan kasus yang menimpaku tapi disisi lain aku malah berusaha untuk membuktikan bahwa ia bersalah.

"Kau bisa menggendongku? Kakiku masih sakit."

"Tentu saja," jawab Seokwoo.

Walaupun begitu aku tetap ingin berusaha untuk mengenalnya lebih dalam lagi, mencari jawaban atas semua tanda tanya yang ada dibenakku tentang dirinya. Lagipula itu juga akan membantuku untuk menentukan apakah kami masih bisa berteman atau menjauh. Karena jujur saja, aku sudah tidak mempercayai siapapun lagi kecuali Jiae dan Soojung - mereka semua terlihat seperti musuh yang akan menerkamku dari belakang. Saat aku lengah maka saat itulah aku kalah.

**
Hampir 30 menit aku duduk dibawah pohon dekat gerbang belakang sekolah, langit masih gelap tetapi matahari sepertinya sebentar lagi aku menampakkan wujudnya. Aku dan Seokwoo masih menunggu kedatangan Jiae dan Soojung, mereka sudah terlalu lama di dalam. Jangan-jangan mereka tertangkap? Mengingat bahwa masih ada beberapa petugas kepolisian yang berada di sekolah, sibuk menemukan bukti yang tersisa.

"Hyeyoon-a, sepertinya aku tidak bisa menemani lebih lama lagi," ucap Seokwoo sukses mengalihkan perhatianku padanya, tidak mungkin kan ia meninggalkanku sendirian di tempat yang cukup gelap seperti ini.

Still Alive (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang