23. Salah Paham

1.1K 203 16
                                    

Dering ponsel memekakkan telinga, Rena yang masih terlelap di atas kasur empuknya mulai terusik oleh suara nada dering dari ponselnya yang begitu bising memenuhi ruang kamar. Kelopak mata Rena perlahan terbuka, ia menoleh ke samping, tangannya terulur meraih ponsel.

Rena mendengkus pelan ketika melihat nama si penelepon yang muncul di layar, orang yang telah mengusik tidur lelapnya. Padahal semalam Rena pulang waktu dini hari, rasa kantuk jelas masih mendominasi meski saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Kenapa?" Rena langsung to the point ketika mengangkat panggilan dari kakaknya. "Mama?" Ia mengerutkan kening, sebelum akhirnya mengembuskan napasnya dengan kasar. "Kak Reyvan nelpon aku cuma buat nanyain mama di mana? Kakak 'kan bisa telepon langsung ke nomor mama, kenapa harus nelepon aku. Ganggu orang tidur tahu!" gerutu Rena, gondok sendiri.

Terdengar sahutan dari seberang. "Udah, tapi nggak diangkat. Mending cek dulu, penting soalnya."

"Penting banget?" Jujur Rena enggan meninggalkan kasur empuknya, seakan kasur itu dengan posesif menahannya untuk tidak pergi. Tapi, suruhan Reyvan membuat Rena mau tidak mau harus meninggalkan tempat kenyamanannya itu. "Iya, iya. Sabar! Ini lagi jalan." Dengan ogah-ogahan Rena turun dari ranjang, berjalan gontai keluar kamar.

"Ma." Rena langsung menuju ke kamar mamanya, namun kamarnya ternyata kosong. "Mama, mama di mana?" Ia pun menuruni tangga, mungkin saja mamanya ada di dapur. Tapi nyatanya mamanya tak ada di sana.

"Mama ke mana coba?" gumam Rena, heran karena mamanya tak ada di rumah. Tak biasanya mamanya pergi-pergi, biasanya juga ada di rumah nonton sinetron jam segini. "Mama kayanya pergi. Nanti kakak telepon lagi aja kalau udah pulang, atau nanti aku bilang ke mama buat telepon balik kak Reyvan. Aku masih ngantuk banget nih, kemarin habis longshift," ucap Rena pada sambungan telepon yang masih menyala. "Iya, nanti aku bilangin kalau mama udah pulang." Panggilan telepon pun akhirnya berakhir.

Karena tak menemukan keberadaan mamanya, Rena berniat kembali ke kamar. Akan tetapi saat ia keluar dari dapur, tiba-tiba mamanya muncul dengan membawa dua tentengan keresek.

"Mama dari mana?" tanya Rena.

"Habis belanja sayuran," jawab mamanya seraya menunjuk kantong keresek yang dibawa. "Kamu baru bangun?" Mamanya balik bertanya, sambil melangkah ke meja makan untuk meletakkan belanjaannya.

Rena menganggukkan kepalanya. "Kak Reyvan nelponin, gimana nggak kebangun. Emang mama nggak bawa ponsel? Katanya kak Reyvan telepon nggak diangkat-angkat."

Mamanya menoleh sekilas, sebelum kembali fokus mengeluarkan belanjaan dari keresek. "Iya, mama lupa. Memangnya ada apa? Tumben Reyvan telepon."

Rena mengedikkan kedua bahunya, karena ia tak tahu. "Entahlah, katanya si penting. Mama telepon saja."

Mamanya hanya mengangguk. "Oh, ya. Tadi pagi Davin ke sini, mama nggak tega mau bangunin kamu lagi pules banget."

"Davin?" Rena menaikkan sebelah alisnya, menarik kursi dan duduk di dekat mamanya. "Ngapain Davin ke sini? Bukannya dia bilang ada meeting pagi ya, kok sempat-sempatnya si ke sini?"

"Mana mama tahu, mungkin kangen." Mamanya mengambil kotak yang tadi dititipkan oleh Davin. "Ini, dari Davin.  Suruh kasih kalau kamu sudah bangun."

"Ini apa, Ma?" Rena menatap kotak yang diletakkan di hadapannya, kotak bewarna pink dengan pita merah di atasnya.

"Nggak tahu, belum mama buka. Coba aja kamu buka," kata mamanya. "Mama ke atas dulu ya, ambil ponsel. Takutnya kakak kamu telepon lagi."

Rena mengangguk, membiarkan mamanya pergi. Kini pandangannya kembali pada kotak di depannya, tanpa membuang waktu ia langsung membuka kotak itu dan ternyata isinya kue brownies.

Menikahlah  Denganku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang