02. Jadi malam ini?

33 32 1
                                    

"Manusia memiliki dua sisi dalam dirinya, yaitu: baik dan buruk. Jika misal, hari ini kalian tahu salah satu sisi lain dalam diriku, apakah masih bisa kalian menerima aku?"

-Atlantis Briyan Januar

🍟🍟🍟

Langit malam terasa sangat gelap gulita. Tiada bintang seterang malam kemarin. Udara malam terasa dingin menusuk sampai ke tulang. Suara bising kendaraan masih terdengar walaupun samar.

Briyan berdiri di depan jendela kamar. Melipat kedua tangan di depan dada. Sambil matanya menjelajah ke arah jalanan ibukota yang terlihat dari atas bilik kamarnya.

"Al. Mama, papa seperti biasa. Gue muak denger mereka lakuin kebiasaan itu, boleh gue rindu pelukan menenangkan lo?" gumaman Briyan terdengar sarat akan makna.

Sorot mata itu, sangat jauh berbeda jika dalam lingkungan sekolah. Hari ini, malam ini terasa begitu redup. Menggambarkan keadaan yang tak bisa dideskripsikan.

Ting!

Dentingan ponsel diatas ranjang, mengambil alih atensi Briyan.

Ada satu notifikasi muncul paling atas.

Ajibab:

Pak ketos hayuk berangkat! Kita mau otw.

Atlantis:

Oke.

Sepintas hanya sesingkat itu percakapan mereka. Lalu Briyan melangkah menuju almari untuk mencari baju yang akan ia gunakan malam ini.

Pilihannya jatuh pada: Hoodie hitam polos juga celana jeans warna senada.

Tampilan Briyan malam ini terkesan dark ditambah topi hitam yang ia kenakan. Berfungsi menutupi anggota wajahnya.

Turun ke lantai bawah, dia langsung disuguhi suasana tak mengenakkan. Dengan atmosfer disekitar yang terasa memanas. Tapi, Briyan mengabaikan itu semua. Berjalan fokus juga pandangan mata yang menatap lurus.

"BRIYAN! KAMU MAU KEMANA HAH? MALAM-MALAM BEGINI KELUAR, MAU JADI APA KAMU?!" teriakan itu terasa memekakkan telinga. Suara Anton, papa Briyan tampak mendominasi suasana malam ini.

Briyan masih sama, melangkah tanpa mau berbalik arah menatap kedua orangtuanya. Berjalan sambil diam membisu.

"ANAK KURANG AJAR! BERANI SEKALI KAMU MENGABAIKAN PERTANYAAN PAPA! MAU JADI KAYA MAMA KAMU YANG PEMBANGKANG?!"

"MAS, KENAPA KAMU JADI BAWA-BAWA NAMA AKU?" balas Santi, merasa tak terima Anton mengatai dirinya.

"YA, KARENA ITU SEMUA MEMANG KAMU YANG NGGAK BECUS MENDIDIK ANAK!" Jari telunjuk Anton mengarah pada wajah Santi.

Teriakan-teriakan yang menemani setiap malam Briyan masih terdengar samar. Membuat sesuatu di dada Briyan terasa menyesakkan. Ada luka yang menganga namun keberadaannya seolah tak terasa.

🍟🍟🍟

Pukul 00.00 tepat. Laju motor Briyan mulai melambat saat sudah sampai ditempat tujuan.
Lautan manusia adalah pemandangan utama waktu ia menapakkan kaki di jalan beraspal itu.

1. Briyan [New Version] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang