2. Naik Turun

25 6 7
                                    

Pagi-pagi sekali, aku terbangun dan langsung pergi turun ke kamar mandi. Setelah itu aku memilih ke dapur untuk memasak sarapan karena Jera dan Tia belum turun, bahkan bangun pun belum. Mungkin mereka kelelahan setelah mengerjakan banyak hal konyol semalaman.

Omong-omong, rumah ini memiliki dua tingkat. Di atas ada 3 kamar, ya kamarku, Jera, dan Tia yang saling bersebelahan. Dan juga ada balkon, tempat biasanya kami mengobrol, dan bersenda gurau bersama.

Tinggg

Baru saja ingin menyentuh alat memasak, suara notifikasi ponselku berbunyi, aku langsung mematikan kompor gas, lalu duduk disalah satu kursi makan. Kulihat ada notifikasi chat dari Jean yang sengaja kuberi nama kontaknya dengan nama Jack.

Jack
|Hai lia...👋

Iya?|

Aku langsung membalas dengan singkat dan jelas, dia tak tau jika aku sering memperhatikannya di media sosial. Bahkan di dunia nyata. Awalnya aku tidak ingin membohonginya dengan nama palsu. Tapi, dia duluan yang memalsukan namanya. Padahal jelas-jelas aku tau, kontak ini dia pemiliknya.

Menurutku, aku tidak membohonginya, karena aku menggunakan nama tengahku. Jelas-jelas namaku 'Afrisa Apri-LIA-ni Delina'. Jadi, aku tidak membohonginya bukan?

Ya, benar kata Tia dan Jera sebelumnya. Aku menyukai Jean dalam diam, dia merupakan siswa kelas XII C. Dia bahkan tak mengenalku sama sekali. Sorot matanya selalu tajam saat melihatku. Hanya saat aku tak sengaja menabraknya kemarin, sorot matanya tak biasa. Mungkin jika dideskripsikan dengan kata-kata, 'lebih lembut'? Ahh dengan mengingatnya saja aku sudah tersenyum-senyum sendiri.

Aku menunggu balasan dari Jean, tak ada balasan sama sekali. "Palingan nanti malem dibalesnya," ucapku lirih.

Aku melanjutkan aktivitas memasakku, tak peduli kedua temanku sudah bangun dan berebut kamar mandi.

×××

Aku sampai disekolah lebih dulu daripada hari-hari biasanya. Aku berdiri di depan kelasku melihat siswa-siswi yang lainnya berlalu lalang baik yang menuju kelas mereka masing-masing maupun ada urusan lain.

Kelas XII berada di lantai tiga, bersamaan dengan gudang tempat menyimpan bangku ataupun meja hingga perabotan sekolah. Sedangkan daripada itu, kelas XI ada di lantai dua bersamaan dengan lab dan kamar mandi, kelas X ada di lantai satu bersamaan dengan kantor kepsek dan ruang guru.

Mataku mengedar kemana-mana. Hingga aku tak sengaja melihat Jean berjalan santai dengan hoodie hitamnya dan tangan yang ia masukkan ke kantong. Aku maju beberapa langkah, berniat memberinya jalan di belakangku. Aku ingin ke kelas, tapi di kelas berisi anak laki-laki semua.

Aku heran, mengapa Jera dan Tia belum juga datang. Ah iya, Jera dan Tia kan tadi ke ruang guru. Kenapa aku bisa lupa? Duhh memang.

Saking fokusnya berpikir, tiba-tiba ada siswa bertubuh tinggi menabrakku dari samping. Bahkan orang itu nyaris terjatuh dari lantai tiga ini. Dia beruntung karena ada pembatas yang menghadangnya sehingga tidak terjun bebas ke bawah.

"Eh Aduh!" Aku terkejut, lalu kulirik orang yang menabrakku itu. Dia Jean, kenapa dia bisa menabrakku? Kan sudah kuberi ruang lebar untuk dia berjalan.

"Yah Ini!" Lantas ia menyalahkanku.

Aku spontan meneriakinya "HEH! ya ampuun, siapa yang nabrak siapa yang disalahin?!" dia tetap berjalan dengan santai menuju kelasnya. Tak mendengarkan ataupun menghiraukan ocehan kesalku barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not An Ordinary HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang