Jealous

620 48 2
                                    

"Aku lelah..."

Aku menoleh pada suara yang selalu menemani malam-malamku via telephone. Aku tersenyum padanya, dia hanya menepuk kepalaku pelan. Ah, ini kebiasaan yang aku sukai.

"Pulang? Apa mau kencan?" Tanya Uenoyama yang memelankan suaranya dikata terakhir.

"Aku... masih ada urusan dengan Akihiko-san," jawabku ragu.

"Kali ini aku ikut," ucap pemuda berambut gelap tegas.

"Bu-bukannya, Uenoyama-kun sedang sibuk juga dengan Hiiragi-kun?" Tanyaku padanya yang kini menatapku serius.

Aku melihat Uenoyama sedikit berpikir. Dia memang sedang sibuk untuk membantu band Hiiragi, jadi aku tidak mau dia repot-repot menemaniku. Walaupun ada rasa takut sebenarnya.

"Pernah'kah kamu berpikir kalau aku sedang kesal?" Uenoyama berjalan meninggalkanku,tapi aku bisa mendengar jelas apa yang dia katakan.

Aku menghela nafas, lalu berlari mengikutinya.
.
.

"Kenapa?" Tanya Ugetsu padaku yang memang sedang tidak fokus, aku terlalu memikirkan Uenoyama. Bahkan, sampai saat ini chat ku belum dibalasnya.

"Maaf, sepertinya hari ini sampai disini saja latihannya," ucapku lalu mulai membenahi gitar dan buku yang berserakan.

"Lho, kenapa beres-beres? Jam masih sore," Akihiko-san terlihat datang dari arah dapur. Dia dan Ugetsu memang tinggal bersama, dan aku juga tahu seperti apa hubungan mereka. Walaupun, hanya Ugetsu-san yang bercerita.

Aku berdiri serta membungkukkan badan, "maaf, sepertinya aku pusing," ucapku berbohong. "Aku pamit," lanjutku lalu mulai berjalan meninggalkan mereka.
.
.

Uenoyama-kun, kamu kesal kenapa?

Aku masih menatap layar hpku dengan bingung, chat ku dihiraukannya. Ah, baiklah besok aku harus berbicara serius padanya.
.
.

Hari pun berganti dengan cepat. Dan kini, jam istirahat tiba, saat inipun aku si pemuda yang menjadi vocalist di band Given ini langsung berjalan menuju ruangan dimana aku dan Uenoyama selalu berlatih gitar bersama, ya ruangan dekat lapangan basket.

Aku membuka pintu, dan ya dia ada disana. Sedang memakai headset, sepertinya sedang mendengarkan suara gitar nya untuk lagu baru kami entah lagu yang sedang dibuat bersama Hiiragi. Matanya tertutup, jelas membuat pemuda itu semakin ehem.. ganteng. Ah, sepertinya pipiku panas.

Aku duduk disampingnya, dia masih belum menyadari kedatanganku. Dengan sengaja, aku menyandarkan kepalaku pada bahunya, dia terhenyak lalu aku bisa merasakan kalau pemuda berambut hitam ini menoleh padaku. Tangannya mulai membuka headset-nya.

"Konichiwa, uenoyama-kun.."

"Hn."

Selalu seperti itu. Aku menegakan tubuhku  menarik kepala yang tadi sempat bersandar padanya. "Kau kesal karena apa?"

Aku melihat jidat Uenoyama berkedut, dia mulai marah bukan kesal lagi.

"Kita ini apa?"

"Status?" Tanyaku memastikan. Aku melihat dia mengangguk, "kita pacaran," jawabku dengan pipi panas.

"Jadi, wajar'kan kalau aku kesal?"

Aku diam, sedikit berpikir dan mencerna maksud obrolan ini. Oh Tuhan, kenapa aku tidak sepeka itu. Aku memegang kedua tangannya. "Kau pikir, Akihiko-san akan tertarik padaku?"

Uenoyama mendengus, "sebagai pacarmu, wajarkan kalau aku..."

Aku tersenyum, "cemburu," potongku masih tersenyum, karena aku tahu Uenoyama lemah jika melihat senyuman ini.

"Ya, aku cemburu. Apalagi tempo hari hp mu tidak aktif," ucap Uenoyama dengan rona merah dipipinya. Ah, manis sekali.

"Jadi, semalam kau membalasnya? Dengan tidak membalas pesanku? Padahal kau membacanya," ucapku seraya melepas tangannya dan pura-pura merajuk. Seperti cewek saja dipikir-pikir.

Detik berikutnya, aku merasakan tarikan kuat. Dia memelukku, "aku merindukanmu, baka mafuyu," ucapnya lembut. Aku membalas pelukannya, ah aku merindukan hal ini juga. "Maaf, semalam menghiraukan pesanmu," ucapnya lalu memandangku dengan lekat.

Aku hanya tersenyum, dan sudah siap untuk di ehem kiss oleh pemuda yang berstatus pacarku ini. Ah benarkan, dia memejamkan matanya. Akupun melakukan hal yang sama, dan bibir kamipun bertemu.

Dia selalu memperlakukanku dengan lembut, dan juga sabar. Sabar karena aku masih mengingat Yuki. Maafkan aku, aku yang tanpa sadar membuatmu sakit hati, Uenoyama.

Aku melingkarkan tangan dileher Uenoyama ketika lidah Uenoyama mulai mengabsen gigi-gigiku, menyapu langit-langit mulutku.

"Hnnnhh.."

Uenoyama tersenyum kecil, lalu melepas ciuman yang dibilang bisa membuatku mengeluarkan suara seksi.

"Dilanjut nanti malam saja," ucapnya tanpa malu. Ugh, mukaku pasti merah saat ini. Dia menepuk kepalaku pelan, "suara seksinya, keluarkan nanti malam saja ya."

Blush. Ah.. Uenoyama menyebalkan. Aku merasakan dia mengecup pipiku singkat.

"Ayo, ke kantin. Masih ada waktu buat makan," ajaknya yang sudah berdiri begitu saja.

Aku tersenyum, lalu meraih tangannya. Kamipun keluar ruangan ini. Ng... untuk nanti malam sepertinya aku harus siap-siap.
.
.
En
.
.
Just drabbe. Makasih yang sudah baca...

Uenoyama X Mafuyu (Oneshot, Drable)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang